1

10 1 0
                                    

Agus

Langit sore kala itu, terlihat sangat teduh, ketika warna orange dari senja yang telah tiba berpadu dengan sisa langit cerah di pagi hari dan datangnya langit suram kala malam hari. Memberikan nuansa romansa sore itu. Duduk seorang laki-laki kurus, berkulit kuning langsat dengan perawakan yang rapi namun rambutnya yang berantakan. Sembari menunggu datangnya kopi disalah satu sudut kafe kota surabaya.

Kafe dengan nuansa klasik berbau modern. Bangunan tua kafe itu mengingatkan mereka yang berusia lima puluh tahunan akan suasana nostalgia kala itu. Dan mereka yang berusia dua puluh tahunan menikmati menu dan alunan musik modern kafe itu. Disetiap sudut kafe kamu akan menemukan tidak hanya para remaja namun juga para lansia nyentrik dengan gaya era 80 an yang tak tertelan oleh era globalisasi.

Laki-laki itu tertegun dengan dunianya sendiri. Menatap layar laptopnya yang sedari tadi menunggu tangan laki-laki itu menyentuhnya. "Apa yang harus ku tulis?" gerutu laki-laki itu. Yah sedari tadi dia mencari inspirasi untuk menuliskan apa yang ingin ia tulis. Bukan karena ia senang menulis. Hanya saja kebiasaannya untuk menulis itu telah menjadi bagian dari hidupnya. Karena lewat tulisannya hingga saat ini dia masih bisa menikmati kopi yang sedari tadi ditunggunya.

"Kenapa kopi ku belum datang juga?!" Gerutunya makin kesal

Ia dari tadi berharap nuansa kafe yang sering di datanginya ini memberikannya sebuah ide. Hanya saja kreativitas dan pikirannya saat ini tidak berjalan sesuai keinginannya. Andai saja sedikit saja terlintas sedikit saja di benaknya sebuah kisah menarik. Hanya angannya itu tak kunjung datang. "Maaf pak lama" suara seorang wanita mengenakan pakaian putih membuyarkan lamunannya.

"Yah tak apa" Balas singkat lelaki itu dengan raut wajah cueknya yang tetap menatap layar laptopnya. Entah apa yang disampaikan wanita itu. Tidak menjadi fokus Laki-laki tersebut kala sore itu. Yang dicarinya hari itu adalah sebuah ide. Sebuah kisah. Sebuah cerita yang bisa dia kumpulkan sebelum deadline nya membunuhnya.

"Oi, Agus" Tegur laki-laki lain yang menyapa laki-laki tersebut sembari menepuk bahunya. Yah nama laki-laki yang sedari tadi mencari sebuah kisah adalah Agus. Agus laki-laki kurus, tinggi seperti pemain basket. dengan perawakan rapi namun rambutnya yang acak-acakan. Yah itulah Aku. Bukan karena Aku seorang pemalas. Namun begitulah gaya rambut ku ini sejak Aku dilahirkan. Aku merupakan salah satu karyawan di salah satu majalah ternama di kota surabaya.

Mungkin karyawan bukanlah kata yang tepat. Lebih tepatnya di panggil jurnalistik. Bisa dibilang salah satu penulis lepas. Yang bergerak dibidang cerita pendek. Tulisan ku sering mengisi cepren-cerpen di majalah tersebut. Dengan kisah-kisahnya yang membawa sendu bagi para pembacanya. Mengapa tidak, kebanyakan cerpen ku merupakan cepren romansa. Membuat para pembacanya ingin terus dan terus membaca cerpen yang ku tulis. Bukannya sombong. Tapi kalo tidak menarik mana mungkin aku terikat kontrak dengan mereka Hehehe.

Yah cerita itu yang sedari tadi ku tunggu untuk muncul, hanya saja ide tentang cerita itu masih saja belum memenuhi dunia imajinasinya. Di tengah keramaian perbincangan aku masih terus duduk termenung berpikir kisah yang berbeda dari lika liku zaman sekarang. Berbeda dari cerita-cerita mereka yang dibuat-buat untuk menarik kalangan publik. Aku ingin cerita yang benar-benar tulus. Tulus seperti hujan yang menghampiri dunia. Hujan yang datang dengan memberi kesejukkan pada tanah. Dan tanah yang selalu menanti datangnya hujan untuk memberi kesejukkan.

Sekarang Roy teman sekantor yang sudah terkena rayuan zaman. Mengapa tidak dengan dandanan laki-laki metropolitan. Lihat saja pakaian dan perhiasan yang ia kenakan, semua brand terkenal. Entah bagaimana dia mampu membeli itu semua, karena kalian tahu sendiri gaji seorang penulis tidaklah setinggi gaji para pejabat. Terutama pejabat yang makan uang rakyat. Bagi pejabat pemakan uang rakyat yang baca kalimat ini semoga aja kesindir. Dari ceritanya ia sedang menjalankan bisnis online yang lumayan sukses.

Secangkir Kopi Dan Sebuah Kisah Where stories live. Discover now