2

9 1 0
                                    


2

Agus

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 14.50, dan sedari tadi aku belum mendapatkan ide untuk menulis sesuatu, dan sialnya lagi putri dari bagian redaksi telah menelpon ku untuk mengingatkan aku harus mengirimkan cerpennya. "Gimana udah selesai belum?" Tanya putri di balik smartphone ku. "Belum put kasih waktu tiga hari lagi, deadline nya hari minggu kan." balas ku. "Ya udah ku tunggu sampe hari minggu kalo gak kelar, cerita mu yang sebelumnya yang ku ambil." Balasnya menegaskan. "Iya put, kalo gak ada itu aja."

Yah memang aku telah menulis cerita pendek lainnya tapi aku tak suka dengan tulisan ku itu. Sehingga aku meminta putri untuk menunggu aku menyelesaikan cerita pendek yang kedua. Putri pun memberikan waktu seminggu. Namun sayang sampai saat ini cerita pengganti cerita sebelumnya tak kunjung datang.

"Apa aku keluar cari angin lagi aja yah" Gerutu ku pelan.

Aku pun bangkit dari meja makan di apartemen, bersiap-siap untuk keluar. Setelah semua selesai aku pun memasukkan laptop ku kedalam ransel yang ku pakai. Ketika aku mulai melngkah meninggalkan apartemen ku. Bunyi smartphone ku memelankan langkah ku untuk mencari smartphone ku di saku. Ketika aku melihat layar ponsel smartphone ku itu. Kaki ku seketika diam bak es yang membeku. Perasaan dingin ini mulai muncul. Ketika di layar tertulis Anita.

"Kau tahu, aku mencintai mu. Sangat. Namun cinta saja tak cukup untuk mempertahankan hubungan ini. Bagaimana aku tahu kalo selama ini kamu juga mencintai ku jika. Memulai sebuah komitmen saja kamu mulai ragu."

Begitu isi pesan Anita. Aku hanya terdiam dan menatap layar smartphone ku dengan tatapan kosong. Aku tak tahu harus membalas apa?. Aku tak tahu apakah Anita mulai ragu pada ku?. Aku bingung harus bagaimana. Aku hanya terdiam selama lima menit sebelum pesan kedua telah masuk. Membuyarkan lamunan ku.

"Deadline mu sampai hari sabtu. Ku beri kamu waktu dua hari lagi. Jika cerita yang kamu inginkan belum dikirim. Maka aku akan pakai cerita sebelumnya. Ok!!"

Pesan Putri ini menegaskan bahwa ada hal penting yang harus diurus. Ada sikap profesionalisme yang perlu ditunjukkan. Tanpa melibatkan persoalan pribadi. Aku pun membuyarkan lamunan dan pergi ke kafe yang biasanya aku jumpai saat mencari ide.

Joko

Lelaki tua itu memulai rutinitasnya. Hari kamis sore ini benar-benar cerah. Tak seperti hari kemarin. Ketika langit bersedih dengan tangisan yang begitu deras. Hari ini langit tersenyum hingga membuat senja yang bisa dinikmati oleh penggemarnya dapat ikut tersenyum. Jam menunjukkan pukul 17.15. Membuat senja menjadi pertanda. Hari ini adalah penutup kisah untuk hari ini. Dan menjadi pertanda juga bahwa ada esok menanti akan kisah baru yang akan ditulis.

Namun bagi lelaki tua itu. Tak ada bedanya. Kisah yang ingin ditulisnya telah. Terkubur bersama sang kekasih. "Pak Joko, maaf apakah kopi anda ingin diisi lagi." Tanya seorang wanita berseragam putih dengan tulisan "Siska" pada name tag yang tergantung di dadanya. "Tak perlu. Tolong ambilkan air putih saja." Balasnya. Wanita itu pun meninggalkannya untuk mengambilkan segelas air

Itulah nama laki-laki tua itu. Joko kakek berusia tujuh puluh lima tahun. Yang terlihat masih kuat menghadapi zaman yang berbeda pada eranya.

"Aku merindukan mu lagi untuk kesekian kalinya Nadia." Kata ku sambil melihat foto. Foto pada liontin perak yang ketika dibuka akan tampak gambaran hitam putih. Gambar seorang wanita dengan tatapan penuh hangat. Senyuman penuh teduh. Dengan rambut yang lurus terurai dengan simfoni yang indah melengkapi paras cantiknya. Wajahnya bagaikan perpaduan orang asia dan barat.

Secangkir Kopi Dan Sebuah Kisah Where stories live. Discover now