Hari ini hari Senin, Santoso melakukan rutinitas seperti hari-hari lain pada umumnya. Mulai dari bangun pagi, sholat subuh, bermain ponsel sambil menunggu sarapan siap, sarapan, mandi dan persiapan untuk ke sekolah, berangkat ke sekolah hingga saat ini waktu telah menunjukkan pukul 14.30. Bel tanda pulang telah berbunyi. Guru pengajar pun telah menyiapkan siswanya untuk berdoa bersama dan persiapan untuk pulang, begitu pula dengan Santoso. Santoso merupakan salah seorang murid kelas 3 SMA di sebuah sekolah swasta di daerah tempat tinggalnya, kelasnya sudah bubar 11 menit yang lalu. Keadaan kelas sudah sepi, hanya tinggal empat orang yang tersisa. Itu pun karena saat ini mereka mendapat tugas untuk piket, membersihkan ruang kelas.
"Gue pulang duluan ya" ujar Santoso seraya menggendong tas ranselnya.
"Yoo.." jawab Rini dan Bambang hampir bersamaan.
Santoso berjalan keluar dari ruang kelas, dengan kunci motor digenggaman. Berjalan lurus melewati teras beberapa kelas dengan sesekali menoleh ke kiri, memperhatikan keadaan kelas-kelas lain. Toh keadaanya sama saja seperti kelasnya yang sudah sepi tak berpenghuni, sebagian sudah pulang ke rumah atau pun nongkrong entah dimana. Sesampainya di parkiran ia mengenakan helm kemudian memasukkan mata kunci ke lubang kunci, lantas memutarnya kearah kanan, menekan tombol stater dan alhasil sepeda motor Yamaha milik Santoso pun menyala. Ia mengendarainya dengan berhati-hati, mengeluarkannya dari deretan motor lain yang masih bersemayam tidak beraturan di parkiran sekolah. Memutar gas dengan perlahan, keluar dari gedung sekolah. Mengendarainya hingga ke tempat les dimana ia akan belajar lagi di tempat tersebut.
Sejak memasuki kelas 12 orang tua Santoso mendaftarkanya ke tempat bimbingan belajar yang cukup bergengsi di daerah tempat tinggalnya. Tidak semua siswa dapat les di tempat tersebut, karena memang bimbel tersebut menerapkan sistem belajar yang cukup ketat untuk ukuran tempat les. Selain itu, biaya untuk dapat les di tempat itu pun tergolong mahal.
Jadwal les Santoso hari ini yaitu Matematika, dengan tutor Bu Sita. Bu Sita masih muda dan belum menikah, baru saja menyandang gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Matematika. Parasnya yang cantik membuat para murid laki-laki di tempat les ini menjadi bersemangat mengikuti pelajaran di ruang kelas. Pikirannya yang cerdas dan selalu memiliki cara mudah dalam menjawab tiap soal-soal sulit yang dihadapi para siswa membuatnya nampak begitu menarik. Meskipun begitu, Santoso tetap tidak tertarik kepadanya. Terlebih lagi pada pelajaran yang saat ini Bu Sita sajikan, ia hanya memperhatikan ke papan tulis dengan pandangan kosong dengan tangan kiri menopang dagu.
Satu setengah jam berlalu, musik klasik mulai diputar di tiap ruang kelas untuk memecah kebosanan para siswa. Ini pun menandakan waktunya istirahat bagi kami. Santoso mengubah posisi duduknya, sekarang ia duduk bersandar dengan kedua kaki diluruskan. Durasi musik ini sekitar 4 menit, kemudian pelajaran Bu Sita pun berlanjut.
...
Hari ini hari Selasa, Santoso melakukan rutinitas seperti hari-hari lain pada umumnya. Mulai dari bangun pagi, sholat subuh, bermain ponsel sambil menunggu sarapan siap, sarapan, mandi dan persiapan untuk ke sekolah, berangkat ke sekolah hingga saat ini waktu telah menunjukkan pukul 14.35 dan kelas sudah berakhir sekitar 5 menit yang lalu. Guru pengajar di jam terakhir pun sudah meninggalkan kelas dan mempersilahkan para murid untuk pulang. Namun Santoso bersama dengan Bambang masih berdiam diri di ruang kelas, memainkan ponsel masing-masing.
Hari ini ada jadwal latihan basket, ekstrakulikuler yang Santoso dan Bambang ikuti. Waktu latihan dimulai setelah sholat ashar, entah pukul berapa, yang pasti setelah para pemain kumpul di lapangan basket depan masjid sekolah. Karena itulah, Santoso dan Bambang tetap berada di kelas meskipun teman-teman satu kelasnya yang lain sudah pulang sejak tadi. Santoso tiduran diatas meja yang terletak di barisan paling depan, sedangkan Bambang duduk bersandar di bangku tepat didepan Santoso tiduran. Sudah sekitar 12 menit mereka saling diam, sibuk dengan urusan ponsel masing-masing.
YOU ARE READING
Santoso dan Bapak
Historia CortaSantoso anak SMA yang hidup dengan penuh perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, terutama dari Bapak. Namun kasih sayang tersebut dirasa berlebihan, hingga Santoso merasa seperti terkekang. Terlebih saat Santoso duduk di bangku kelas 12...