Part 1

276 15 4
                                    

"Oh, jadi kamu mulai menyalahgunakan adikuasamu? Seenaknya saja kamu mengkritik pendapat orng lain? Radhika, aku sudah cukup lelah dimonopoli oleh sistem konyolmu, pedesnya kalimat-kalimat ku. Tapi, untuk kali ini, maaf, aku tidak sanggup lagi."
"Oh ya? Silahkan jika anda tifak berkenan, anda boleh keluar dari ruangan ini."
"Tanpa nona diktator minta, aku keluar, dan jangan harap aku ada untuk mu lagi. Cari orng yang lebih setia menjadi bumpermu!"
"Terserah!"
"Radhika! Cukup! Apakah kamu sadar siapa yang baru kamu saja sakiti? Temen kamu, sahabat kamu, Radhika! Kali jni benar-benar tidak ada toleransi! Aku akan menyusul Digi!"
"Hei! jangan bilang kamu akan mengikuti jejak pengkhianat itu!"
"Sadarlah, Radh!"
"Hei! Jangan lergi! Kita belum selesai membahas semua ini!"
"Bahkan kamu tidak pernah memanggil sahabatmu ini dengan namanya. Aku kecewa Radh!"
"Oke terserah kalian, aku dapat bertahan sendiri. Buktikan, bahwa selama ini aku salah, dan kalian adalah orng suci yang selalu benar!"
Susah sekali bekerja sama dengan orng-orng bervolume minim seperti mereka! Mana proposal harus segera di kumpulkan Ah, pusing!
             📖📖

Cahaya matahari menerobos melalui ventilasi kamarku. Terang dan hangat Ah, rasanya seperti lama tak melihat matahari karena tidur panjang.

Plung!! Satu tembakan three point sebagai pembuka sebelum aku merajut hari ini. Rasanya aku makin bersemangat untuk ke sekolah, jalan yang  selalu sempurna, atau mungkin banyak rintangan yang sebenarnya aku tidak tahu? Ah, tidak mungkin, semuanya akan baik-baik saja seperti biasanya.

Udara segar masih dapat ku hirup meski makin banyak polutan mengontaniminasi aura positif semangat provinsi di bagian Selatan Pulau Jawa ini. Layaknya kota besar lainnya, Yogya Punya hak untuk menyibukkan dirinya dengan orng-orng yang makin menyemut menyusuri jalan demi kalan. Mendadak mobil di depanku berhenti, lalu kulihat orng-orng berkerumun, aku penasaran. Kuhentikan pula sepeda motor supra injection ku, lalu aku menembus kerumunan. Mungkin kecelakaan, batinku. Benar, samar-samar kulihat noda darah hang menempel di aspal jalan. Aku bergidik melihat darah yang begitu banyak. Semakin kupasang mataku mengamati siapa yang berhalangan. Aku berhasil menembus kumpulan orng-orng yang mulai beradu mulut. Ku lihat sesosok......

Next? Like and comment!
Kira-kira siapa kah sosok itu???
Maaf gengs kalo typo😂✌🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

40 Hari Untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang