[zwei] ; under the night sky.

171 53 32
                                    















Diatas sana, sayuta pendaran kejora bertebaran dan sang candra purnama terlihat dengan jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diatas sana, sayuta pendaran kejora bertebaran dan sang candra purnama terlihat dengan jelas. tidak seperti biasanya yang selalu berawan dengan hanya menampilkan sedikit rektum cahaya yang diakibatkan oleh reaktor nuklir alami didalamnya, kejora malam.

Menjadikan lelaki yang tengah merebahkan diri diatas rerumputan sekitaran danau tersenyum kecil melihatnya.

Siang tadi, setelah memberi kabar kelulusannya pada sang kakak, Jingga Arundala Yeonjun. hal yang sangat ia tunggu datang dengan begitu manis. nampaknya suasana hati sang kakak tengah baik.

Ia melihat senyuman Yeonjun untuk pertama kalinya, setelah pisah ranjang kedua orang tua mereka. sang ayah yang tidak tahu sekarang tinggal dimana dan bagaimana kabarnya. dan hidup bersama ibu yang tengah berkarir sebagai dosen di universitas tempat Yeonjun melanjutkan studinya.

Bila dilihat, kehidupan mereka memang layak. namun Beomgyu sama sekali tidak mendapatkan kehangatan dari rengkuhan seorang ibu dan genggaman tegas seorang ayah. tetap saja, Ibunya selalu pulang larut bahkan adakalanya datang saat menginjak fajar. jarang sekali sekedar untuk memastikan keadaan kedua putranya. dan pergi sebelum mereka terbangun. yang hanya meninggalkan uang saku ribuan won untuk keduanya. dan sang kakak lebih memilih untuk menabung dari pemberian uang saku sebagai biaya kuliah.

Membuat Yeonjun bertanggung jawab penuh atas hidupnya sekaligus pengganti peran sang ayah yang pernah menetap sejenak. mereka talak saat kakaknya berusia 10 tahun dan dirinya yang baru saja menginjak 8 tahun.

Masuk akal bila dikatakan Beomgyu berlaku dingin pada wanita, karena ia sendiri tidak pernah merasakan pelukan hangat dari sang ibu.

Bahkan Yeonjun-lah yang lebih tau dirinya dari hal yang tak ia sukai maupun yang disukai. dari masalah kecil seperti alergi, nilai yang tidak stabil, hingga besar seperti ia yang berulang kali membuat ulah -berkelahi dengan berakhir menjamahi ruang detensi layaknya rumah kedua, hingga acap kali mimisan tak mengerti waktu.

Karena Yeonjun, alasan mengapa ia masih ingin bertahan hidup.

Beomgyu tersenyum getir, lalu memejamkan mata indahnya. belum saja pemuda itu menyapa sang bunga tidur, ia dikejutkan dengan bunyi langkah kaki yang tak jauh darinya berada.

Ekor matanya memincing, masih enggan untuk bangun. menengok kecil kearah sumber yang membuat malam tenangnya terusik.

Mendapati adanya gadis bersurai panjang kecoklatan yang tengah menengadahkan wajah kelangit. Beomgyu menyipitkan kedua matanya, tidak ada yang aneh. tapi mengapa gadis ini menyendiri di pinggir danau? terlebih saat tengah malam.

Ia mengendikkan bahu dalam baringnya, mencoba untuk mengabaikan kehadiran sang gadis. namun sebelum sepenuhnya ia memalingkan wajah guna memutuskan pandangannya pada sang gadis, netranya bersirobok terbelalak, kala dilihatnya gadis itu tengah merokok.

Dirinya menggeleng. biarkan gadis itu tetap ada pada dunianya, begitupun dengan ia sendiri.

what if i die?

Ekor matanya memandang pantulan sinar bulan pada permukaan air danau, menyeringai dan menggeleng kecil dalam keadaan masih berbaring.

tidak ada gunanya. akal sehatnya masih berfungsi dengan baik untuk saat ini. namun tidak tahu nanti.


















Sepersekon setelahnya, ia menyentuh torsonya dibagian kiri dan merematnya kasar. rasanya sakit, sangat sakit. mendesis dan menjambak kecil surainya kala mendapati sesuatu berbau amis keluar tanpa permisi dari lubang hidung dan dari mulutnya yang tak sengaja turun dari rongga hidung. tersedak dengan material cair berwarna merah dan mengeluarkan riak. ia mimisan lagi, diluar pengawasan Yeonjun Arundala yang tidak mengetahui dimana dirinya sekarang berada.

Ia memilih untuk bangun disisa tenaganya yang kian melemah. tanpa waspada bahwa bahaya kini mengitarinya, berjalan tanpa memperhatikan kalau tak jauh dari danau terdapat jurang yang terjal.

Tubuhnya limbung, ia tak kuasa menahan beban tubuh, kedua matanya tertutup rapat, darah mengucur dari lubang hidungnya tanpa henti. yang ia lihat sekarang hanyalah gelap, merasakan detak jantungnya yang kian berdetak dengan lemah.
















Padahal, keinginan konyol tadi hanya asal terucap dalam relung batinnya. []
























nap of a star.















☘︎ ☘︎ ☘︎

well, i get stuck on this chapter:')


amretasylv, 2020.

nap of a star.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang