Nadira azka amarish, gadis mungil dengan sifatnya yang periang, menjalin persahabat dengan Diaz. Ara dan Diaz sudah bersahabat sejak lama. Dimana saat itu, Ara kecil duduk seorang diri di ayunan taman komplek. sambil tersenyum, Ara memandang anak seusianya lari-lari-an di tengah lapangan. Sampai seorang anak sebayanya menghampiri."Kamu gak gabung, sama mereka?" Tanya-nya sambil menunjuk ke arah kumpulan anak-anak sebaya-nya.
"Enggak"
"Kamu, mau ini?" Tanya-nya lagi sambil menyodorkan sebatang coklat.
Ara kecil hanya menatapnya bingung. Setelahnya menjawab "makasih" sambil mengambil coklat tersebut dan tersenyum."Nama kamu siapa?"
"Ara, kalau kamu?" Tanya Ara balik sambil mematahkan coklat itu menjadi dua bagian.
"Aku, Diaz" ucap-nya dan hanya dibalas anggukan serta senyum manis dari Ara.
"Nih, untuk kamu" Ara menyodorkan separuh coklat yang sudah dibelah-nya menjadi dua.
"Gak usah. Aku kan, kasih itu untuk kamu" ucap Diaz sambil tersenyum.
"Kalau makan berdua, lebih enak kan? Ayo, ambil" Ucap Ara masik dengan tangan yang menyodorkan coklat itu.
"Yaudah, aku ambil" ucap Diaz akhirnya.
Sejak pertemuan itu, mereka selalu menghabiskan waktu bersama dan saling melindungi.
Bahkan, setelah menamatkan pendidikan sekolah dasar, mereka menganggap hubungan ini lebih dari pertemanan.
Yaitu persahabatan.
Hingga, kehadiran seorang gadis kecil. Dengan wajah pucat-nya, duduk menangis di bawah pohon rindang di taman itu. Yang sekarang, telah menjadi bagian dari persahabatan mereka.
Awalnya, persahabatan ini berjalan baik, sebuah senyuman selalu terukir di wajah ketiganya. Tidak terkecuali Ara, tampak jelas di wajahnya, bahwa dia sangat senang akan hadirnya gadis kecil itu.
Lambat laun, rasa itu muncul dengan sendirinya. Bukan salah ketiganya. Waktulah yang membuat mereka sering menghabisakan waktu bersama hingga muncul rasa itu.
Hingga saat memasuki bangku SMA, Semuanya berubah. Disaat kepergian gadis itu secara tiba-tiba. Membuat sosok Diaz, tidak seceria yang dulu. Bahkan Diaz secara terang-terangan pernah bilang pada Ara, Bahwa dia menyukai gadis pucat itu. Ara hanya dapat memasang senyumnya, di saat Diaz mengatakan hal itu. Senyum fake yang dipaksakan.
Hal itu membuat Ara menyadari semuanya. Gadis pucat itulah, yang membuat senyuman Diaz selalu terukir diwajahnya. Dan senyum itu bukan untuknya. Melainkan untuk gadis kecil berwajah pucat, yang akhir-akhir ini mengisi sebagian ruang persahabatan mereka.
Seiring berjalannya waktu, Diaz sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini. Dia sudah bisa melupakan gadis kecil itu. Gadis masa lalu-nya. Cinta pertama-nya. Itu semua berkat Ara. Orang yang selalu di samping-nya.
🍦🍦🍦
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS
RandomMulanya, kisah persahabatan yang diiringi dengan kisah percintaan itu, berjalan baik-baik saja. Hari-hari yang mereka jalani, penuh dengan canda dan tawa. Tetapi, tak jarang kesedihan juga menyelimuti kisah keduanya. Sampai dimana, seseorang hadir k...