Strawberry Choco Pepper

2.2K 300 11
                                    

©Rosetta Halim

©Masashi Kishimoto


14 Februari 2015

Aroma mint yang segar senantiasa melingkupi kamar putra bungsunya. Kepala Mikoto menyembul melewati ambang pintu yang sedikit terbuka, mengintip Uchiha Sasuke yang masih nyenyak dalam selimut tebal biru tua. Mikoto pun sadar musim dingin kali ini jauh lebih dingin dibanding musim dingin tahun-tahun sebelumnya. Sebenarnya dia pun malas bangun sepagi ini.

"Mungkin sepuluh menit lagi," gumam Mikoto. Dia kembali menutup pintu kamar, lalu memeriksa putra sulungnya di kamar sebelah.

Sebelum ibunya masuk ke kamarnya dan berteriak di telinganya, Sasuke memaksa matanya terbuka lebar.

Hari ini dia malas.

Iya. Hari ini. Hari Kasih Sayang yang ditunggu-tunggu para perempuan.

Sasuke selalu berharap hari ini lenyap dari peradaban manusia.

Tidak datang ke sekolah pada Hari Kasih Sayang bukan solusi masalahnya. Percayalah, Sasuke sudah mencobanya. Nyatanya pada hari berikutnya, ratusan coklat dan surat cinta pertanda sayang tetap saja menghampiri mejanya dan lokernya. Fansnya benar-benar tahu kapan dia datang. Tetapi, dia menggeram kala ingat fansnya yang gila itu sama sekali tidak tahu kalau dia tidak suka makanan manis.

Sasuke mendesah berat. Dia bangkit dari pembaringan nyamannya, kemudian turun ke lantai satu dengan keengganan luar biasa.

"Eh, Sasu-chan, selamat pagi, Sayang!" kata Mikoto riang. "Oh, betapa kusutnya putra kaa-san ini." Mikoto menepuk pelan pipi Sasuke.

Melihat sikap ibunya yang manis, Sasuke tidak tahan. Dia langsung tersenyum lebar. "Entah orang bodoh mana yang memerlukan Hari Kasih Sayang," kata Sasuke setengah berbisik.

"Bersabarlah sebentar. Kan cuma sekali setahun. Lagipula kan hari ini bagus juga untuk anak-anak di panti."

...

Loker Sasuke memuntahkan puluhan coklat dan surat cinta ketika dia membukanya. Naruto berdiri di belakangnya sambil tersenyum masam. Tidak usah puluhan, bahkan satu kotak saja tidak ada. Loker Naruto sepi.

"Aku minta satu," kata Naruto sembari menyambar satu kotak coklat dari produsen coklat terelit di Jepang.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Naruto menikmati coklat mahal pemberian fans Sasuke. Dibanding Sasuke, dia cukup menyukai coklat, khususnya yang bermerk dan berkualitas.

Mata Naruto berbinar cerah ketika dia dan Sasuke sampai di kelas. Hyuuga Hinata, yang terkenal tidak pelit, memberikan sekotak coklat padanya. Gadis itu juga memberikan satu untuk Sasuke.

"Kita semua kebagian, ya?" tanya Naruto ingin tahu.

Hinata mengangguk malu-malu dengan wajah menghadap lantai. Gadis itu terlihat gugup. Dia meremas-remas ujung baju hangatnya.

Menurut kabar yang beredar, Hinata takut pada Sasuke. Naruto percaya akan hal itu. Setiap kali berhadapan dengan Sasuke, Hinata selalu menunduk dalam-dalam seolah Sasuke akan menelannya. Naruto tidak suka kalau Sasuke juga mendapatkan coklat dari Hinata. Rasanya sangat menjengkelkan. Itu berarti persaingan mereka seimbang.

Seperti lokernya, meja Sasuke yang berada di pojok dekat jendela pun kini dipenuhi coklat dan surat cinta. Sasuke meletakkan coklat berbentuk hati dari Hinata di atas tumpukan coklat lainnya.

Sasuke melirik Hinata yang duduk di pojok satunya lagi. Sasuke menyimpan sedikit rasa penasaran untuk gadis itu. Entah apa alasan gadis itu, tahun ini memberikan coklat untuk seluruh penghuni kelas ini. Tahun lalu tidak begitu.

Strawberry Choco PepperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang