bab 2 : pikiran

14 1 0
                                    


Mobil denis melaju sedang ke arah pusat perkantoran abi nya. Dalam perjalanan tersebut denis bersiul ria, ia bahkan tersenyum-senyum sendiri. Seolah-olah kebahagiaan kini sedang melanda dirinya. Setelah memarkirkan mobilnya, denis keluar menuju arah ruangan abi nya.

" assalamualaikum abi, ini denis " salam denis yang kini berada di depan pintu ruangan abi nya. Terdengar suara langkah kaki mendekat.

" waalaikumsalam warohmatullah " jawab abi denis, beliau tersenyum hangat kepada anak bungsu nya.

" masuk dulu dek, " ajaknya yang kini sudah menuntun denis menuju sofa ruangannya.

" abi kenapa manggil denis? " tanya nya to the point.

" duduk dulu nak, "

Demian tersenyum ke arah anaknya, ia mendudukkan denis di sofa yang berhadapan dengan dirinya langsung, dan entah kenapa firasat ini tidak baik untuk denis, denis merasakan aura intimidasi dari abi nya sendiri, dan ia sekarang sedang gelisah.

" abi langsung ke intinya aja ya dek, biar lebih enak gitu, "

Denis mengangguk.

" sebenarnya, abi hubungi adek itu perihal buat mastiin aja kalo misalnya adek gak pacaran. " demian menatap lurus anak bungsunya tersebut.

Bukan pertanyaan, malah sebaliknya. Demian memberikan sebuah pernyataan yang tak boleh denis langgar. Susah payah untuk denis meneguk savilahnya sendiri.

" katakanlah dek? " tanya nya lagi.

" emm, a-an-anu bi, kok abi tiba-tiba nanya kaya gitu sih? "

Demian menatap lekat bola mata anaknya, sedangkan denis kembali susah meneguk savilahnya.

" jadi bener adek sekarang udah punya pacar? " tanyanya.

" ah, eh, eng-enggak kok bi, denis gak punya pacar! " ucap denis gugup.

Hening!!!

Seolah tau ketidakpercayaan abi nya, denis kembali berujar " ya allah sumpah bi, denis gak punya pacar. Sueerr!!! " katanya sambil mengangkat jari tengah juga telunjuknya sebagai tindakan sungguh-sungguh.

Mendengar itu, demian menggelengkan kepalanya. " gak baik lho dek, kamu sebut-sebut nama allah segala " ucapnya mengingatkan.

" ya abis abi nya gak percaya sih sama denis. "

" ya tapi gak perlu juga adek bawa-bawa nama allah " denis menghela nafas lelah saat ia mendengar jawaban dari abi nya.

" kalo adek nggak ngomong kayak gitu. Abi mana percaya sama denis!! " ucapnya sarkasme.

" abi percaya. " ucap demian yang langsung membuat denis mengadahkan pandangannya untuk menatap wajah abi nya.

" trus kenapa abi tiba-tiba nanya nya kayak gitu? Kan denis kira abi gak percaya sama denis. "

Demian tersenyum, ia bangkit dari tempat duduknya lalu bangkit untuk mendekat ke arah anaknya. Demian memukul juga merangkul pundak denis dengan wibawa.

" abi cuma mau mastiin aja, dan itu bukan berarti abi gak percaya sama kamu lho dek. Abi percaya, sangat percaya. Untuk itu abi manggil kamu kesini. " denis mengernyidkan dahinya bingung. Ucapan yang dilontarkan oleh abinya begitu mengandung banyak makna.

" maksud abi apa sih, adek kurang ngerti "

" kamu kenal sama khodijah azzahra said? "

DEG

Pertanyaan abi nya cukup membuat denis mematung, entah kenapa tiba-tiba jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari biasa nya. Denis tak mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh abi nya. Mengapa abi nya tiba-tiba menanyakan nama seorang gadis yang sejak beberapa minggu ini telah membuat pikiran denis sendiri gusar. Meskipun banyak yang memiliki nama tersebut, namun saat nama seseorang yang bersangkutan dengan hatinya membuat denis gelisah sendiri. Ada apa dengan gadis yang ia sukai?

catatan hati seorang muslimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang