Boboiboy © Animonsta Studios
Unexpected! © Furene Anderson
.
.
.
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam fanfiksi ini. Tidak ada maksud untuk menyinggung atau menjatuhan pihak-pihak tertentu..
.
.
.
If you don't feel enough with this Fanfiction, better if you stop read it, and push the back button then search the other story which you like the most of.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Halilintar POV
.
.
"Well, Taufan harus membayar semua ini. Seenaknya menentukan tempat pindah, tapi sama sekali tidak mau membantu angkat-angkat barang –Jangan Yaya. letakkan disitu. Carilah sapu atau apa –kau bisa membersihkan lantainya- biar aku saja yang mengangkut semua barangnya." Aku berjalan ke arah pintu keluar. Menghampiri gadis berhijab merah muda yang begitu keras kepala untuk mengangkut sebuah kardus seukuran televisi 32 inchi. Kardus yang sebelumnya kubawa, berukuran lebih kecil. Isinya peralatan baseball Taufan dan perlengkapan sepak bola milik Gempa. Aku bahkan belum sempat melakukan apapun pada barang pribadiku.
Memang sungguh sialan mereka berdua itu. Adik macam apa yang membiarkan kakaknya mengurus barang-barang pindahan sendirian? Well, aku tahu tidak mungkin menyuruh Gempa pulang dari Pulau Rintis hanya untuk sekedar membereskan barang pribadinya. Dan Mama pasti tidak akan memaafkanku jika sampai Gempa mangkir dari tugasnya menjaga Kakek yang saat ini sedang sakit. Dan meskipun aku duplikat Papa, sudah tentu Papaku adalah tipe Ayah kebanyakan orang. Dia tidak akan segan memblokir rekeningku jika sampai aku melanggar kata-kata Mama. Menyedihkan. Mengingat aku adalah tipe absolut, pembelot dan mampu mengintimidasi orang-orang hanya dengan tatapanku tapi sama sekali tak berdaya di hadapan wanita transendental keluarga.
Taufan. Tentu saja aku akan menghajarnya jika sampai dia berani muncul di rumah kontrakan nanti. Dia adalah orang yang paling antusias untuk pindah. Berusaha mencari lokasi strategis –setidaknya kami tidak perlu membawa kendaraan untuk ke kampus- dan menego dengan kemampuan negosiasi yang mengalir alami dalam darahnya. Tapi,
"Aku sedang sibuk menyusun skripsi. Masih banyak hal yang tidak kumengerti, makannya hari ini aku ke perpustakaan. Kebetulan Amy mau membantuku. Jadi, aku minta maaf karena tidak bisa membantu pindahan. Tidak apa-apa kan? Hei! aku kan yang sudah mencari rumahnya! Kau hanya tinggal membereskannya saja. Adil kan?"
Cih. Mengingatnya saja sudah membuatku dendam setengah mati. Sepertinya tidak ada salahnya jika aku memilikirkan apa yang harus aku lakukan untuk membuat Taufan sengsara karena berani memerintahku. Dia pikir dia siapa? Memangnya cuma dia yang sibuk dengan skripsi?
"Tapi, Hali kan pintar. Seperti namamu, kau pasti bisa menyelesaikan skripsimu secepat kilat tanpa kesusahan."
Seenaknya saja kalau bicara. Dikira orang pintar itu dewa yang bisa menyelesaikan tugas akhir sambil menutup mata.
YOU ARE READING
Unexpected!
RomanceSaat pindahan rumah, Halilintar bertemu Ying kembali. Seorang gadis yang selalu bisa menyulut emosinya setiap mereka bertemu. Tapi, pertemuan mereka justru menghadirkan sebuah alur yang sama sekali tidak diinginkan, baik oleh Halilintar maupun Ying...