Segar udara pagi menyambut kedatangan seorang remaja perempuan ke sekolah. Gita Atmaja. Nama singkat yang cantik nan indah, serupa dengan paras mungilnya. Gadis itu melangkah santai saat memasuki kawasan SMA Saka Bhakti. Gita adalah seorang remaja yang sifatnya masih labil dan yang lebih utama, ia adalah remaja yang memiliki tingkat ke-baper-an tinggi maksimal.
Pernah saat SMP, Gita baper gara-gara teman cowok sekelasnya, Rio, ngeliatin dia, terus gak lama Rio minjem penghapus. Saat itu juga Gita nuding Rio kalau katanya Rio suka sama Gita. Mendengar tudingan Gita, Rio lantas mengangkat alisnya tanda bingung.
"Apaan deh, yang suka sama lo juga sapa," ucap Rio terkekeh.
"Halah, buktinya lo daritadi ngeliatin gue. Udah gak usah malu-malu gitu." Gita mengibaskan rambutnya bak para model di iklan shampo.
"Keliatan amat dah mbak jonesnya, nih gue kembaliin penghapus lo. Gue gak mau entar dikira PHP-in anak orang lagi." Setelah mengucapkan kalimat itu, Rio pun tertawa kencang. Di lain sisi, Gita sudah menahan mukanya agar tidak terbakar rasa kesal luar biasa.
Sudah berkali-kali Gita bertindak seperti itu, bahkan Gita pernah masuk BK gara-gara dia menuduh Johny-teman les sekaligus teman sekolahnya- yang notabenenya sudah memiliki kekasih. Akhirnya, kekasih Johny tidak terima dan melabrak Gita di kantin. Kemudian mereka digiring masuk ke BK.
Bayangkan, masa SMP nya saja sudah kacau seperti itu. Bagaimana masa SMA nya? Jangan kaget, Gita yang dulu bukanlah Gita yang sekarang. Gita versi terbaru benar-benar cuek. Apalagi kalo sama cowok, persentase kecuekkannya meningkat sedikit lebih banyak. Tapi sifat manusia mana yang bisa hilang jika sudah melekat pada dirinya sejak kecil bahkan dari oroknya. Meskipun Gita berubah menjadi cuek, sifat alaminya alias sifat baper-annya masih melekat walaupun ia pendam sendiri.
Araya Pratiwi, sahabat sekaligus gudang segala uneg-unegnya berada. Apapun yang terjadi pada dirinya dan hatinya, Gita selalu menceritakannya pada Raya.
"Gita!" panggil Sonia, ketua eksul jurnal di SMA SakTi.
"Kenapa?" tanya Gita.
"Nanti pas istirahat gue boleh ngewawancarai lo? Buat majalah taunan sekolah," terang Sonia. Masalahnya, yang Gita bingungkan adalah ia bukan anak berprestasi di sekolahnya, anak famous apalagi, ya walaupun banyak siswa yang mengenal Gita.
"Kenapa gue?"
"Em, soalnya gue tertarik aja gitu buat ngewawancarain lo. Boleh, ya ya ya?" pinta Sonia mendesaknya.
"Yaudah deh, asal enggak aneh-aneh aja," jawab Gita sambil mengendikan bahu dan melanjutkan langkahnya menuju kelas XI IA 4.
Saat ia sampai diujung pintu kelas, suara cempreng mirip knalpot bajaj menusuk telinganya. Ia sudah hafal dengan suara itu. Ya, itu suara Raya yang pasti lagi beradu mulut dengan teman cowok yang lainnya. Mendengarnya, Gita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya bertanda pusing akan suara Raya.
"Apa lo! Bacot mulu dari tadi!" seru Raya masih tidak sadar jika Gita sudah duduk disampingnya.
"Ya elo mangkanya jangan pelit-pelit jadi cewek, entar kuburan lo sempit gimana?" timpal Nanda-teman cowok di kelasnya- sewot.
"Yang pinjem setip tapi gak bilang siapa? Hah?!"
"Pelit amat sih! Gak jadi dah gue pinjem, noh temen lo aja gak marah," balas Nanda. Saat itu Raya sadar bahwa ada sesosok makhluk nyata yang duduk disampingnya.
"Yakan yang punya setip gue, wajar kalo Gita gak sewot. Gimana sih?!" jawab Raya masih tak terima.
"Hih dasar kadal, pagi-pagi udah bikin emosi aja." Raya menggerutu nggak jelas, bibirnya komat-kamit mirip mbah dukun. Dan lagi-lagi Gita menggelengkan kepalanya.
"Udah ngerjain tugas belum, Git?" tanya Raya sudah mereda emosinya.
"Udah," jawab Gita simpel.
"Liat dong, ya?" Raya nyengir tak tau malu.
"Nyontek mulu," gerutu Gita, tapi tak urung memberikan bukunya kepada Raya.
"Yeayy makasih, Gitacuu!!" seru Raya masih dengan suara cemprengnya.
"Heeh," balas Gita.
###
11.30 Siang. Waktu sholat dhuhur berjamaah.
Semua siswa yang beragama muslim pergi menuju musholah sekolah. Gita berjalan bersama Raya disampingnya.
"Tuh cewek kalo sifatnya kagak adem kayak gitu, beuuhhh pasti mantul alias mantap betul. Ya gak?"
"Bener sob, bener banget. Memantul alias memang mantap betul!"
"Anjir apaan sih, mantul-mantul mulu dari tadi. Apanya yang mantul?"
"Ambigu kampret!"
Gita paham yang dimaksud sekumpulan cowok itu adalah dia. Baper dikit sih, tapi ia segera tak menggubris.
"Idihh saoloh, ganjen amat tuh cowok. Nih ya Git, biasanya kan yang ganjen kebanyakan cewek, lah ini cowok. Yakin tuh kagak belok?" celetuk Raya. Mendengarkannya saja udah geli.
"Biarin," balas Gita.
Setelah sampai di musholah, Gita dan Raya segera mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah sholat. Sekitar 20 menit berlalu, Gita dan Raya memilih pergi ke kantin. Masih ditemani dengan cerita-cerita ceria dari Raya. Raya-lah yang selalu mendominasi obrolan.
Ketika Raya memutuskan untuk membeli minuman, alhasil Gita harus mengantri membeli makanan. Gita mengantri dengan lumayan sabar, masalahnya perutnya sudah meronta-ronta agar segera diisi. Sebel juga kan akhirnya.
Saat itu juga dari sisi kiri terlihat seorang laki-laki yang lari ngibrit dengan salah satu tangannya memegang gelas yang isinya tinggal setengah. Sepertinya ia sedang kepedesan.
"Woi woi minggir woi, pedes banget gila! Misi, misi!" teriaknya tergopoh.
Gita menoleh kearah sumber suara. Ia terkejut karena laki-laki itu menabraknya, sehingga Gita jatuh dengan cairan minuman yang mengalir diatas kepalanya. Raya yang baru saja tiba lantas menutup mulutnya. Kaget.
"Lo ini apa-apaan sih?!"
###
Wowowowowow drama banget gila. Hm.
Please vote+comment guisss💖
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Teen FictionE-novel ini menceritakan tentang kisah dua remaja masa kini yang diliputi warna manis dalam sejarah masa putih abu-abu. ©2018 | nastygumm