Hanya satu.

292 52 31
                                    

Spesial untuk kitsunered09
Jangan dibaca! 😂

Kok kesel, Sih?
By : Dinda Alisha Mei Fattah
Harap bacanya jangan dibawa baper! 😂

Sang surya masih malu-malu untuk menunjukkan sinarnya, namun beberapa orang telah beranjak dari alam mimpi untuk memulai aktifitas.

Tanpa terkecuali, termasuk sosok tampan dengan rambut dikuncir lemas dengan keriput yang ada di hidungnya. Menyapa dan tersenyum ketika berpapasan dengan orang lain.

"Biasakan menyapa orang-orang di sekitarmu, Sasuke. Jangan memasang wajah datar begitu."

"Hn."

Dahi Itachi berkedut. Bibirnya ditarik paksa untuk melengkung ke atas. Memaklumi sifat yang telah mendarah daging pada adik semata wayangnya ini.

"Kenapa mahal sekali?!"

Sasuke menoleh pada asal suara. Pirang, bermata safir, namun kelihatan bodoh. Cih!

"Maaf, semua harga memang naik."

"Tidak mungkin! Biasanya juga cabai tidak sampai lima puluh ribu. Lha, ini? Hampir seratus ribu!" Si Pirang itu nyolot.

"Silahkan anda coba cek ke pedagang lain." Itachi memberi alternatif.

"Cih! Dasar pedagang tidak bermutu!"

Dahi Sasuke berkedut. Si Pirang itu tidak sadar diri, ya? Bahkan, dipelototi oleh Sasuke dengan tajam pun tidak mempan. Jika tidak cepat meyingkir, mungkin Si Pirang itu akan habis di tangan Sasuke.

"Sudah, Sasuke. Jangan menatapnya seperti itu."

Sasuke memutar bola matanya. Selalu saja seperti itu. Itachi terlalu lembek, menurutnya.

"Kenapa kau tidak bekerja di perusahaan saja, sih?!"

Itachi tersenyum, "Jika aku bekerja di sana, aku tidak akan bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang susah, Sasuke."

Sasuke tidak mengerti. Hidup nyaman dengan segala fasilitas berkualitas. Harusnya Itachi senang, 'kan? Namun, apa yang dilakukan Itachi malah bertolak belakang dari pikiran orang pada umumnya.

"Aku mau beli cabainya sekilo."

Sasuke menatap datar sosok pirang yang kembali datang.

"Biar aku saja, Kak." Sasuke mengambil alih tas plastik yang dibawa Itachi.

"Oi! Pilih cabainya yang benar, dong!"

Sasuke yang tengah menimbang  cabai menuli dengarkan telinganya.

"Kau tuli, ya?!" Si Pirang menuang kembali cabai yang ditimbang Sasuke.

Sosok Pirang itu memilah cabai. Sasuke baru sadar jika baju yang dipakai Si Pirang adalah seragam sebuah restoran. Naruto, ternyata namanya Naruto.

"Berapa harganya?"

"Seratus lima puluh ribu." Sasuke menyerahkan tas plastik berisi cabai pada Naruto.

"Lho, tadi 'kan seratus ribu! Kenapa bisa jadi seratus lima puluh ribu?!" Naruto tidak terima. Bisa-bisanya hanya berselang lima menit jadi ada tambahan lima puluh ribu.

"Denda atas pencemaran nama baik." Sasuke melipat kedua tangannya di depan dada.

A-apa katanya? Pencemaran nama baik?

"Tidak bisa begitu!" Naruto mengeluarkan uang selembar seratus ribu dari dalam dompet kodoknya. "Ini."

"Kau telah menghina kakakku. Denda ditambah dua kali lipat."

Ya tuhan! Kapan Naruto menghina pedagang ini?!

"Hey! Aku tidak pernah merasa melakukan itu!"

"Bayar, atau aku laporkan polisi."

Tubuh Naruto menegang. Sial! Padahal, Naruto ingin membeli komik keluaran terbaru.

Dengan gemetar, Naruto mengeluarkan dompet kodok miliknya. Ditatapnya dompet kodoknya, melas. Sial sekali hari ini.

"Ini ...." Naruto memberikan uang yang tersisa di dalam dompetnya. Sasuke tersenyum.

"Jangan kapok belanja di sini lagi, ya~"

Naruto melangkah dengan lunglai sembari menenteng tas plastik.

"Kau keterlaluan, Sasuke." Itachi menggelengkan kepalanya.

Sasuke menyeringai. Di otaknya telah tersusun rencana.

Tamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kok Kesel, Sih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang