Kalau ada nominasi manusia paling menyebalkan nomor satu seantero dunia, Ai dengan sangat senang hati mencalonkan Rayhan sebagai kandidat dan mempromosikannya keseluruh orang yang tak dikenal maupun dia kenal.
Kalau bisa sampai menyogok panitia supaya bagaimana pun caranya nama Rayhan Altezza Winarto tercatat sebagai pemenang turun temurun, dari zaman sekarang sampai Ai punya cucu, dan cucunya punya cucu lagi, cucunya cucunya punya cucu lagi, sampai cucunya cucunya cucunya punya cucu lagi.
Begini, hari ini libur hari ketiga semester pertama. Di atas sana matahari sedang bersahabat dikelilingi awan tipis. Jadi, Ai dengan setelan kaos putih longgar serta celana denim selutut sudah tiba di kosan Rayhan.
Namun yang terjadi,
Ai hanya berakhir di teras depan kosan, duduk bersebelahan dengan Rayhan dengan kaos hitam yang sekarang berubah menjadi abu abu di beberapa bagian, sablonannya sudah mengeletek, terdapat sobekan didekat dada kanan nyaris memamerkan ekhem, puting susu Rayhan kalau bergerak sedikit saja. Dan bawahan celana super pendek kuning motif pisang.
Tadinya Ai mau protes, tapi seketika ingat. Adik lelakinya dirumah tak ada bedanya dengan Rayhan sekarang. Dih, begini definisi semua laki-laki sama.
"Ray," Panggilan Ai terjawab oleh lirikan Rayhan, tanpa berbalik. Betulan, cuma melirik!
"Iya tulang rusukku?" Untung, Ai tak pernah mempersalahkan segala panggilan ajaib Rayhan. Walau sebetulnya, dalam hati Ai selalu bergidik jijik atas perilaku berlebihan Rayhan.
Sebentar, atau mungkin pernah. Sewaktu pulang sekolah, Ai masih dalam kawasan kelas dan kebetulan setengah dari teman-temannya masih segan untuk pergi.
Saat itu, Rayhan datang melongokkan kepala di ambang pintu dengan suara mirip knalpot motor lawas memanggil Ai dengan sebutan bidadari surga begitu keras, sampai merebut atensi semua penghuni kelas.
Besoknya, mendadak kelas Ai menutup pintu rapat-rapat. Sementara pada pintu tersebut tertempel wajah Rayhan disilang tinta merah bersebelahan dengan gambar doa mengusir setan.
"Kamu nggak ada niatan ngajak aku pergi?"
Sekarang Rayhan berbalik, melirik Ai lalu melirik ke atas langit, melirik Ai, melirik ke atas langit, melirik Ai, melirik ke atas langit selama lima kali.
Telunjuk Rayhan menyentuh udara, "Langitnya."
"Langitnya kenapa Rayhan?" Protes Ai tak terima.
"Cerah, sayang."
"Justru itu Rayhan, langitnya cerah itu berarti waktunya kamu ngajak aku jalan jalan." Usai mengatakan ini, Ai menangguhkan untuk tidak mengeraskan suara. Merayu manusia macam Rayhan cukup menguras emosi, Ai makin sebal.
"Bukan, Ai." Balas Rayhan, tentu saja sambil menguap menyebalkan.
Dih, laki-laki ini. Kalau bukan karna masih pagi. Sejak tadi mungkin Ai sudah membekap Rayhan dalam kulkas bersama semua snack, minuman bawaan Ai.
"Pasti belum mandi kamu." Yang ini langsung dijawab dengan gelengan oleh Rayhan. Belum cukup sampai disitu, Rayhan membuat gestur penolakan dengan menggoyangkan jari telunjuk di depan muka, sekali lagi menggunakan muka menyebalkan.
(Sst! Tapi tanpa membuat gestur di atas muka Rayhan memang sudah nampak menyebalkan tanpa dibuat-buat, hihi jangan bilang-bilang ya ini rahasia)
"Pantangan, jangan kena air."
"Aku ini siluman ikan." Kata Rayhan melanjutkan.
"Denger ya Rayhan mermaid itu gak ad—"