1

5.9K 574 138
                                    

Jaehyun POV

Saat kubuka mataku pagi ini aku merasa sama saja dengan hari-hari ku biasanya. Semua gelap. Bukan karena aku tinggal di tempat gelap atau lupa membayar tagihan listrik. Tapi karena mataku ini berbeda dari yang lain.

Aku mengalami kebutaan sejak berumur lima tahun. Penyebabnya?
Akan sangat panjang jika aku harus menceritakannya diawal. Kalian akan tahu seiring berjalannya kisahku ini.

"Ya! Jung Jaehyun bangunlah!"

Kudengar suara itu menerobos masuk dari luar kamarku. Suara yang sama yang selalu membangunkanku dengan teriakannya yang seperti alunan lembut bagiku.

Dia adalah adikku.

Adik yang sangat ku sayangi.

Adik laki-laki yang samar-samar kuingat wajahnya sewaktu ia baru lahir dan waktu terakhir aku melihatnya menangis ketika kecelakaan itu terjadi. Sebelum semuanya menjadi gelap bagiku.

"Kenapa kau hanya diam saja, cepat bangun!" Suara itu kembali terdengar dan lebih keras. Sepertinya ia sudah berada didalam kamarku sekarang.

"Taeyong-ie, sudah hyung bilang berapa kali kau seharusnya memanggilku hyung"

Aku mendengar suara desisan dari bibirnya. "Aku tidak mau. Cepatlah bangun, eomma sudah menunggumu"
Aku mengangguk kemudian bangkit dari ranjangku.

Kudengar kembali langkah kaki yang melenggang pergi dari kamarku.
Kalian pasti ingin tahu kenapa sikapnya seperti itu bukan?

Aku rasa adikku itu membenciku.

Mungkin karena ia malu memiliki kakak yang cacat.

Ia sering menyuruhku sembunyi di kamar ketika kawan-kawannya datang kerumah.

Ah betul, aku belum bilang kalau adikku itu sangat populer. Oleh sebab itu banyak teman-temannya yang sering datang kerumah.

Banyak orang bilang wajah Taeyong itu mirip dengan ibu kami, jadi aku rasa dia pasti memiliki wajah yang cantik seperti ibu.

Sementara aku lebih mirip dengan ayah kami yang sudah meninggal. Aku memiliki postur tubuh yang tinggi dan kata ibuku aku ini sangat tampan.

Cukup perkenalannya.

Aku harus segera beranjak dari kamar ini sebelum adik kecil ku kembali kemari dan menendang tulang keringku.

Aku mengambil tongkat di samping tempat tidurku dan berjalan keluar kamar secara perlahan.

"Chagi? Ayo kemari kita sarapan" suara lembut itu terdengar dan aku merasakan tangan lembut menggenggam tanganku dan menuntun langkahku.

Dia adalah ibuku. Malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menjaga ku.

"Kenapa kau berjalan sendiri?" tanyanya lalu terdiam sesaat. Aku bisa mendengarnya mendesah.

"Taeyong! Bukannya eomma menyuruhmu untuk membantu kakakmu?!"

Aku terkejut ketika ibuku tiba-tiba saja berteriak.

"Dia kan bisa jalan sendiri eomma. Dia itu hanya buta, bukan lumpuh. Eomma tidak perlu memanjakannya seperti itu atau dia akan selalu bergantung pada orang lain."
Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat.

Aku terkejut mendengar ucapannya.

Rasanya menyakitkan mendengarnya bicara seperti itu.

"Taeyong! Jaga bicaramu! Dia ini kakakmu"

"Aku tidak pernah ingin memiliki kakak yang buta sepertinya."

"Taeyong kau mau kemana? Hei!"
Aku masih tercengang di tempatku berdiri. Sementara ibuku terus menyerukan nama Taeyong.

Let Me See Your Face✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang