II

26 9 0
                                    

~Daun yang jatuh tak pernah membenci angin~ sebuah novel ciptaan Tere Liye telah selesai Lleva baca.

Dari jam istirahat tadi ia hanya membolak balikan halaman novelnya itu, dan akhinya selesai ia baca. Anin yang duduk disampingnya hanya fokus pada bekal yang ia bawa.

"Nin'' panggil Lleva tak terlalu keras, " pa?" Jawab Anin dengan mata masih fokus pada makanannya.

''Nin, plisss deh gue mau ngomong nih" seru Lleva, "ngomong aja, gue dengerin" balas Anin yang masih juga tak menatap wajah Lleva yang sudah tampak frustasi

"NIIIIINNN" teriak Lleva ''ok ok... gue dengerin nih, lo mau ngomong apaan" jawab Anin cepat setelah menyadari sahabatnya saat ini sedang marah.
''Gak jadi, dah males gue" jawab Lleva yang kemudian melipat tangannya dan menenggelamkan wajahnya disana. " ih lev, sory sory tadi gue tuh laper banget" balas Anin jujur "...." tak ada jawaban dari Lleva, dan Anin pun mengerti jika sekarang seorang Alleva butuh ketenangan jika sedang marah.

" Llevaaaa, gue dapat kabar penting" teriak seseorang yang mampu membangunkan Lleva yang tadinya hanya diam dan menutup matanya, " apasih Nov, ganggu aja tau nggak. Gue tuh mau marahan sama Anin dulu" jawab Lleva malas,

" ih Lleva gue punya kabar penting banget" kata Novi tanpa memperdulikan wajah marah Lleva "apaan hah" ketus Lleva
" masa ya, story ig gue dilihat sama kak Dimas, sumpah demi apa gue seneng banget tau nggak" kata Novi dengan wajah sumrinfahnya "Astagfirullah, gue kira berita penting apa, cuman diliat aja seneng lo" " biarin, yang penting gue happyyy" jawab Novi dengan senyumnya

" hkmm... kalian pada ngomongin apa sih gue gak tau, kasih tau dong" kata Anin yang dari tadi memang bingung dengan percakapan kedua sahabatnya itu.

" adadeh ... lo gak perlu tau" jawab Lleva ketus menandakan ia masih marah " ealah lev, udah dong marahnya, nanti gue kasih drama baru deh" bujuk Anin " beneran?" "Iya Lleva cantik" kata Anin lagi " yaudah gue udah gak lagi marah sama lo" kata Lleva dengan senyum manisnya.

Skip
Pulang sekolah
15.38

Dengan terburu buru Lleva memasukan bukunya kedalam tas, ia ingin segera pulang kerumah dan istirahat

"Llev lo gak shalat ashar dulu disini" kata Anin, "gue baru gak shalat nin, gue mau cepet-cepet pulang, gue capek banget" jawab Lleva "o gitu, yaudah lo ati ati ya di jalan"

Dengan setengah berlari Lleva meninggalkan kelasnya, ia menyusuri lorong sekolahnya untuk menuju ke pintu gerbang. Dan tanpa disengaja matanya menatap nanar sosok yang akhir- akhir ini ia kagumi ~kak Rendy~ ya itu kak Rendy, tapi dengan siapa ia sedang duduk dan tampak kak Rendy memberi coklat pada cewek yang ada di sebelahnya itu.

Melihat itu semua, sungguh Lleva tak merasakan apapun dihatinya, sakit pun tidak, yang ia rasakan hanya tetesan air matanya yang mengalir tanpa permisi.

"Apa yang gue rasain saat ini, sumpah ini bukan gue banget" bisik Lleva pada dirinya sendiri "bodo ah, gak mikir gue" ketus Lleva sendiri.

Gerbang sekolah
"Duh taksi kok gak ada yang lewat sih, pada males cari uang ato gimana sih" kesal Lleva . Tak biasanya ia bisa sekesal itu, dan hanya dikarenakan laki-laki yang entah tak tau bagaimana perasaannya terhadap dia.

"Udah dong Lleva, lo tuh awalnya cuman kagum, dan gak ada kata cinta ok" katanya pada diri sendiri.
Setelah menunggu lama akhirnya taksi pun lewat dan menghampirinya.

~Rendy pov~

"Gue harus berhasil dengan rencana ini" katanya, kemudian ia mengambil coklat dari tasnya, ia pun melangkah keluar dan duduk di bangku yang ada di depan ruang kelas.
"Ngapain lo panggil gue kesini, kurang kerjaan tau nggak" kata seorang cewek yang menghampiri Rendy "kan udah gue jelasin tadi malem, udah deh, nanti gue bayar" jawab Rendy seraya menarik tangan cewek itu saat targat dari semua rencananya hampir mendekat.

Dengan buru-buru Rendy memberikan coklat yang sudah ia siapkan ke cewek itu, ia menyerahkan coklat itu dengan sangat sangat lembut, dibuat seromantis yang ia bisa.

Sudah lama ia hanyaengobrol dengan cewek itu dan akhirnya ia bernafas lega karna targetnya sudah pergi, targetnya mungkin sudah panas dengan apa yang barusan ia liat.

"Huh... akhirnya" kata Rendy menyandarkan tubuhnya ke dinding kelas yang bersatu dengan bangku itu.

"Lo kenapa sih, pake bawa-bawa gue segala" tanya cewek itu. "Gak papa lo gak perlu tau" jawab Rendy langsung berdiri dan kembali kekelasnya untuk mengambil tasnya.

" dasar adek durhaka lo, kalo tau gini gue gak bantu in lo tadi" ucap cewek yang menyebut dirinya kakak dari Rendy

Ya.. ia memang kakak Rendy, bernama Karin dan sudah kelas XII

~Rendy pov end~

*Sebuah rencana yang telah tersusun rapi tanpa diketahui oleh si target*

Next part III

AllevaWhere stories live. Discover now