Kau tau? Senja adalah salah satu hal yang paling menakjubkan di dunia ini. Kenapa? Karena saat menatapnya kau takkan mampu tuk berpaling. Warnanya yang merah saga yang kan menghipnotis mu tuk jatuh cinta. Sisa-sisa cahaya yang kan kau rindu sebelum bertemu malam. Seperti dia, yang tak mampu ku berpaling darinya. Pesona yang selalu ku rindu sebelum menghilang berganti sepi.
.Terduduk ku diantara bebatuan, di pinggir pantai. Menatap senja yang menyapa sendu. Belaian angin seakan menyuruhku untuk segera pergi dari sana, karena hari mulai gelap. Namun, kaki ini enggan tuk beranjak dari sana. Pikiran ku terus melayang, memutar memori lama yang terus ku simpan.
Dan tiba-tiba, sesosok bayangan kelabu berjalan di atas lautan seakan menghampiriku. Langkahnya begitu mempesonaku, hingga mata ku tak berkedip kala ia telah di hadapku. Dia, dialah yang yang selalu mengganggu pikiranku. Dia yang selalu ku tunggu, yang akhirnya kini ia datang dihadapanku.
“kenapa Mira gak pulang?” ucap sosok itu. Dia adalah mas Roby. Keponakan tetanggaku, bi Jiah. Sekaligus orang yang akan segera meminangku.
“Mira nunggu mas” lirihku, namun mas Roby hanya tersenyum menanggapinya.
“kenapa? Kenapa mas Roby lama sekali! Bukankah mas Roby akan melamar Mira?! Mas Roby gak tau seberapa lama Mira nunggu mas Roby! Kenapa mas gak kembali...” bentakku, dan perlahan pula, sebuah air mengalir dari mata ku seiring dengan suara ku yang kian merilih menundukkan wajahku. Namun, tak ada jawaban dari mas Roby. Hening kami rasa, hanya isak tangis ku yang kian terdengar.
Hingga sesuatu mengusap atas kepalaku dengan penuh kasih. Tangan kokohnya terus mengelus kepalaku, lalu memelukku dengan penuh cinta. Hangatnya pelukkan yang selalu ku damba. Wangi khas yang selalu ku rindu. Dan kasih sayang yang selalu ingin ku rasa. Kini telah kembali pulang. Ku mabuk akan segala yang ia tawarkan, ku terhanyut akan segala yang ia berikan. Ku sangat mencintainya, hingga tangis ku pun berhenti di pelukkannya. Dan ia pun membuka suara
“maaf...” ucapnya kian mengeratkan pelukan.
“Mira cinta mas... Mira sangat mencintai mas Roby” sergahku dan membalas pelukannya.
“mas juga cinta Mira... Lebih dari Mira cinta mas”
“lalu kenapa mas pergi, hah!?”
“mas harus pergi Mir”
“lalu kenapa mas lama gak kembali? Orang-orang bilang sama Mira, mas gak bakal balik lagi. Bahkan bi Jiah juga bilang gitu... Mira kecewa sama mas Roby! Tapi tetep. Mira yakin sama mas Roby. Mas Roby pasti balik lagi, dan bakal ngejemput Mira. Buktinya sekarang mas Roby ada disini. Mereka jahat iya, kan?” ucapku dan kembali menangis di pelukannya.
Kami terhanyut akan kebisuan. Tiada lagi yang membuka suara. Kami terduduk di atas batu besar di pinggir pantai. Dengan desiran ombak yang kian membesar dan angin malam yang kian menghujam kulit. Namun, itu semua tak membuatku ingin beranjak dari sana. Karena yang ku rasakan kini hanyalah kehangatan yang mas Roby salurkan. Ia mendekapku, membiarkan ku bersandar pada dada bidangnya. Merasakan kehangatan yang tiada dua. Ingin ku hentikan waktu. Membiarkan ku melebur dalam peluk cintamu.
“mas..” panggilku.
“hmm” gumamnya.
“apa ini cuma halusinasi Mira?” ucapku yang kian membenamkan wajahku dalam peluknya, mencoba kembali mencari kehangatan yang mungkin saja akan kembali menghilang. Namun mas Roby hanya diam tak bersuara.
“mas... apa mas bakalan pergi lagi? Bawa Mira mas, bawa Mira. Jangan tinggalin Mira lagi” rengek ku dalam pelukannya.
“mas gak kemana-mana Mira, mas ada. Mas selalu ada selama Mira selalu inget mas”
“lalu kenapa mas pergi? Ninggalin Mira. Apa mas tau, selama mas pergi, banyak lelaki yang datang ke rumah. Mereka ingin melamar Mira mas. Apa mas mau Mira di ambil orang!? Dan menikah dengan salah satu di antara mereka?”
“lalu kenapa Mira gak menerima salah satu lamaran mereka?” ucap mas Roby dengan lembut. Namun, bagai ribuan tikaman pisau untukku. Sebegitu tak berharganya, kah? Dengan kasar ku lepas pelukan yang selalu ku rindui selama ini. Air mata kembali merembes, mengalir keluar membasahi pipi yang terjatuh di atas batu yang ku duduki
“apa Mira sebegitu tak berartinya untuk mas Roby? Hingga dengan entengnya mas Roby menyerahkan Mira pada orang lain! Lalu untuk apa penantian Mira selama ini, hah? Apa hanya untuk kesia-siaan? Bukankah mas Roby mencintai Mira? Lalu apakah itu hanya bualan belaka? Hanya untuk menerbangkan lalu menjatuhkan hati Mira ke dasar luka! Mira gak pernah mengharapkan ini mas...”
“ mas pula. Mas tak pernah menginginkan ataupun memimpikan Mira bersanding dengan yang lain. Mas sangat mencintai Mira, Mira sangat berarti untuk mas. Bahkan saat kejadian itu pun, mas selalu mengingat Mira. Berdo’a agar mas dapat kembali dan segera menikahi Mira. Namun takdir yang memutuskan....”
Belum sempat mas Roby menyelesaikan kalimatnya. Ku segera memeluknya, menghapus derai air matanya. Untuk yang pertama kalinya ku lihat ia menangis.
“maafin Mira mas... Tapi Mira hanya ingin mas ada disamping Mira, bukan yang lain”
“takdir yang memutuskan Mir... mas gak bisa di samping Mira, tapi mas selalu ada di kenangan Mira”
“Mira mohon mas... kembali. Bukan kah kita udah ngerangkai masa depan kita? Dimana kita memiliki keluarga kecil kita sendiri yang bahagia. Dan kita akan menua bersama, dalam rumah kecil kita nanti. Mira mohon mas” bajunya yang putih basah akibat air mataku yang terus mengalir tanpa henti.
“mas tunggu Mira di syurga-Nya nanti. Dan kita akan membangun rumah kita yang kekal abadi.”
Seiring dengan kalimatnya. Kepulan asap putih mulai melingkupi, membiaskan tubuh mas Roby bak angin menerbangkan debu. Tubuh mas Roby mulai memudar di terpa angin.
“mas Roby cinta Mira, dan akan tetap bagitu. Jadilah bidadari ku” itulah kalimat terakhir yang terucap dari bibir mas Roby sebelum hilang terbawa angin pantai.
Air mata tak mampu tuk ku tahan. Ia keluar dengan deras seiring dengan luka lama ku pendam, kini terluapkan. Ia kembali pergi. Kasih ku kembali pergi meninggalkan luka yang kian meronggga asa. Ingin ku menjerit, menjelaskan luka ku pada dunia yang fana ini. Rasa sakit yang kian menyesakkan tak mampu membuatku bernafas lagi. Remasan kecewa meyiksa lara menghancurkan kepingan hati yang kian menghilang.
Seseorang menepuk pudakku, namun ku enggan berbalik memandangnya, rasanya masih terlalu sakit tuk menatap kenyataan. Ku tutup wajahku dengan kedua tangan ku, menyembunyikan tangis yang kian menderas. Dan seketika dapat kurasakan sebuah pelukan hangat merangkul tubuhku yang kian bergetar hebat.
"sudah mbak, ikhlasin. Mas Roby pasti gak mau mbak kayak gini. Ikhlasin mas Roby ketemu sama yang maha memberi hidup dan mati, mbak"
Tangis ku kian menderas mendengar penuturannya. Benarkah ia pergi? Membiarkan ku sendiri? Menghadapi dunia yang kejam ini sendiri berdiri?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makasih.... Mohon kritik & sarannya. :)Alurnya ketebak ya?:D
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of Time
Short StoryEntah harus ku ungkap bagai mana. Tentang rindu yang terperangkap, tentang raga yang terpisah jarak. Dan tentang kenyataan yang tak ingin terungkap.