Bagian 1 - Pertemuan

9 0 0
                                    

Suara dari alat jantung dokter berbunyi. Ruangan putih yang buram. Bau sebuah kamar yang begitu menyengat. Mungkinkah aku berada di rumah sakit lagi. Aku bisa melihat ayah duduk dengan Kak Nia disana.

"Uh..." Ayah terkejut mendengar suaraku. "Erin, kau sudah bangun ? syukurlah kau sudah siuman" Aku bisa menebak apa yang ayah katakan tadi.

Penyakit ini selalu menggangguku. Kenapa harus ada penyakit seperti ini. Aku hanya bisa meratapi nasibku yang tidur di kasur. Aku melihat jam dinding kemudian melihat tanggal dibawahnya.

Ayah selalu menandai tanggal jadi aku tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri. Entah apa sebab aku bisa tertidur lama tapi biasanya ada sebuah pemicunya. Sesaat aku menyadari sedikit saat datang bulan.

"Kau mengalaminya lagi" Kak Nia hanya duduk disampingku sambil memegang tanganku sementara ayah pergi keluar. "Maafkan kakak yang tidak bisa menjagamu dan tidak bisa menjaga janji ibu"
"Sudahlah kak, biarkan ibu istirahat dengan tenang. Jangan cemaskan aku" Aku menggenggam tangan kakakku yang dingin. Tubuh kakak bergetar ingin rasanya aku memeluknya.

Setelah kejadian rumah sakit aku kembali dengan aktivitas sekolah. Padahal sudah hampir semester 6 tapi aku selalu terkendala dengan penyakit ini. Aku harus mendapatkan universitas yang bagus kemudian belajar dengan giat agar tidak merepotkan kakak dan ayah.

"Serina..." Seseorang memanggilku. Aku menoleh kearahnya kemudian dia menunjuk kedepan. Tiba-tiba semua orang melihatku. Sepertinya aku melakukan sesuatu. "Kau mendapat bagian apa ?"

"Ah, maafkan aku" Aku membuka kertas. Sejenak aku mendengarkan bisikan yang tidak enak didengar. "Aku dapat Juliet..."
"Apa ?"
"Aku dapat Juliet..."
"Dia bilang, dia dapat Juliet"

Orang-orang mulai ribut kemudian ketua kelas menenangkan dan kembali ke topik. Aku mendapatkan bagian yang tidak diduga. Aku harus berusaha tapi siapa Romeonya. Tiba-tiba kelas heboh lagi. Aku dipasangkan dengan artis kelas dan tenar bagi kaum hawa. Namanya Jendra yang merupakan anak konglomerat seantero provinsi.

Sepertinya mereka bertatapan cemburu kepadaku tapi itu adalah sebuah takdir. Hingga aku mendapatkan sebuah hadiah kecil dari mereka. Kenapa harus ada orang hina seperti mereka di sekolah ini.

"Cut ! Fokuslah Serina ! Kau selalu lupa bagian itu"
"M...Maafkan aku" Bukannya aku tidak bisa fokus tapi dengan dia dihadapanku yang seperti orang menjijikan ingin aku memukul wajahnya.
"Baiklah, kita istirahat dulu"

Aku melihat orang-orang sementara aku memandangi minuman yang diberikan untuk pemain. Jendra mengagetkanku kemudian mencoba latihan mandiri bersama. Aku hanya mengangguk kemudian dia mengajarkan aku banyak hal.

Setelah istirahat, penampilanku semakin baik. Aku harus berterima kasih kepadanya. Mungkin aku harus beli sesuatu yang enak atau membuatnya. Kalau dilihat dia tidak sedikit pun tertarik dengan wanita.

Perlakuannya sama, itu sebabnya dia tidak ingin menjalin hubungan. Aku dengar dia tidak pernah pacaran atau mendengar gadis yang disukainya atau tipe kesukaannya seperti apa.

Sore tiba, semuanya berpamitan pulang. Aku yang biasanya dengan kakakku pulang tiba-tiba harus sendirian. Langitnya mendung dan mungkin akan turun hujan. Aku melihat anak-anak membawa payung. Bagi mereka hujan adalah rezeki yang sangat dinantikan.

Hujan pun tiba, untungnya aku berhenti sebelum hujan tiba. "Lho, bukannya Serina ?" Seorang pria menyapaku. Ternyata ketua kelas. "Bukankah kau selalu dijemput ?"
"Ehm... kakakku sedang ada urusan, jadi aku harus pulang sendirian"

Suasana menjadi hening sejenak kemudian dia memberikan payungnya. "Kau bisa pakai payungku jika kau mau" Aku menatap matanya dengan aneh.
"Maaf, tapi sebenarnya aku punya payung juga"
"B...begitu ya..." Suasana menjadi hening lagi. "Apa kau pernah makan di cafe FGD ?"
"Belum, aku tidak pernah kesana. Maaf"
"A..ah tidak seharusnya aku yang minta maaf. Aku lupa kalau kau sering sakit" Ketua kelas sepertinya mengeluarkan sesuatu di tasnya. "Kau terlihat pucat, pakai saja jaketku"
"Terima kasih"
"Sepertinya temanku sudah keluar, aku pulang duluan"
"T..tunggu !"

Ingatan, Lagu, dan DiaryWhere stories live. Discover now