0.1

604 34 11
                                    

Namanya Isabel Hariana Purnama. Anak kedua dari pasangan Hari Akhsani dan Nataria Puspasari. Memiliki kakak laki-laki bernama Gilang Harianata Purnama. Ia adalah anak yang tergolong malas tetapi berotak encer. Senang bermain games dan tidak suka hal-hal yang berbau korea.

🌻🌻🌻

Pagi ini, Abel bersiap untuk pergi ke sekolah. Merapikan seragamnya dan tak lupa juga memakai topi serta dasinya. Ia berangkat lebih awal karena hari ini adalah hari Senin. Abel segera turun ke ruang makan untuk sarapan. Di sana, sudah ada ibunya yang sedang menyiapkan makanan dan Gilang yang sedang memainkan ponselnya. Ayahnya sedang tidak di Rumah karena ada urusan bisnis di luar kota.

"Pagi mom," sapa Abel dengan cengiran lebarnya.

"Pagi sayang," balas Nataria hangat.

"Oke gue ngga disapa. Awas aja ntar, gue turunin di jalan baru tau rasa lo!" Ucap Gilang gilang terima.

"Yaudah, tinggal aduin ke papa, wlek!"

"Anjirr gue gaplok juga ya lo lama-lama"

"Gaplok aja gak takut!" ledek Abel sambil cengengesan.

"Ya ampun, kalian ini kerjaannya ribuut aja. Udah cepet dimakan, nanti telat lagi sekolahnya!" Ucap Nataria tegas.

"Iya ma," balas mereka kompak.

Abel dan Gilang segera memakan makanan masing-masing karena takut tidak diberi uang jajan selama seminggu kalau tidak menurut. Setelah selesai sarapan, mereka berpamitan kepata Nataria dan segera berangkat ke sekolah karena sudah pukul 06.15. Setelah 15 menit perjalanan, mereka sampai di SMA Nusa Bangsa. Salah satu SMA favorite di Jakarta. Karena memang sudah sering meraih juara saat perlombaan, baik bidang akademik maupun non akademik.

Mereka berjalan berdampingan hingga berpisah karena kelas 12 berada di gedung belakang, sedangkan kelas 10 dan 11 berada di gedung utama. Abel baru saja masuk ke dalam kelasnya, 10 MIPA 3, dan langsung disambut oleh ketiga sahabatnya.

"Abelkuuu unchh!" Ucap salsa sambil memeluk Abel erat.

"Aduuh sal, gue sesek nih gabisa napas woy," Abel berusaha melepaskan pelukan Salsa namun nihil hasilnya.

"Udah sal lepasin, Kasian noh si Abel gabisa napas!" kini giliran Mila angkat bicara.
Sedangkan Zahra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya Salsa melepaskan pelukanya dari Abel.

"Iih...gue kan cuma kangen sama Abel unch unch gue," ucap Salsa sambil mengerucutkan bibirnya.

"Alay lo, baru gak ketemu sehari ae udah kangen, gimana kalo ntar gak ketemu gue selamanya?" Abel memutar bola matanya.

"Abel kok ngomongnya gitu sih, ucapan itu doa loh bel."

"Sebahagia lo deh Sal." Ucap Abel malas. "Abel bikes!" Balas Salsa dengan gaya centilnya.

' TING TUNG... Bagi anakku sekalian, harap segera berkumpul di halaman gedung utama karena upacara akan segera dimulai '

"Eh, udah disuruh kumpul tuh," ucap Mila bermaksud mengingatkan bahwa upacara akan segera dimulai.

"Yaudah yuk ke bawah!" Abel menarik tangan ketiga sahabatnya itu. Yang ditarikpun hanya mengikut saja.

Setelah sampai di halaman, mereka segera mencari tempat menyesuaikan barisan. Abel berada di barisan paling kiri, sedangkan Mila berada di sebelahnya dan Salsa berada di depan Mila. Saat ini Abel tidak berkonsentrasi mendengarkan nasihat dari kepala sekolah, karena laki-laki di sampingnya yang ia ketahui adalah kakak kelas, terus memperhatikannya dengan tatapan tidak bisa diartikan.

Treffen [[Slow Update]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang