Sahabat resek

409 13 4
                                    


Gadis kecil kebanggan kedua orangtuanya itu sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik menawan. Memang dia tidak setinggi Puteri Indonesia, tidak secantik ratu Bilqis bahkan tidak semulia Fatimah az Zahra. Tapi dia mencoba untuk menjadi pribadi yang muslimah tunduk akan perintah dan larangan Allah. Orangtuanya selalu mendidiknya dengan nilai-nilai islam. Kasih sayang selalu menyelimutinya. Kakak-kakaknya selalu menjaganya bahkan memprioritaskan kepentingannya daripada kepentingan mereka sendiri. Kenalkan namanya Dindatasyah Choirun Nisa’ panggil saja Dinda.
Dinda terlahir dari pasangan suami istri Mathias dan Meeva. Sejak menempuh pendidikan di menengah atas. Dinda selalu mendapatkan perhatian lebih dari semua guru-gurunya. Gadis periang, cantik, manis serta rajin. Itulah yang selalu dilontarkan bapak serta ibu guru yang mengajarnya. Semua nilai serta hasil belajarnya memuaskan dan selalu masuk dalam tiga besar. Dia sering diikutkan andil jika ada lomba-lomba bahkan dia juga aktif di organisasi sekolah. Murid kesayangan Bu Susi guru bahasa Indonesia sebab Dinda suka dengan puisi. Tapi dibalik itu semua Dinda adalag gadis yang rapuh, dingin sama orang lain, serta cuek sama lawan jenis.
Rapuh, yah dia rapuh sejak ayah yang sangat dicintainya meninggal. Ia sangat terpukul kehilangan Ayah tercintanya. Ayah yang selalu menuruti akan keinginannya, bahkan ketika ia meminta apapun tak ada kata penolakan dari ayahnya. Namun, saat ini ia hanya tinggal dengan bundanya. Kakak-kakaknya telah menikah dan telah tinggal dengan suami dan istri mereka. Dinda memiliki dua saudara yakni Rahmadania Michella dan Zaliandra Syarief. Michel menikah dengan Dimas dan telah memiliki seorang anak. Sedangkan Ali menikah dengan Prilly sudah selama 3 bulan yang lalu.
Ngomong soal cinta.. wah ini menarik untuk diperbincangkan. Bagaimana yah.. cinta gadis muslimah ini? Gadis yang gak pernah merasakan apa itu pacaran, ditembak cowok bahkan jalan berdua bersama atau istilahnya kencan. Gadis berjilbab yang sangat menjunjung tinggi prinsip hidupnya. “Pacaran? Apa sih pacaran itu? Islam kand melarang kita pacaran? Aku gak mau pacaran, aku maunya nanti aja kalau sudah nikah”. Yah itulah prinsipnya gak mau pacaran dulu maunya langsung dilamar. (Eah ngomong dilamar tapi sama siapa? Hahaha.)
Cuek sama cowok, dingin tanpa reaksi jika ada teman laki-lakinya yang mendekati. Itulah yang membuat banyak temen perempuannya heran. Padahal gak sedikit loh yang mendekatinya. Dinda dan kedua sahabatnya sedang duduk di taman Kota Surabaya. Tiba-tiba Inez mengeluarkan suaranya. Padahal sedari tadi mereka pada sibuk sendiri. Dinda membaca novel yang baru saja tadi dibelinya. Pinka makan ice cream coklatnya. Dan Inez yang tengah asik main dengan ponselnya. ”Kamu kenapa sih Din?” kata Inez menegur Dinda yang sedang baca novel Ta’aruf Cinta. Kata ini yang selalu ia tanyakan kepada Dinda ketika sahabatnya menolak cowok yang menyatakan perasaannya. Dan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk Inez menanyakannya.
”Kenapa apanya?” Dengan heran Dinda berbalik tanya. Ia tak mengerti apa yang dimaksudkan Inez. Inez tiba-tiba bertanya dengan pertanyaan yang menurutnya membingungkan.
”Yah kamu. banyak cowok yang mau ndekati kamu. Tapi, kamunya malah cuek bebek.” ceplos Pinka yang sedari tadi makan ice cream di kanan Dinda. Pinka mengetahui perihal apa yang ingin ditanyakan Inez kepada Dinda. Namun Dinda tak menjawab pertanyaan kedua sahabatnya. Dia cuma tersenyum sambil menutup buku yang tadi dibacanya. Melihat ekspresi Dinda, Pinka mencibikkan bibirnya. Sedangkan Inez menghembuskan nafasnya kasar. Selalu seperti ini yang diperlihatkan Dinda bila kedua sahabatnya menyinggung soal cowok yang mendekatinya.
”Ck. Jawab dong. Kog malah senyum? Kita itu penasaran dengan kamu? Selalu saja seperti ini?” kesal Pinka kepada Dinda karena yang tak segera menjawab pertanyaannya.
Dinda membenarkan posisi duduknya yang diikuti oleh kedua sahabatnya. Dia mengambil nafas dalam dan menghembuskannya. Dan Dinda mulai berbicara, ”Denger yah. Bukannya aku gak mau temenan sama mereka. Aku terbuka kok sama cowok. Buktinya aku juga berteman baik kand sama mereka.” Yah, Dinda memiliki banyak teman laki-laki disekolahnya. Dan jangan kira ia merupakan gadis yang tak bisa bergaul. Ia menjadi salah satu anggota OSIS dari situlah ia mendapatkan banyak teman cewek maupun cowok. Bahkan dikelaspun teman laki-lakinya juga sangat menyukai Dinda. Karena Dinda merupakan anak yang mudah bergaul.
”Tapi kand? Mereka itu bilang ke aku. Aku mau nembak Dinda tapi takut kalau ditolak. Dia kand gak mau diajak pacaran.” timpal Pinka menanggapi penjelasanku.
Dinda kembali mengukir senyumnya, ”Guys. Pacaran? Gak ada kata pacaran di kamusku. Pacaran akan menjerumuskan kita ke perbuatan zina. Pasti kalian berfikir kita sudah besar kok, sudah pantas kita pacaran Din? Jangan mikirin soal pelajaran melulu deh? Sekali-kali kita pacaran kand gak papa. Yah aku tau soal itu. Tapi, kita kand harus mencegah dari perbuatan yang menjurus ke zina. Pacaran secara tidak langsung membuat kita melakukan zina. Yang pertama zina mata, semakin kita lama memandang ke lawan jenis itu yang namanya zina apalagi dengan adanya sebuah nafsu. Trus nanti kita gak bisa berhenti mikirin dia, berhayal jalan-jalan berdua pas malam minggu itu juga zina hati. Dan masih banyak yang lainnya yang menjurus ke perbuatan zina.” Dinda menjelaskan panjang lebar pada kedua sahabatnya.
  Inez dan Pinka hanya bisa diam dan mendengar penjelasan Dinda tanpa mau berkomentar. Mereka sudah kenal Dinda jika sudah bicara soal pacaran. Pasti Dinda akan ngomong panjang kali lebar kali tinggi. Dan hasilnya volume. Itulah yang membuat mereka hanya diam, jika diladeni bisa-bisa pulang sekolah gak kelar-kelar deh. ”Jadi aku gak mau pacaran Nez. Aku maunya nanti jika ada yang menikahiku disaat itulah aku akan pacaran saat setelah pernikahan. Untuk saat ini belum ada lawan jenis yang mengusik hatiku.”
”Trus mereka yang mau nyatain cintanya ke kamu gimana?” Pinka mulai angkat bicara.
”Kalau mereka mau nyatain cintanya ke aku. Ya silahkan. Aku gak ngelarang kok siapa saja yang nyatain cintanya. Pasti nanti akan aku jawab sebaik-baiknya. Dan Insya Allah gak akan nyakitin perasaan mereka. Kalian kand tau sendiri itu.” jelas Dinda ke sahabat-sahabatnya. ”Dan sekarang aku mau mikirin belajar dulu. Lulus dari SMA nanti aku mau ngelanjutin kuliah di Jurusan Kimia.”
”Cieee. Jadi dosen kimia.” ucap Inez dan Pinka bebarengan yang menggoda Dinda. Disambut senyuman Dinda dan mereka saling berpelukan. Berharap cita-cita mereka dapat dicapai. Inez ingin melanjutkan pendidikannya untuk menjadi seorang pendidik sekolah dasar, sedangkan Pinka akan menjadi dokter. Dinda sendiri ingin menjadi dosen.
”Din. Dinda. Ada yang mau kenalan sama kamu tuh?” goda Pinka pada Dinda sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di bangku sebelah mereka duduk. Laki-laki yang sedari tadi memperhatikan tiga sahabat yang sedang asyik bercengkrama. Dinda menoleh kearah yang ditunjuk oleh Pinka. Mengetahui Dinda melihat kearah yang ditunjuk Pinka, laki-laki itu tersenyum dan menganggukan kepalanya maka Dinda membalas dengan hal yang sama.
Setelah itu Dinda mengembalikan kepalanya ke posisi semula dan menatap tajam orang yang di depannya. ”Pinka.” jawab Dinda dengan nada agak meninggi. Pinka tertawa dan mengangkat kedua tangannya membentuk initial piss.piss. Inez cuma bisa tertawa melihat muka Dinda yang pingin marah sama Pinka. ”Ayolah katanya terbuka sama cowok. Jadi gapapa kand kalau dia mau kenalan. Apalagi dia sedari tadi melihat kearahmu terus.” goda Pinka sekali lagi.
”Ih. Pinka... siapa tau ia melihatmu bukan aku.” Dinda mulai mencubiti Pinka yang berada di sampingnya. Pinka mulai bangkit dari tempat duduknya dan berlari menjauhi serangan Dinda ke badannya.  Sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran. Inez tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya.
1 jam yang lalu.
Universitas Bimantara
Perkuliahan yang melelahkan telah menguras tenaga laki-laki tampan mahasiswa Kedokteran. Hari ini ia memiliki jadwal praktik sekaligus harus mengurus administrasi magang 1 untuknya. Ia melepaskan kancing lengan kemejanya dan menggulungnya hingga ke siku. Ia menyeruput ice cappucinonya, dan kedua sahabatnya menghampirinya.
”Lagi ngapain bro?” sapa Verrel yang langsung mengambil duduk disampingnya. Sedangkan Billy lebih memilih duduk berseberangan dengan mereka.
”Bu, baksonya dua dan Ice susunya 1 yah?” teriak Billy kepada Ibu Kantin karena posisi duduk yang dekat dengan etalase penjual bakso, maka Billy tidak harus berjalan dulu untuk memesannya. ”Riz, lo kenapa kog muka kusut amat?”
”Gue kog gak dipesenin sih Bil?” protes Verrel.
”Pesen aja sendiri, gue gak tau apa yang lo mau.”
”Yah... samain aja sama lo kand bisa? Yah males nih harus teriak lagi, gue dah laper lagi? Ya udah deh, gue pesen sendiri aja. Eh lo tadi kand dah pesen bakso dua jadi tinggal minum aja kan?”
”Baksonya bukan buat lo, tapi buat Rizky.” Verrel mendengus kasar, karena Billy lebih memesankan Rizky, padahal Rizky gak minta buat dipesankan makanan. Kemudian Verrel beranjak untuk mencari makanan yang bisa membuat perutnya tidak kelaparan.
”Gue gak makan Rel, kenapa lo pesenin?” Jawab Rizky.
”Udah lo makan aja, gue tau kog kalau lo itu laper kelihatan muka lo yang kusut kayak jemuran belum di seterika.”
”enak aja lo samain gue sama jemuran.” keduanya tertawa. Akhirnya pesanan mereka telah datang, dengan sangat lapar mereka memakan makanannya.
”Gue mau jalan-jalan ke taman.” ucap Rizky disela-sela makannya. Billy dan Verrel menghentikan makannya dan memusatkan pendangannya ke Rizky sambil saling melirik satu sama lain.
”Tumben. Ada apa?” tanya Verrel.
”Pingin nenangin diri aja, siapa tau dengan kesana fikiran jadi fresh. Kalian mau ikut?” Rizky menawari keduanya. Billy dan Verrel menggelengkan kepala tanda tidak mau.
”Gue ada janji mau nemenin Natasya buat beli buku, jadi sorry ya bro gak bisa nemenin lo.” jawab Verrel.
”Gue juga ada janji sama mama, mau berkunjung ke rumah saudara gue.” jawab Billy. Rizky mengangguk menanggapi ucapan kedua sahabatnya. Mereka beriga telah menyelesaikan makannya dan saling meninggalkan kantin menuju tempat tujuan masing-masing.
Rizky Pov.
Disinilah aku terdampar sendiri karena kedua sahabatku sudah memiliki urusan sendiri. Sehingga aku memilih duduk disalah satu bangku yang ada di Taman ini. Kenalin gue Muhammad Rizky Ardiyansyah, panggil aja gue Rizky. Yang tadi di kantin itu, mereka adalah sahabatku semenjak SMA. Tanpa sengaja aku menangkap sosok para gadis yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tiga gadis berjilbab berseragam sekolah itu telah menarik perhatianku, terutama gadis berkacamata yang sedang fokus membaca sebuah buku ditangannya. Hingga ku dengar salah satu dari temannya bertanya.
”Kamu kenapa sih Din?” kata gadis yang sedang memainkan poselnya menegur gadis yang membaca buku. 
”Kenapa apanya?” jawab gadis yang tak salah dipanggil Din tadi.
”Yah kamu. banyak cowok yang mau ndekati kamu. Tapi, kamunya malah cuek bebek.” ceplos salah satu sahabatnya lagi yang sedang makan ice cream. Gadis berkacamata itu tak menjawabnya, melainkan senyum. ”Manis,” tanpa sadar aku berguman lirih dan sedikit menyunggingkan senyumku. ”Ck. Jawab dong. Kog malah senyum? Kita itu penasaran dengan kamu? Selalu saja seperti ini?” sepertinya sahabatnya yang memakan ice cream tadi kesal akan sikapnya. Aku semakin dibuat penasaran melihat ekspresi yang mereka tunjukkan. Dan tanpa sadar aku mengulum senyumku kembali.
”Denger yah. Bukannya aku gak mau temenan sama mereka. Aku terbuka kok sama cowok. Buktinya aku juga berteman baik kand sama mereka.” Jawab gadis berkacamata.
”Tapi kand? Mereka itu bilang ke aku. Aku mau nembak Dinda tapi takut kalau ditolak. Dia kand gak mau diajak pacaran.” Oh jadi namanya Dinda. Dan aku masih menunggu kata apa yang selanjutnya akan diucapkan Dinda kepada kedua sahabatnya itu. Lagi-lagi gadis itu mengukir senyumnya. ”Guys. Pacaran? Gak ada kata pacaran di kamusku. Pacaran akan menjerumuskan kita ke perbuatan zina. Pasti kalian berfikir kita sudah besar kok, sudah pantas kita pacaran Din? Jangan mikirin soal pelajaran melulu deh? Sekali-kali kita pacaran kand gak papa. Yah aku tau soal itu. Tapi, kita kand harus mencegah dari perbuatan yang menjurus ke zina. Pacaran secara tidak langsung membuat kita melakukan zina. Yang pertama zina mata, semakin kita lama memandang ke lawan jenis itu yang namanya zina apalagi dengan adanya sebuah nafsu. Trus nanti kita gak bisa berhenti mikirin dia, berhayal jalan-jalan berdua pas malam minggu itu juga zina hati. Dan masih banyak yang lainnya yang menjurus ke perbuatan zina.” Deg, aku merasa gadis ini sangat faham tentang agama. Dilihat bagaimana ia menjelaskan kepada sahabatnya. Tanpa sadar aku terus memperhatikan mereka bertiga. Dan aku tersadar ketika salah satu temannya yang ku ketahui bernama Pinka itu menoleh kearahku dan menunjukkan tangannya.
  ”Din. Dinda. Ada yang mau kenalan sama kamu tuh?” Aku tersentak akan ucapannya, kemudian Dinda menoleh kearahku. Karena udah tertangkap basah maka aku mengangguk dan menyunggingkan senyumku dan apa yang terjadi? Ia juga membalas seperti apa yang aku lakukan. Kemudian dia kembali ke posisi semulanya dan menatap tajam sahabatnya. Entah apa yang terjadi hingga akhirnya Dinda dan Pinka berlari kejar-kejaran. ”gadis yang lucu.” hingga akhirnya mereka meninggalkan tempat ini.
Setelah selama kurang lebih 1 jam di Taman, aku memutuskan untuk pulang ke istana ternyamanku yakni rumah. Aku ingin bertemu dengannya lagi.

Hai..hai... Aku balik lagi dengan cerita baru...
Dibaca yah... Dan kasih komentarnya...

Cinta di Syair Ayat Al-Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang