Sejak dari taman itu mereka bertiga jarang pergi dan bermain bersama. Karena meraka sibuk dengan persiapan Ujian Nasional yang akan menentukan nasib mereka bertiga. Meskipun mereka satu sekolah bertemu itupun hanya disaat belajar bersama persiapan Ujian Nasional. Dinda yang duduk di kelas XII IPA 2. Inez duduk di kelas XII IPA 1 dan Pinka yang duduk di kelas XII IPA 3. Mereka itensif mengikuti bimbingan agar lancar Ujian Nasional sekaligus persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi.
Setelah perjuangan yang telah dilakukan. Sholat tahajud, belajar yang tekun serta tak lupa doa dari kedua orangtua. Akhirnya Dinda mampu menamatkan sekolah menengah atasnya. Menjadi siswa terbaik dan teladan. Namun ada yang mengusik di hatinya. Kehadiran seorang ayah yang dulu sangat ia dambakan menghadiri proses wisuda pelepasannya. Namun itu hanya sebuah angan-angan belaka. Cuma Bunda yang menghadiri acara itu. Dia tersenyum tapi hatinya pun sangat merindukan pelukan dan ucapan selamat dari Ayahnya.
Satu tahun yang lalu. Tepatnya 25 september 2011. Saat itulah terakhir Dinda menatap wajah ayahnya yang bersih, tampan serta gagah. Dipeluknya serta diciumnya pipi ayahnya. Beliau yang selama ini selalu ada dan selalu menuruti semua permintaan anaknya. Meskipun Dinda selalu meminta dibelikan barang yang untuk tugas sekolahnya. Dinda selalu mendadak jika minta sesuatu. Akan tetapi ayahlah yang senantiasa menuruti permintaan putri bungsunya ini.
Sejak saat itulah Dinda selalu rindu dengan dekapan seorang ayah dan merasa iri bila melihat anak seusianya masih bisa bercanda dan tertawa dengan ayahnya. Dinda selalu meneteskan air mata ketika melihat anak-anak atau gadis remaja sepertinya yang berjalan bersama ayahnya. Ayah adalah pahlawan dimatanya.
Dalam benaknya Dinda berkata, ”Ayah, aku iri melihat mereka yang masih bisa bercanda dan mendapatkan pelukan hangat dari ayahnya. Aku rindu ketika engkau dengan suka rela membawaku kedalam dekapanmu saat aku menangis. Ayah, aku rindu akan sosokmu disisku. Tapi, aku bisa apa? Allah lebih sayang kepadamu, hingga Dia memintamu untuk meninggalkanku terlebih dahulu, mungkin Allah sangat menyayangimu. Aku hanya bisa memohon agar Ayah mendapatkan tempat terbaik disisiNya. Amin..”
Dan kini hanya Bunda yang menemaninya. Bunda baginya adalah tempat curhatan hatinya dan tempat untuk berdiskusi. Sambil tersenyum Bunda mencium pipi putrinya. ”Bunda bangga denganmu nak. Sekarang mau melanjutkan kemana sayang?” tanya Bunda kepada Dinda.
”Belom tau bun, mau masuk di universitas mana? Tapi pingin ngambil jurusan Kimia.”
”Oh. Apapun pilihanmu yang itu terbaik untukmu. Bunda akan selalu mendukungmu.” nasehat bunda kepada Dinda.
Acara pelepasan siswa kelas XII itu berjalan dengan lancar. Dinda dan bundanya pulang dengan menaiki Angkutan Umum. Mengapa tidak naik taksi? Meski Dinda terlahir dari kalangan berada namun dia lebih senang menggunakan jasa angkutan umum daripada menaiki taksi. Menurutnya naik angkutan umum itu menyenangkan sebab ia bisa berinteraksi dengan banyak orang. Sesampainya dirumah Dinda masih memakai baju kebaya acara wisuda pelepasannya. Bunda tersenyum melihat Dinda yang biasanya tak pernah dandan. ”Kamu cantik sayang. Bunda tadi saja hampir bingung mencarimu.” puji bunda kepada putrinya.
Dinda tersenyum dan tersipu malu. ”Ah. Bunda bisa saja. Biasanya Dinda juga cantik kog bun. Bunda ini?” ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Bunda Meeva hanya terkikik geli melihat tingkah anaknya karena pujiannya, ”Bunda tidak bercanda. Bunda akan melihatmu lagi seperti ini nanti, saat kamu telah menyelesaikan studi Strata 1 mu. Dan saat kamu menikah.” bunda memeluk Dinda. ”Tapi, bunda sedih sayang karena Ayah kamu tak ada disamping kita lagi.” ucap Bunda Meeva membatin
”Iya bun. Bunda doain Dinda ya. Biar Dinda cepat lulus S1nya trus menikah seperti yang bunda mau.” Dinda tersenyum kepada Bundanya, ia melihat kesedihan di mata Bundanya. Dinda tau bahwa bundanya mengingat almarhum ayah Dinda.
”Iya nak. Bunda selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”
”Iya bunda makasih.” Dinda kembali memeluk malaikat yang dikirimkan oleh Allah untuk menjaganya.
”Sudah. Lepaskan pelukanmu. Ayo cepat ganti baju. Kamu belum sholat kand?”
”Belum bunda.” jawab Dinda sambil melepaskan pelukannya.
”Kamu ganti baju dulu. Bunda mau sholat dhuhur dulu. Nanti habis ini bunda siapkan kamu makan siang.”
“Makasih bundaku sayang.” Dinda mencium pipi bundanya sambil berlari menuju kamarnya.
”Jangan lari nanti kamu jatuh. Apalagi kamu masih memakai heel.”
”Gak kok bun.” jawab Dinda sambil berteriak dan segera menuju kamarnya karena ia tak betah memakai baju kebaya apalagi badannya yang sudah bercucuran keringat. 30 menit Dinda melakukan rutinitas mandinya, ia bahkan hampir menghabiskan pembersih mukanya untuk menghapus make up yang menurutnya sangat tebal.
Dinda Pov.
Setelah mandi Aku mengambil handphoneku untuk mengirimkan suatu pesan kepada seseorang yang aku sayang. Yah dia kakak sepupuku, aku menganggapnya sebagai kakakku sendiri setelah Mbak Michelle dan Mas Ali. Namanya Billy, usiaku dengannya terpaut 2 tahun. Kak Billy merupakan anak dari kakak almarhum ayahku namanya tante Kirana.
To: Kak Billy
Kak, kerumah kan? (send)
Satu pesan aku kirimkan ke kak Billy karena ia sudah berjanji untuk main kerumah ketika hari pelepasanku sebagai siswa SMA. Tante Kirana juga ikut dan itu menambah kegembiraan di hatiku. Karena sudah hampir 6 bulan aku tak bertemu dengannya. Aku tersenyum sendiri dan berguman lirih, ”Gimana yah skarang dengan kak Billy, apa dia masih seperti dulu apa sudah berubah.” hingga terdengar bunyi notifikasi pesan whatsapp yang berhasil membuyarkan lamunanku.
Ting.
From: Kak Billy
Jadi dong dek, nanti kakak kesana sama mama. Dan kakak mau ajak kamu jalan-jalan jd harus tampil cantik oke. Janga malu-maluin kakak yah. Awas aja. Oke.
Aku mengerucutkan bibirku dan sedikit mengembungkan pipiku dan sedikit tersenyum. (yah gimana tuh, bayangin sendiri aja deh). Aku mengirimkan pesan balasan lagi.
To: Kak Billy
Kakak kesini jam berapa? Biar Dinda bisa siap2 kand gak lucu kalo kak Billy dah nyampe tp akunya masih jelek... hahaha. (send)
Tak menunggu waktu lama kak Billy membalas pesanku kembali.
Ting.
From: Kak Billy
Jam 5 kakak usahain nyampe rumah kamu biar bisa sholat bareng. Truz ba’da maghrib baru kita jalan-jalan. Udah kamu istirahat gih, baru pulang dari acara perpisahan kan, pasti capek. Bye.
Aku menuruti apa kata kak Billy, maka aku berniat untuk tidur dan menyetel alarm di ponselku agar aku tak ketiduran. Aku gak mau membuat kakak tampan itu mendumel kesal akan tingkahku. Bisa-bisa ia akan mengancam tak akan mau mengajakku jalan-jalan lagi. Kand rugi.
End Dinda Pov
Billy Pov.
Aku tersenyum sendiri karena tak sabar ingin bertemu gadis cantikku. Yah dia adalah adik sepupuku. Aku sangat menyayanginya, apapun yang ia minta sebisaku untuk mengabulkannya. Aku tak memiliki adik, karena aku anak tunggal. Namun kehadirannya 16 tahun yang lalu telah membuatku sangat bahagia, ialah salah satu adik yang membuatku bisa merasakan menjadi seorang kakak. Dan aku pastikan dia juga gak akan kekurangan kasih sayang. Ia memiliki saudara kandung yang sangat menyayanginya. Dan aku beruntung bisa menjadi salah satu kakak kesayangannya. Aku akan membuatnya terus tersenyum, bahkan aku tak mau lagi melihat ia merasa bersedih lagi seperti ketika om Mathias meninggalkannya.
Cling. Bunyi ponselku tanda pesan whatsapp masuk. Aku meraihnya dan segera membuka aplikasi whatsapp dan aku tersenyum ketika tertera nama gadis kecilku. Aku memberinya nama gadis kecil, karena ia akan selalu aku anggap sebagai gadis kecilku. Dengan seperti itu aku akan selalu menjadi kakaknya. Dan ketika ia merengek dan meminta sesuatu aku merasa bahagia. Aku kini rindu Dinda yang dulu selalu mengadu kepadaku ketika Michele dan Ali selalu membulinya. Aku rindu ia tertidur di bahuku. Aku rindu ketika ia membuatku kesal dan selalu menggangguku. Aku rindu dengannya. Enam bulan aku tak bertemu dengannya. Dan hari ini aku akan mengajaknya jalan-jalan. Aku akan menuruti semua kemauannya. Meski aku tau Dinda bukanlah gadis yang suka berfoya-foya, bahkan dulu aku sering memaksanya bila ia tak meminta apapun dariku.
Aku langsung membuka pesannya, dan aku semakin tersenyum ternyata ia ingat bahwa aku akan datang menemuinya ketika hari acara perpisahan sekolahnya.
From: Gadis kecilku
Kak, kerumah kan?
Aku membalasnya dan berkata bahwa ia harus tampil cantik karena aku akan mengajaknya jalan-jalan. Aku harus memberikan hadiah atas kelulusannya. Jangan bilang aku berlebihan, tapi inilah yang aku lakukan sebagai kakaknya. Aku juga memberitahunya bahwa akan datang jam 5 sore dan menyuruhnya untuk beristirahat dulu karena aku tau bahwa ia kelelahan.
Setelah memastikan bahwa gadis kecilku tak membalas pesanku. Aku menuruni anak tangga untuk mencari keberadaan mamaku tercinta. ”Mama... mama dimana?” kemana sih mamaku, dicari di dapur gak ada, di kamar juga gak ada.
”Mama disini sayang? Kamu kenapa teriak-teriak sih?” saut mamaku dari arah taman belakang rumahku. ”ada apa? Ke rumah tante Meeva kand masih nanti ba’da maghrib kand?”
”Iya ma, tapi aku mau bilang ke mama kalo kerumah tante Meeva jam 5 aja ya? Skalian mau mampir dulu ke toko bunga beliin Dinda. Dan bisa sholat maghrib disana, dan nanti setelahnya aku juga mau ajak Dinda jalan-jalan, udah lama juga kita gak hangout ma.”
”Terserah kamu aja, mama ngikut aja. Kalo mau pulang malam juga gak papa, apa skalian kita nginep aja disana? Mama juga kangen pingin ngobrol dengan Meeva.”
”Wah ide bagus tu ma? Billy setuju.”
End Billy Pov.
Tante kirana langsung mengirimkan pesan kepada tante Meeva bahwa ia dan anaknya malam ini akan menginap dirumah tante Meeva. Tante Meeva sangat senang karena sahabat sekaligus kakak iparnya akan menginap dirumahnya.
Jam 5 sore.
Brmm..brmmm.brmmmm...
Suara mobil sport hitam itu memasuki rumah bertingkat dua dengan halaman yang luas. Dinda mengintip dari balik jendela kamarnya, senyumnya mengembang setelah mengetahui seseorang yang mengendarai mobil itu keluar bersama dengan wanita paruh baya seumuran dengan bundanya. Dinda menatap cerminnya kembali meyakinkan bahwa dirinya telah rapi. Tante Meeva menyambut kedatangan Billy dan tante Kirana.
”Assalamu’alaikum Va....” sapa Kirana.
”Assalamu’alaikum tante...” sapa Billy juga.
”Wa’alaikumussalam, ayo masuk Jeng.” mempersilahkan Tante Kirana dan Billy untuk memasuki rumahnya. Billy dan tante Kirana mengikuti tante Meeva dari belakang dan kemudian duduk di sofa setelah dipersilahkan duduk. ”Mau minum apa? Biar aku ambilkan.” Tante Meeva menawari Kirana dan Billy namun sebelum Meeva berdiri Kirana sudah menyelanya.
”Gak usah Va, nanti aja kita minumnya. Barusan aku baru aja beli minum kog, jadi kamu gak usah repot-repot. Lebih baik kita ngobrol disini, udah lama kand kita gak bicara bareng.” Tante Kirana menolak secara halus tawaran dari tante Meeva.
”Iya tante aku sama mama tadi barusan minum kog. Oh ya adik kesayangan aku dimana tan? Kog gak nyambut kedatanganku?” tanya Billy karena sedari tadi sosok Dinda tidak terlihat. Hingga terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga. Gadis cantik berjilbab telah turun dan menampilkan senyum bahagia yang terpancar diwajahnya. Dinda berlari ketika telah sampai di anak tangga terakhir dan langsung menubruk tubuh tante Kirana.
”Dinda kangen tante, kenapa baru sekarang tante kisini? Tante udah lupain Dinda yah, makanya tante jarang main kesini. Jarang mau dengerin curhatan Dinda lagi yah?” bertubi-tubi pertanyaan ia lontarkan kepada tante Kirana. Meeva dan Billy hanya mengukir senyum mendengar celotehan Dinda. Dan Kirana mengelus kepala Dinda halus. Masih dalam dekapan Kirana, Dinda menoleh ke sosok pemuda tampan yang sedari tadi memandanginya. ”Kak Billy juga, kog baru kesini lagi setelah enam bulan yang lalu. Gak kangen apa sama Dinda? Main bareng sama Dinda, jalan-jalan beli ice cream sama Dinda. Apa takut uang kak Billy habis karena Dinda minta ini itu?” Billy tak percaya bahwa Dinda semakin cerewet, Billy mengulum senyumnya mendapatkan protesan dari Dinda. Billy maju dan ikut mengusap kepala Dinda yang ditutupi dengan Jilbab toscanya.
”Satu-satu sayang kalo tanya ke Tante Kirana sama kak Billy, belum menyapa juga, udah dikasih banyak protesan dari kamu.” tegur Bunda Meeva kepada anaknya.
”Gak papa Va, mungkin Dinda kangen sama aku. Tante sibuk sayang lagi pula Billy juga sibuk sama kuliahnya. Tugasnya banyak kamu kand tau kakak kamu ini kuliah di Kedokteran dan dia banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan. Begitu juga dengan Dinda yang kamaren-kemaren lagi sibuk persiapan ujian sama mau masuk perguruan tinggi. Jadi tante sama kak Billy gak mau ganggu Dinda dulu. Makanya kami baru bisa mengunjungimu sekarang. Gimana sayang, mau lanjut dimana nanti?” jawab Kirana sekaligus mewakili Billy.
”Belum tau tan, masih cari-cari pinginnya sih di Universitas Airlangga, tapi kalo ndak keterima disitu mungkin Dinda mau cari yang lainnya.”
”Kenapa gak satu kampus aja sama kak Billy, jadi Dinda akan lebih sering bareng sama Billy. Iya kand Bil?” Tawaran dari Kirana untuk Dinda. Dinda menoleh ke Billy menunggu jawaban dari kakaknya ini.
”Billy sih malah seneng kalau adik kakak ini mau kuliah di kampus kakak.” jawab Billy.
Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Suara adzan telah berkumandang mengakhiri obrolan dua wanita paruh baya dengan para anaknya. Mereka langsung mengambil air wudhu dan langsung menuju musholla untuk melakukan sholat maghrib berjamaah. Sesuai tujuan awal bahwa setelah sholat maghrib Billy akan mengajak Dinda jalan-jalan. Sedangkan mama dan bunda mereka akan melanjutkan rutinitas para ibu-ibu. Dinda sendiri belum mengetahui bahwa Billy dan mamanya akan menginap di rumahnya. Jarum jam telah menunjukkan waktu pukul 7 tepat, setelah berpamitan dengan kedua wanita paruh baya itu Billy dan Dinda keluar dari rumahnya.
Lima menit di dalam mobil Dinda maupun Billy tidak ada yang berniat memulai obrolannya. Dinda masih sibuk dengan ponselnya karena ia banyak mendapatkan ucapan selamat dari sahabat dan teman-temannya. Tak ketinggalan juga kedua kakaknya. Michella dan Ali belum bisa berkunjung ke rumah orang tuanya sebab masih banyaknya urusan yang harus dikerjakan. Sedangkan Billy fokus menyetir. Hingga Dinda mulai membuka mulutnya.
”Kak...”
”Apa dek?” jawab Billy tanpa menoleh ke Dinda.
”Kita mau kemana sih kak?”
”Udah gak usah banyak tanya, nanti kamu juga tau sendiri.” lagi-lagi Billy menjawab tanpa menoleh ke rah Dinda. Merasa tidak diperhatikan, Dinda mengerucutkan bibirnya lucu. Dan itu berhasil Billy tangkap melalui ekor matanya, ia menyunggingkan bibirnya tipis keatas. Dinda mengalihkan tatapannya hanya melihat keluar jendela mobilnya. Karena percuma bila ia mengajak Billy berbicara. ”Gak usah dimaju-majuin itu bibir, jelek tau. Cantikan kalo senyum.” Dinda mengembalikan posisinya seperti semula dan tersenyum kepada Billy. ”Gitu kand cantik.” puji Billy dengan mengelus kepala Dinda.
20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Cafe. Yah Dinda diajak Billy pergi ke cafe terlebih dahulu sebab hari ini adalah hari reuni SMA Billy.
”Loh kog kesini kak?” tanya Dinda
”Kita ke reuni SMAku dulu yah, baru nanti kita jalan-jalan.” Dinda hanya mengangguk mengiyakan. Billy keluar dari mobilnya dan segera membukakan pintu mobil untuk Dinda. Sebenarnya Dinda juga mau menolak, tapi Billy bukanlah tipikal orang yang suka dibantah, apalagi sama gadis kecilnya. Billy mengulurkan lengannya untuk dipegang oleh Dinda. Sehingga mereka tampak seperti sepasang kekasih.Sampai sini dulu yah... Kapan2 dilanjut lg...
Maafkan jika jelek....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Syair Ayat Al-Qur'an
Teen FictionEntah percaya atau tidak aku mengagumimu karena bacaan ayat al-Qur'anmu, hingga hatiku terpaut untukmu karena Allah. (Dindatasyah Qoirun Nisa') Aku berharap bahwa aku akan dapat menjagamu dengan syair ayat Al-Qur'an yang membuat hatimu terpaut untu...