1.нaтι eѕ ѕerυт

9 1 2
                                    


“Sekali kau bicara dengannya, pasti kau tau dirinya siapa. Dingin dan kelam. Tanpa kehidupan. Tapi visualnya tampan.”

“Apasih, Ri. Sok puitis amat deh. Siapa juga yang dingin kelam selain si guru ramuan baru kacamataan itu?”
Sara tertawa melihat Ari garuk-garuk kepala. Ia ikut terkekeh pelan karena rasa malu terhadap spontanitasnya membuat puisi karena melihat sesuatu.

“Nah, itu kamu tau.”
Ari menyahut sembari kembali duduk di meja kantin. Ari mengendus sesuatu—sudah kodratnya sebagai manusia serigala—yang sangat familiar, bau kaum penyihir seperti Sara. Ya, guru mapel ramuan.
Nia menyikut Sara yang tengah memakan baksonya. Ia meneguk ludah melihat orang yang tengah berdiri beberapa meter darinya

“Apaan si Ni?”

“Panjang umur,orangnya muncul.” Nia berbisik, takut kedengeran si guru baru itu yang tengah membeli makanan di kantin.

Sara acuh tak acuh dengan kedatangan guru yang terkenal dingin dan tampan rupawan itu, tidak meliriknya sama sekali dan fokus pada baksonya yang tinggal sebiji.
Nia menelan ludah ketika melihat guru ramuan itu memperhatikan kearah meja mereka. Mendengar apa yang mereka bicarakan? Kemungkinan terbesar iya.
Guru itu berjalan kearah mereka, membawa mangkuk bakso yang masih mengepul.

“Aku duluan, ada kebagian piket asrama.” Ari yang ngerasa remedial mapel meramu ramuan langsung cabut ketika guru itu mengambil tempat duduk persis di hadapan Sara.

“Saya ikut gabung ya.”

Buset, ni guru apa papan cucian. Datar amat mukanya.”

iya pak, silahkan.”

Sara menggerutu dalam hatinya sembari mengelap mulutnya dengan tissue, sementara Nia masih melongo, guru ganteng di depannya. Rejeki nomplok cuci mata pas istirahat.

“Mrs. Aerilyn kan?”

“ya? Itu saya pak.”
Sara berusaha ramah. Tetap saja muka si bapak itu datar kayak papan cucian. Namanya pak Ferdinand, gak satu dua orang yang kenal sama ini bapak. Satu sekolah langsung heboh pas guru baru ini masuk sekolah.

“Nilai kamu remedial”

“Hah?”

— loading
——complete.

“Nilai kamu remedial.”

“APAA?!”

“Ra, kalem.” Nia nepuk-nepuk bahu Sara yang udah memijit pelipisnya. Salah sendiri masuk kesini tapi begitulah, malapetaka udah. Mana gurunya didepannya lagi. Kalau gak diturutin, bisa-bisa beasiswanya dicabut.

“Pak, Ra, saya duluan ya. Ada pertemuan divisi peri.”

“Loh kok ditinggal? Ikut!” sara protes dirinya gadiajak buat pergi dari sini. Terlambat.

“Mrs. Aerilyn, kamu tunggu disini. sehabis ini ikut ke ruangan saya.”

Lemas sudah rasanya Sara kalau mendendengar kata ‘ikut ke ruangan saya’ . Inimah udah pasti remedial dadakan.

“Baik pak.”

“Jangan manggil bapak, saya masih muda.”

———

Namaku Aerilyn Saralee, aku adalah seorang gadis biasa namun tidak biasa. Di dalam darahku mengalir darah penyihir, karena ibuku adalah penyihir. Tidak masalah, kau tidak perlu takut. Para penyihir itu baik, termasuk aku. Tidak semuanya baik.

Keluargaku? Aku hanya tinggal di asrama dengan paman sebagai kepala sekolah, ibu meninggal ketika melahirkanku, sedangkan ayah meninggal ketika berperang dengan manusia.

Bagaimana dengan sekolahku? Sekolah yang kutempati terisolasi dari dunia manusia normal pada umumnya. Tapi aku cukup bahagia, tidak hanya penyihir, banyak sekali clan lain seperti manusia serigala, vampire, peri, dan lain lain.

Oh, aku harap juga kau menikmati kisah ini. Kisah dimana semuanya berawal.

———

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang