PROLOG
Telah berlalu cukup lama, setengah tahun kurasa. Kalau aku sedang sekolah, satu semester telah lewat. Telah berlalu, kisah yang kututup-tutupi pada waktu itu. Kisah yang menjadi mimpi buruk bagiku setiap kali aku teringat. Bukan aku berusaha untuk mengingatnya, karna kisah itu amat pahit. Namun, kisah itu datang dengan sendirinya. Tanpa ada undangan untuk masuk ke benakku. Terkadang aku berfikir apakah ini nyata, apakah kisah itu pernah terjadi di dalam hidupku, apakah seseorang didalam kisah itu adalah aku dan seorang yang lain itu dia ? Ketika aku bertanya kepada diriku, aku mengiyakannya. Ketika kutanya lagi, apakah itu dia ? Aku bingung. Sepertinya bukan dia. Aku menyangkalnya.
Kisah itu dimulai ketika aku bertemu dengan orang penting dalam kisah itu. Entah bagaimana cara bertemunya, kapan, dan dimana aku sudah lupa. Karena sekali lagi aku hanya ingat dia dan aku pernah bertemu.
Pertemuan pertama hingga hari paling penting dalam kisah itu berlalu dengan sangat cepat. Aku jatuh terlalu cepat, padahal dia belum sepenuhnya kukenal. Terlalu naif, kukira sifatku. Aku terlalu mudah hingga akhirnya kemanisan yang kukira diawal akan berkepanjangan segera berakhir. Ya, tentu aku tahu kisah itu akan segera berakhir. Aku harus menyiapkan diri, namun di satu sisi aku tak bisa. Aku takut pada kemungkinan paling buruk. Padahal, kalau dipikir-pikir lagi kemungkinan buruk itu baik bagiku. Sungguh perasaan saat itu paling aku takuti, aku terlalu ingat rasanya, dan akhirnya aku berjanji pada diriku jangan sampai masuk pada kisah itu lagi. Mengulang kisah yang sama di waktu yang berbeda, aku tak mau. Terlalu takut dan terlalu sakit. Aku luka untuk waktu yang sangat lama, kurasa. Aku benci dengan diriku sendiri yang mudah terluka, lalu aku benci kepada dia yang membuatku terluka. Namun, aku tak ingin membenci dia. Aku ingin kembali keawal, sebelum aku dan dia menjadi Kami. Waktu aku hanya tahu dia. Aku ingin kembali pada saat itu, sebelum kisah itu dimulai.