Kebanyakan orang menyangka bahwa ketika kita membahas sedikit saja bagian mengenai Marxisme-Leninisme, maka kita akan dituduh kafir atau atheis. Tetapi sedikit orang yang menyadari bahwa metode yang dibawa oleh Karl Marx, dikembangkan oleh Friederick Engels, dan dibuktikan Vladimir Lenin tersebut merupakan metode yang termaju yang bisa menjelaskan secara jelas dan riil bahwa dunia seperti ini dan itu. Pengetahuan kita untuk memahami metode tersebut di Indonesia sangatlah kurang mengingat adanya Tap. MPRS No. 25/1966 dan juga represifitas negara sebagai konsekuensi dari pelaksanaan ketetapan tersebut. Oleh karena itu, untuk melawan pembatasan akan pengetahuan tersebut, kita mesti melawannya dengan menulis. Disini kita mendapatkan satu manfaat menulis, yaitu melawan wacana besar. Inilah yang disebut Thomas Kuhn sebagai proses pergeseran paradigma. Ya, kita berusaha menggeser paradigma masyarakat yang terjebak mitos soal kengerian Marxisme-Leninisme akibat wacana yang dikonstruksi penguasa Orde Baru menuju paradigma baru dimana masyarakat bisa mengorganisir dirinya sendiri melalui metode termaju yang bisa membawa masyarakat untuk merebut kedaulatannya sendiri.
Lalu bagaimana dengan Absurdisme?
Secara sederhana, Absurdisme adalah menyoalkan soal kehidupan dunia yang monoton, absurd, dan sirkuler serta memberontak terhadap keadaan tersebut. Sehingga pada dasarnya, Absurdisme adalah usaha untuk melepaskan diri dari dunia yang absurd ini. Tidak hanya dengan membayangkan bahwa manusia bahagia melakukan hal-hal sirkuler seperti kerja setiap hari, namun juga membuktikan pemberontakan tersebut secara aktif, misalnya dengan menciptakan swakelola sebagai lawan dari kapitalisasi alat produksi. Namun tidak sesederhana itu, Absurdisme adalah persoalan individual dan persoalan amoralitas. Dikatakan sebagai persoalan individual karena Absurdisme berbicara soal bagaimana pemberontakan individu dalam satu kelompok masyarakat. Sedangkan amoralitas terbentuk ketika individu tersebut menjadi subjek yang menyimpang dari pendisiplinan yang ada. Seperti yang pernah dikatakan Foucault, siapapun yang menyimpang dari pendisiplinan masyarakat, maka ia disebut sebagai orang gila. Maka siapapun yang memberontak terhadap dunia yang absurd ini, dia adalah orang gila. Seorang absurdis adalah post-absurdum yang membangun tatanan dunia baru terhadap dirinya sendiri seperti Mersenault yang bebas dari ke-absurd-an pengadilan Perancis. Secara singkat, seorang absurdis adalah orang yang dikatakan gila dalam satu kelompok masyarakat.
Sekali lagi, iya, kita membicarakan soal kegilaan. Dimana seorang absurdis mempunyai metode Marxisme-Leninisme untuk memberontak terhadap tatanan dunia lama yang absurd. Disini yang absurd ialah tatanan masyarakat kapitalis yang cenderung konsumeris, mempunyai kesenjangan sosial yang tinggi, dan selalu didominasi oleh hal-hal yang bersifat apathy dan depresi. Kita bisa melihat bagaimana Kapitalisme di era postmodern membuat anggota Generasi X yang dominan Punk Subculture dan Grunge Subculture bangkit melawan dengan cara yang post-absurdum. Inilah yang aku maksud! Marxisme-Leninisme dengan sentuhan Absurdisme atau Absurdisme dengan metode Marxisme-Leninisme. Kawan, kita sedang membicarakan perjuangan melawan tatanan masyarakat dan membebaskan diri dari moralitas untuk membentuk tatanan dunia baru yang lebih bersahabat dengan kita. Kita berbicara soal tatanan yang anarkis dan penuh dengan cinta serta filosofis.
Dengan demikian, kita seharusnya menyadari apa yang sedang kita lawan dari apa yang kita bicarakan sejak tadi. Musuh kita tentunya yang utama dan paling utama yaitu para kapitalis. Namun disamping itu, kita perlu menyadari bahwa para aparatus atau perangkatnya seperti pemerintah, militer, dan ahli agama merupakan musuh kita juga. Merekalah konstituen moral dan Kapitalisme, tidak bisa tidak, bahwa mereka harus dimusnahkan. Sekilas ini tampak sangat jahat, namun jika kita lihat dari sudut pandang yang lebih manusiawi, ini berbicara soal penyelamatan diri dari tatanan yang sudah menindas nalar, perasaan, dan aktivitas kita. Post-Absurdum berarti juga post-morality, post-gender, hingga post-state. Maka sudah seharusnya Post-Absurdum juga bertanggungjawab untuk membentuk tatanan dunia baru.
Terdiri dari apa sajakah tatanan dunia baru itu? Tentunya terdiri atas moralitas baru yang didasari pada keuntungan bersama, swakelola organisasi dan alat produksi, swa-daya kerja-kerja, hingga kepada membangun ilmu pengetahuan baru yang berguna bagi kemajuan umat manusia. Itulah yang menjadi tugas seorang Post-Absurdum. Tentunya karena kita seorang yang membebaskan diri dari hal absurd tersebut dengan Materialisme Dialektika, maka kita tidak boleh hanya membayangkan sebuah dunia tanpa kelas, tapi kita juga perlu membentuknya. Dalam bahasa Marx, kita harus menghancurkan surga di langit dan menciptakan surga di bumi. Secara tidak langsung dan tanpa mengindahkan passivitas para absurdis, ini juga seharusnya menjadi cita-cita para absurdis.
Demikianlah pengantar yang bisa aku sampaikan kepada kalian. Sebagai sebuah kata permulaan, aku mengajak kalian semua untuk melihat kembali bagaimana bentuk kehidupan kita, apakah kita hanya mengikuti arus saja sebagai budak-budak kapitalis atau kita berhak untuk membebaskan diri kita dari tatanan yang absurd ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Seorang Pecundang
Non-FictionTulisan ini merupakan kumpulan catatan-catatan dan esai ku soal segala hal. Semuanya murni dari pemikiranku dan apa yang aku tangkap dari realitas yang aku liat. Selamat membaca 😎😎