Even Blue Sky Like A Dark

58 8 6
                                    

Aku duduk menikmati sisa udara bersih yang mulai ternodai oleh beragam virus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk menikmati sisa udara bersih yang mulai ternodai oleh beragam virus. Pernapasanku masih teratur, meskipun rasanya mulai ada yang menginfeksi saluran di dalam. Dalam sekejap dahakku tidak terkendali hingga salah seorang menepuk belakangku. Aku berusaha beralih pandang mencari sosoknya. Ternyata ia masih disana.

"Kau belum pulang?" Tanya dirinya sembari mengalunkan senandung kecil.

"Belum. Kau sendiri masih disini". Aku mengoceh seadanya.

"Tidak bosan disini terus?" Tanyaku balik.

Dia terdiam, memandang jauh ke depan. Di sana hanya ada lukis alam dengan sejuta kegelapan. Lebih gelap dari yang kulihat kemarin.

"Belum berubah ya. Padahal aku sudah capek mengubahnya. Sama sekali tidak ada yang berhasil". Akhirnya ia angkat bicara. Namun, ia mengabaikan perkantaanku tadi. Dasar...

"Tidak usah dipaksakan. Kenyataannya juga tidak akan berubah," ungkapku sambil menari-narikan debu lengket di sepatuku. "Lagipula duniaku tidak akan mengerti bila kulakukan".

"Eh? Serius? Kan kau belum coba," timpalnya yang sekarang ini dia duduk tenang pada cabang pohon kedua di belakangku. "Hmm... Oh, aku tahu! Bagaimana kalau kau yang lakukan?"

Aku berusaha mencerna pertanyaannya. Kupikir kembali keadaan yang mungkin terjadi bila aku yang mencobanya. Mungkin akan berakhir tragis dunia ini.

"Itu tidak mungkin. Kalau gagal nanti bagaimana?" Aku mulai khawatir. Aku paling tidak tenang bila diberi tanggung jawab di luar kemampuanku, tapi aku tetap ingin membantu. Adakah hal lain selain itu yang bisa kulakukan untuknya?

"Tidak apa. Coba saja dulu". Wajahnya memelas seperti kucing kesepian, membuatku harus mengalah.

"Hhh... Baiklah. Tapi, sekali ini saja. Itu pun kalau aku dapat solusinya".

"Tenang saja. Setelah ini biarkan aku yang mengurus segalanya". Dia tersenyum. Bisa terlihat jelas manis dan pahit di wajahnya.

Aku harap bisa terus melihatmu seperti ini.

****

Namaku Felisyah Alda, siswi SMA Blue Sky yang berada di perbukitan. Jauh di bawah tempatku berdiri, lukisan alam rusak parah oleh manusia lainnya. Aku pikir itu sudah biasa, tetapi ini mulai kelewatan. Apa yang indah dibuang dan apa yang membuat kerusakan langsung dihargai. Benar-benar tidak logis.

Selama sekolah di SMA Blue Sky, aku mendapat fenomena menakjubkan. Langit terasa dekat dariku dan dengan mudahnya mataku tersentuh ke sana. Seperti laut yang bisa ku jangkau kapan saja. Hari itu juga aku bertemu Arima. Dia kupanggil Ari. Awalnya kukira dia siswa SMA biasa, tetapi nyatanya bukan.

"Si..siapa kau?! Dari mana kau muncul?!" Tanyaku saat pertama kali bertemu dengannya.

"...Aku Arima, penghuni di sini". Ia menarik tanganku dan membawaku jauh ke dalam hutan. Di sana bisa kulihat kuil kumuh berukuran besar. "Aku dari sini dan tinggal di sini, Alda".

World On Bustle 🙌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang