Prolog

69 11 0
                                    

"Zeel ayo tatap tatapan lagi, kali ini gue pasti yang menang!" Tantang Alnya sambil bertolak pinggang.

Zeel mengangkat sebelah alisnya bingung. Ah! Dia baru ingat kemarin Alnya datang kerumah pagi pagi hanya untuk lomba tatap tatapan dimana kalo kedip duluan berarti kalah, dan kemarin cewek itu pulang dengan muka merah karena kesal, apa lagi kalau bukan karena kalah.

Zeel menatap Alnya seolah bertanya yakin-disini? Pasalnya gadis itu menantangnya di kelasnya yang masih sangat penuh kerena siswanya belum beranjak dari tempat duduk, bagi mereka melihat cara berkomunikasi Zeel dan Alnya adalah tontonan yang sangat sayang untuk di lewatkan.

Alnya mengangguk mantap, "iya! Di sini! Sekarang!" Serunya bertubi-tubi.

"Dapet apa gue kalo menang?"

Alnya terdiam memikirkan imbalan untuk pemenang, biasanya Zeel tidak pernah meminta sesuatu kalau menang.

"Yang kalah harus ngabulin satu permintaan yang menang." Alnya terkejut sendiri dengan apa yang ia ucapkan barusan, dengan gemas ia memukul mulutnya pelan.

Dalam hati Alnya berharap Zeel menolak.

"Oke."

Pupus sudah!

"Em,, it, itu Zeel gak jadi aja deh. Hadiahnya yang lain aja." Alnya menatap Zeel memohon.

Cowok itu diam, kakinya mulai melangkah pelan mendekati Alyya. Alyya menegang di tempat. Instingnya memperingatkan dia untuk menghindar, untuk menyudahi permainan gila itu tapi tubuhnya seolah berkhianat, ia tatap mematung menatap mata hitam Zeel yang semakin dekat dengannya.

Harusnya dia tidak diam, harusnya ia mendorong Zeel yang sudah terlalu dekat dengannya, tapi mata hitam Zeel seolah mengunci semua pergerakannya.

Zeel tidak peduli ia sedang ada di mana sekarang yang terpenting adalah ia harus berhasil memenangkan tantangan gadis di depannya itu. Mungkin kalau Zeel tak mampu mengendalikan dirinya ia pasti sudah tertawa terbahak-bahak melihat raut muka Alnya yang blank, mulutnya bahkan sedikit terbuka.

Alnya melihat Zeel tersenyum tipis, dan itu berhasil membuat ia bingung bukan kepalang. Tiba-tiba saja cowok itu memundurkan langkahnya.

cowok itu memasukan tangannya ke dalam saku celana, "well, yang gue liat lo kedip duluan. Sesuai kesepakatan, elo harus nurutin satu permintaan gue."

Alnya berhasil tersadar dari ketidaksadarannya, dan perkataan Zeel berhasil membuatnya linglung. Dia kalah lagi, untuk kesekian kalinya. Padahal ia sudah yakin kalau dia akan menang, tidak bisakah Zeel membiarkan ia menang sekali saja??

"Tapi kan belum di mulai!"

"Udah di mulai sejak gue menyetujui tantangan lo." Zeel menyunggingka senyum penuh kemenangannya.

"Ganti aja deh Zeel, kalo lo minta yang aneh aneh gimana?" Bujuknya dengan nada manja, berusaha meluluhkan hati Zeel.

"Kalo pun aneh aneh gak akan rugi juga."

Bohong!

Bukan hanya kali ini saja permainan mereka yang melibatkan imbalan itu, dulu sewaktu kelas enam sd Zeel menang dalam tantangannya ia harus menuruti apa saja keinginan cowok itu selama seminggu, dan itu sangat menyiksa dirinya. Bagimana tidak cowok itu menjadikannya babu dadakan selama seminggu.

"Iya dong! untung di elo, rugi di gue."

"Permintaan gue gak susah, elo cuma perlu jawab iya doang."

Alyya menatap Zeel penuh selidik, "serius? Nggak macem macem kan?"

Cowok itu mengangguk mantap. "Oke setuju." Ujar Alyya.

"Gue ganteng?"

Alnya menelengkan kepalanya menatap Zeel penuh penilaian.

"Gue nyuruh lo jawab 'iya'! bukan mandangin gue! Ngerti bahasa Indonesia nggak sih!" Ketus Zeel.

See, orang itu punya kejiwaan yang aneh, cuma mandangin dia aja kena marah.

"Iya!"

"Iya apa?"

Alnya mendengus kesal, "iya e l o g a n t e n g." Ucapnya lambat lambat.

"Gue tajir?"

Oh itu jelas!

"Iya."

"Keren?"

"Iya"

"Banyak yang suka?"

"Iya," kayaknya, lanjutnya dalam hati gak peduli sih Alnya juga.

"Jadi pacar gue!"

"Iya,"

Tunggu tunggu, sepertinya ada yang salah.

"Loh?" Alnya menatap Zeel bingung. What the hell!

"Mulai sekarang lo jadi jadi cewek gue." Zeel langsung berlalu begitu saja tanpa ingin mendengar balasan dari cewek itu.

Pelan pelan Alnya mencerna ucapan Zeel, dan ia langsung sadar kalau dia akan keluar dari zona amannya.

To be continued...........

ZEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang