Hinata

395 33 13
                                    

Hinata prov:

"Nak... waktunya pulang" kata ibuku Hyuuga Hikari sembari menepuk-nepuk pundakku, aku hanya menoleh seraya menghapus air mataku yang mengalir deras di kedua pipiku.

"Ikhlaskan dia pergi nakk, tak ada lagi yang perlu kau tangisi.. yang sudah terjadi, biarlah berlalu"

"Ta-tapi bu... Di-dia.." jawabku terbata bata tak bisa lagi memendung kesedihan yang sedang ku derita.

Ku pandangi lekat lekat pemakaman yang tampak basah ketika para petakziah mulai pergi satu persatu.

"Sudahlah Onee-san... ayo kita pulang" adikku Hyuuga hanabi pun mulai mancoba membujukku.

"Tidak!! hiks..hiks.. a-aku masih ingin di sini, a-andai saja saat itu hiks...hiks... Sasuke, Sasuke.."
Air mataku turun lebih deras lagi dari pada yang sebelumnya.

Seketika aku teringat akan kelakuan suamiku Uciha sasuke yang berprilaku kasar terhadap ku dan anakku Uciha sara..

Sosok seorang suami yang selalu ku kagumi Hilang saat malam itu, malam di mana Sasuke pulang dengan keadaan mabuk berat, dengan tangan yang masih menenteng botol Miras di tangannya. Ia berteriak tidak jelas..

Namun, aku langsung tersadar saat mendengar teriakan keras seorang gadis kecil.

Aku dan ibu segera menuruni anak tangga..

Jika kalian bertanya di mana keluargaku yang lain??

Jawabannya hanya satu.. mereka sibuk dengan urusan kantor

Aku dan ibu sama sama terkejut saat melihat Sara, anak perempuanku satu satunya yang masih berumur 4 tahun terkapar di lantai yang dingin dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya.

Aku dan ibu sama sama berteriak histeris, ibu berlari cepat memopong Sara ke dalam pelukannya.

Sedangkan aku???

Aku hanya bisa terpaku melihat kejadiaan yang baru saja terjadi.

Aku memandang Sasuke yang sedang memegang vas bunga dari keramik dengan noda darah di sisi vas itu,

Seketika, aku dapat membayangkan apa yang telah menimpa Sara.

Ku pandangi Sasuke tajam. Lalu ku hampiri dengan lakah lebar lebarku...

Tidak!! Kali ini tidak akan ada lagi kata maaf bagimu Sasuke.

"A apa.... Apa yang telah kau lakukan hah?!" Sentakku sambil menggoyang goyangkan tubuh kekar sasuke, bisa ku cium aroma alkohol yang menyengat hidungku.

"Jawab Sasuke... jawaab!!
Kau... kau berengsek sasuke!! Kenapa... kenapa kau lakukan semua ini kepada anak kita?! Dia salah apa sasuke.. dia salah apa?! Hiks...hiks..."
Tangisku pecah, aku tak lagi mampu menahan tangis dan kesedihan yang kian meluap..
Aku jatuh terduduk sambil memukul mukul dadaku dan menjambak paksa rambutku yang terurai...

Biarlah aku di katakan gila. Aku tidak peduli

Hay, aku seorang ibu, bayangkan saja jika anakmu satu satunya di renggut paksa nyawanya Oleh Ayah kandungnya sendiri...

Jika kau mengalami seperti ini. Dan kau tidak gila... artinya kau bukan manusia, bahkan hewanpun tak rela anaknya di perlakukan keji seperti itu

"Arrrghhh!!" Erang Sasuke lalu pergi meninggalkan kami dengan pintu yang di tutupnya keras keras..

Dengan segera ku bawa Sara ke Rs terdekat.
Namun naas, Saara tidak bisa terselamatkan karna kehabisan banyak darah.

Saat itu, aku hanya hanya bisa terpaku melihat sesuatu yang seperti mimpi tersebut

Hinata prov and

******************************

Hanabi prov

Setelah mendengar kabar mengejutkan dari ibu dan kakakku.

Dengan penuh amarah dan deraian air mata, kami segera melaporkan kekejaman dia yang telah mengghilangkan nyawa anak kakakku.
Dia langsung di bekuk pihak yang berwajib,

Ibu, aku dan kak Hinata sama sama memalingkan wajah ketika dia memohon dan menangis agar kami mau menganpuninya.

Namun, kami sama sama tidak peduli. Kami hanya terdiam melihat dia meronta ronta ketika polisi mebawanya pergi.

Ku pandang lekat lekat wajah kak Hinata, terdapat ketidak iklasan di mata kak Hinata.

Apakah kakak tidak ikhlas ketika polisi menyeret paksa dia pergi
Atau...
Karna kakak harus kehilangan malaikat kecilnya begitu cepat.
Aku, tidak tau itu...

Hanabi prov and

******************************

Neji prov

"Hinata" ku tepuk pundaknya saat ia termenung menatap langit malam.

Ia hanya menoleh sambil berusaha membuat lekukan senyum kecut di bibirnya.

Ku rangkuh tubuh mungilnya yang kian mengurus.

Ku rasakan tangannya mulai memelukku pelan, tak ada lagi tangisan seperti sebelumnya.

Yaah, Hinata memang wanita yang kuat...

"Bersabarlah sayang... semua akan indah ada waktunya" itulah kata kata yang selalu ku bisikkan untuknya.

Yang di balas anggukkan kecil darinya.

*
*
*

"Kak Neji... ayo pulang" ujar Hanabi adik sulungku

"Baiklah.. beri aku waktu untuk mengucapkan salam perpisahan Hanabi... kau pulanglah terkebih dahulu bersama ibu" ujarku

Ku lirik Hanabi menganggu kecil sambil mengusap punggungku pelan dan beranjak pergi

Kuusap pelan batu nisan yang bertuliskan Hyuuga hinata

"Semoga kau bahagia di sana sayang... kami semua menyayangimu, selamat jalan" ucapku yang hanya di sambut angin lalu.

Aku terkejut saat mendengar bisikan "terima kasih"
Yang entah dari mana asalnya.

Dan aku yakin itu... Hinata

Aku hanya tersenyum kecil

Lalu pergi menyusul Ibu dan Hanabi pulang..

Selamat jalan sayang...
Semoga kau tenang di alam sana..








Huwaaaah.. selesai juga akhirnyaa....

Vote-nya kawan...jan lupa yaak...

Sampai bertemu lagi.. bye bye..

Haru Akan TangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang