Continuing from xiuruna's side
.
.
.
.Park Jimin mengira kehidupannya di SMA akan selalu berjalan normal, bisa dibilang monoton. Ia tidak pernah melakukan hal lain di luar rutinitasnya.
Terlahir dari keluarga terpandang membuatnya disegani oleh banyak orang, ayahnya Park Hankyung seorang dokter ternama, memiliki gedung rumah sakit sendiri yang sudah bertahun-tahun berjalan dengan sangat baik, dan ibunya Park Heechul seorang perancang busana terkenal yang sudah memiliki butik besar di area Cheongdam-dong.
Orang lain mungkin akan mengira bahwa kehidupan Jimin sangatlah sempurna, tapi tidak baginya.
Sejak kecil, Jimin selalu dididik dengan keras. Ayah dan ibunya selalu saja meminta ia untuk begini dan begitu, mengatur semua kegiatannya, bahkan gerak-gerik Jimin selalu diawasi. Sekali saja Jimin bertindak di luar kemauan mereka ia akan dimarahi habis-habisan oleh sang ayah, anak seorang dokter ternama haruslah terlihat sempurna, begitu kata ayahnya.
Jimin memang penurut, tidak pernah membantah apa pun perkataan kedua orang tuanya. Dulu saat ia masih berumur 6 tahun, ia selalu mencari perhatian kedua orang tuanya setiap ada kesempatan. Jimin kecil bahkan selalu mengikuti perlombaan di sekolahnya, dan ketika sukses menjadi juara ia akan dengan semangat menunjukkan pialanya pada sang ibu yang saat itu meninggalkan kesibukannya dan mengurusi sang adik yang baru berumur 4 tahun di rumah.
Namun respon ibunya sangat jauh dari yang ia harapkan. Hanya berucap "Bagus, anak dari seorang dokter dan designer ternama memang sudah sepantasnya berprestasi."
Tidak bisakah Jimin mendapatkan sebuah pelukan? Tidak bisakah ia mendengar sebuah pujian atas apa yang telah diraihnya susah payah?
Jimin tidak masalah ketika harus menahan malu karena selama perlombaan berlangsung hanya dirinya yang tidak ditemani oleh kedua orang tua, bahkan ia tidak mendapat dukungan dari mana pun. Namun ketika respon orang yang berjasa melahirkannya itu hanya sebatas 'sudah sepantasnya', Jimin tidak tahan, ia masih terlalu kecil untuk diperlakukan seperti itu. Dan ia pun menyerah, setelah kejadian tersebut Jimin tidak pernah sekali pun mengharapkan perhatian dari kedua orang tuanya, itu hal mustahil yang sangat sia-sia untuk ia perjuangkan.
Seiring bertambah usia, Jimin tumbuh menjadi anak yang pendiam, dingin, datar dan hanya berbicara seperlunya, namun sikapnya selalu sesuai dengan ajaran sang ayah dan ibu, membuat kedua orang tua itu tidak terlalu mempermasalahkan sifat lainnya.
Bebannya bertambah ketika adik yang seharusnya bisa bersikap sesuai dengan dirinya malah berbalik jauh dengannya, Jihoon tumbuh menjadi anak yang periang, manja dan sering mengganggu orang lain, Jimin selalu kerepotan untuk menenangkan teman-teman yang diganggu oleh Jihoon saat kecil, walau anak-anak itu nantinya hanya akan berlari ketakutan saat melihat Jimin. Wajah datar nan dinginnya menjadi senjata ampuh untuk membuat orang lain takut saat didekatinya, terutama anak-anak.
Jihoon sering kali marah pada Jimin yang melarangnya untuk bermain di luar rumah, ia sangat tidak suka dikekang. Sudah cukup kedua orang tuanya yang memberikan beribu aturan padanya, jangan sampai Jimin juga membatasi ruang lingkup kehidupannya.
Ia tidak ingin menjadi sosok seperti kakaknya yang selalu menuruti semua perkataan kedua orang tua mereka, ia ingin hidup bebas. Maka sejak umurnya mencapai angka 8, Jihoon selalu mengacuhkan keberadaan Jimin, membuat kakaknya itu merasa telah gagal menjadi seorang kakak yang baik.
Heechul pernah bertanya pada Jimin mengenai kedekatannya dengan sang adik, itu adalah pertama kalinya sang ibu membahas topik keluarga padanya. Jimin hanya bisa mengatakan jika itu adalah kesalahannya yang gagal mendidik adiknya sesuai harapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
VMinizm [VMin]
Fanfiction[On Hold] Collaboration project with @xiuruna In which of Park Jimin feels an affection from various situation. --- Oneshot anthology Bxb, Romance, Multiple!AU. Kim Taehyung x Park Jimin ~Xiuruna & Reika_Rei presents~