MIMPI BURUK SUKU KEPULAUAN

73 3 1
                                    


Angin kencang melanda puncak bukit hitam, tempat panglima perang suku Paras berdiri menantang langit. Tatapannya terbuka melihat garis horizon pantai kepulauan. Pandangan tajamnya berubah haluan menatap puncak pohon tertinggi. Pohon kematian yang menembus langit dengan cabang ranting membentuk putaran pijakan kaki. Dengan langkah perlahan dan degapan pasti, Mangara sang panglima perang, menaiki pohon dengan derap kegeraman.

Puncak pohon kematian memberikan pemandangan keseluruhan pulau dan pantainya. Mangara berhenti sejenak menatap keseluruhan pulau dengan mata penuh amarah. Diangkatnya mangkuk merah tanda kegeraman dari panglima perang suku Paras. Lengkap dengan segala seragam panglima kesukuan nya, memandang tajam ke arah garis horizon desa Paras. Mahkota kuning burung legenda yang dipakainya menjulang ke langit seakan menantang surga.

"Dengan ini, lenyaplah kerajaan pecah belah Paras..." Desahan Mangara sang panglima perang.

"Gluk..." Diteguknyalah isi dari mangkuk merah tersebut. Aliran cairan merah terjatuh ke pipi dan dagu sang panglima yang menengadah ke langit. Seketika itu juga berubahlah bola mata dari setiap ksatria Paras yang ada di desa. Mata mereka berubah menjadi merah darah dengan tatapan yang kosong. Sang panglima masih menghabiskan cairan merah yang merupakan darah tersebut. Lalu dengan kalimat terakhir, ia memberi komando

"Tumpas habis..." Bisiknya.

"Habisi para pemberontak keagungan Paras!!" 

Malam itu menjadi malam pesta berdarah di desa Paras. Seluruh kaum pasukan pemberontak yang sedang merencanakan pembunuhan terkaget-kaget melihat para ksatria yang kehilangan akal sehat. Terdengar suara dari kejauhan yang membubarkan konsentrasi pertemuan rahasia. Mereka keluar dari kemah persembunyian di balik sungai selatan.

Terlihat sesosok pria gagah yang maju ke depan untuk bernegosiasi. Korrah sebagai kepala pemberontak berusaha menghentikan laju ksatria Paras dengan terbata bata.

"Tu.. Tu.. Tunggu teman! Kami bisa jelaskan se..."

"Crasssh...!!" Suara pedang terayun menebas leher Korrah. Seluruh pasukan pemberontak berlarian kesana kemari. Ksatria menebas leher demi leher para pemberontak.

"AAAahhhhhhh....!"

"Crassssshhhh....!"

"LARIIII....!!!"

Malam itu berubah menjadi merah. Terlihat potongan potongan kepala berserakan bertambah banyak. Antuman kaki para pemberontak yang berlari menyelamatkan diri memenuhi hutan dan pantai. Para ksatria yang kehilangan kesadaran mengejar tanpa ampun mengikuti dari kejauhan. Suara tangis para bayi tergantikan dengan suara potongan pedang.

"AAAAAaaaaaaa.....!!!!"

"Crasshhhh.....!!!"



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sauda: The Lost BeastWhere stories live. Discover now