Chapter 10

370 46 134
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca atau setelah membaca.

Love and Respect

Happy Reading
***

5 Bulan kemudian
Apartemen Woo Hyun, Apgujeong-dong, Seoul.
Pukul 06.23 KST

Sudah dua bulan lamanya Cho Rong dan Woo Hyun tinggal terpisah dari Tuan dan Nyonya Lee.  Itu semua ide Woo Hyun. Ia merasa tidak bebas karena selalu diawasi ibunya. Jadwalnya ke club malam selalu tertunda.

Woo Hyun masih belum berubah. Ia justru semakin bersikap acuh pada Cho Rong. Usia kandungannya sudah menginjak hampir lima bulan. Morning sickness selalu ia rasakan setiap hari.

Seperti pagi ini. Cho Rong masih betah berlama-lama di dalam kamar mandi. Mengeluarkan semua isi perutnya yang sedari malam belum terisi apapun. Hanya ada air.

Tubuhnya melemah. Ia duduk di samping closet. Lagi-lagi menangisi hal yang sama.

Cho Rong semakin frustasi. Ia merindukan Na Eun. Ia ingin menceritakan segalanya, namun urung. Na Eun sama-sama tengah galau karena ulah Myung Soo yang tidak jauh beda dengan Woo Hyun.

Cho Rong bisa mendengar pintu apartemen terbuka. Suaminya akhirnya pulang. Setelah pergi lama, dan lagi-lagi Cho Rong tahu, ke mana suaminya pergi.

Cho Rong berusaha untuk bangkit dari duduknya. Berjalan tertatih keluar untuk melihat wajah yang selalu ia rindukan. "Kau sudah pulang?" tanya Cho Rong, dengan suara paraunya.

Woo Hyun tidak menjawab. Ia malah membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia kelelahan. Entah sudah berapa ronde ia habiskan bersama gadis-gadis nya. Chorong tak mau tahu. Itu hanya membuat hatinya sakit.

"Bangunlah. Atau kau akan terlambat bekerja."

Woo Hyun membuka kedua matanya, menatap Cho Rong yang tengah berdiri di samping ranjang, sinis. "Kau itu berisik sekali. Aku lelah. Ingin istirahat."

Ini bukan kali pertama Woo Hyun membentaknya. Ia sudah sering menerima perlakuan kasar dari laki-laki itu. Bukan hanya verbal, tapi juga fisik. Woo Hyun berubah menjadi laki-laki yang ringan tangan kini.

Hidup Cho Rong sangat tertekan. Masalahnya bukan hanya antara dirinya dengan Woo Hyun. Tapi juga antara dirinya dengan Sung Gyu.

Sung Gyu masih sering datang menemuinya. Terus mengancamnya agar segera menjalankan rencana mereka. Cho Rong masih mencintai calon bayinya yang kini masih berkembang di rahimnya dengan baik. Membuat perut datarnya kini membuncit.

Cho Rong menepis jauh-jauh prinsip hidupnya. Masa bodo jika ia dianggap gadis murahan karena terus berusaha untuk meluluhkan Woo Hyun. Bukan simpati yang ia terima, melainkan makian dan hinaan yang berakhir pada Woo Hyun yang pergi meninggalkannya.

Ide konyol itu ia lakukan karena Sung Gyu terus mendesaknya. Woo Hyun hanya bisa ditaklukan jika kepuasannya terpenuhi. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak mau menyentuhnya. Melihatnya saja, Woo Hyun enggan.

"Mianhaeyo," cicit Cho Rong pelan, lalu kembali lagi ke kamar mandi karena rasa mual itu kembali menyerangnya.

Saat Cho Rong sibuk di kamar mandi, wajah sinis Woo Hyun berubah sedih.

Ia menangis.

Airmata nya jatuh membasahi pelipisnya. "Mianhaeyo, Cho Rong-ssi," gumam Woo Hyun pelan.

Hatinya sakit.

Sangat.

Melihat wajah pucat dan kurus itu membuat dadanya terasa sesak. Ia sebenarnya peduli dengan gadis itu. Diam-diam ia sering datang ke rumah sakit untuk melihat Cho Rong yang sedang memeriksakan kandungannya bersama ibunya.

Tell Me, Why? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang