"Tolong... Tolong... Tolong..." teriakku kepada mereka.
Para warga di kota tidak menanggapiku dan Membuang muka tanpa berkata apapun. Berhadapan satu sama lain di setiap toko. Aku berteriak dengan kencang tapi, tak ada satupun yang didengar. Keramaian pembeli melewati jalan berbatu dan genangan air. Mereka melewatiku dan menubruk diriku hingga terjatuh. Aku mendekati penjual pasar tersebut. Memegangi keranjang buah miliknya dan mendekatkan mukaku untuk menjelaskannya.
"Pergi sana... kau menganggu pembeli disini .." serunya paman berambut merah sambil melempar kain kotornya mengenai tepat dimukaku.
Aku pun meminta para pejalan kaki tapi, mereka menendangku dan mendorongku. Dengan keringat menutupi mukaku aku meminta di setiap orang. Hanya untuk kali ini, kuinginkan keselamatan dan kenyamanan. Berjalan dengan letih dan sesak napasku. Apakah aku mampu dengan cobaan ini, seruku tanpa ucapan nyata.
Dua jam sebelumnya, Sebuah ruangan yang diterangi lampu sorot. Ku menunggu giliran tak henti hentinya dengan pengeluaran setiap orang. Setiap orang melewatiku dengan tatapan kecewa dan sedih. Aku menundukkan kepala bukan bermaksud memikirkannya melainkan menutupi penglihatannku terhadap muka mereka. Terkadang setiap orang yang menunggu didamping seseorang yaitu, teman ataupun orang tua namun, diriku berbeda. Hanya terduduk diam dan menunggu antrian ke-32 adalah tugasku dari seseorang yang kusayangi.
"Antrian nomor 32 atas nama Astawarsa nakula dipersilahkan masuk" kata seorang perempuan yang keluar dari ruangan hitam tersebut. Dari duduk kemudian berdiri menghampiri perempuan tersebut.
Aku membuka pintu dan memasuki ruangan. Tersedia tiga kursi yaitu hitam, merah, dan kuning dengan pemikiranku memilih kursi merah. Sebuah meja tersedia dan sebuah speker. Setelah aku menduduki kursi maka, speker tersebut mulai berbicara. Dengan intro penjelasan awal tentang perusahaan sehingga, memulai sesi wawancara penerimaan pegawai baru.
"Mohon memperkenalkan dirimu sendiri?" serunya.
"Namaku Astawarsa Nakula berumur 21 tahun lulusan SMK ****"
Aku menjawab dengan spontan yang biasa kulakukan di sekolah. Tiap-tiap pertanyaan kujawab tanpa henti. Perasaan bangga pun muncul dari diriku. Aku berpikir bahwa sekarang aku akan mendapatkan pekerjaan namun, pertanyaan selanjutnya membuat ku terhenti berpikir.
"Jelaskan tentang pekerjaan magang mu yang hanya berjalan 1 bulan?"
Akupun terdiam dan tidak ingin mendengarkan. Tidak seperti temanku yang lain tanpa masalah menjalani PKL (program kerja lapangan) selama 4 bulan tersebut. Kejadian sebelumnya ditempat magang dengan seniorku tidaklah berjalan dengan baik. Aku terdiam selama 15 menit dan dikeluarkan dari ruangan tersebut. Suara apapun tidak didengar olehku. Seakan kehampaan di setiap jalanku. Berjalan dengan lambat menyusuri lorong. Sebuah Koran terpampang dipikiranku dan timbul gambar mayat seorang perempuan. Darahnya, ikatan lehernya, dan kulitnya yang dingin seakan kembali ke waktu dulu. Perutku mulai sakit lalu, memuntahkan sesuatu dari mulut. Kuberhenti di tempat sampah terdekat dariku. Tubuhku mulai merasa dingin dan bergetar tanpa henti. Mengelap sisa kotoran dimulutku dan memegangi tenggorokanku. Aku meminta maaf seketikanya dan pamit undur diri dari sesi wawancara.
Aku melewati pintu masuk, seorang perempuan berlari memeluk ayahnya yang menunggu diluar. Ayah aku berhasil!!, serunya dengan senang. Dengan menatap sinis kepadanya kemudian menghela nafas dengan panjang. Aku mengambil telepon yang berada disakuku. Ketika mulai menyalakan handphone kemudian, hujan pun turun dengan deras dan berlari ke halte busway didekatnya. Menunggu bus yang kuinginkan dan mulai memanggil ibuku ditelepon. Halo asta, seru ibuku. Ibu aku minta m..., kataku terdiam seketika.
Wanita berjalan dengan pelan tiba-tiba didepanku. Melihat seorang wanita berpakaian yang compang-camping dan bernoda. Rambut coklat muda panjang hingga tumit kakinya terhembus dijalanan. Mata yang layu dan kulit pucat. Kain nya basah melewati trotoar tersebut. Aku melihatnya dengan cermat bahwa air yang menetes didirinya adalah darah. Terhuyung- huyung berjalan menuju tengah jalan. Aku melempar handphone dan tasku dan berlari dengan spontan mengenggam tangan perempuan itu dan menariknya. Jangan ... jangan , teriakku waktu itu. Bis pun melaju dengan kencang menghampiri diriku. Aku tak sempat menyadarinya dan suara kencang dari klakson nya. Akupun menutup mata dan mengenggamnya dengan takut. Tangan nya terasa dingin namun, badannya terasa hangat diramaian hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Choice
AdventureHidup di dunia lain ? Apakah menyenangkan atau menyedihkan? Seorang pemuda asia yang hidup di dunia abad pertengahan dan sihir. Perjalan untuk menentukan kehidupannya dan arti dirinya di dunia baru. Dengan memiliki kekuatan dari Putri 7 dosa menjad...