more than myself.

209 18 7
                                    

Cinta, yang tak kupercayai keberadaannya. Kini datang dengan indah menghampiriku. Membawaku, membuatku menjadi lebih baik.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wonwoo POV

"Lee Jihoon. Akan ku buat dirimu segera menjadi seorang Jeon Jihoon" Ucap ku pada seorang pria kecil manis dihadapanku. Aku biasa menyebutnya milikku.

Pria kecil berparas manis ini jadi satu satunya orang yang mampu mengubah kehidupanku. Kehidupan yang membosankan, tanpa warna, dan menyedihkan. Ah, mungkin bukan begitu cara mendefinisikan dirinya, dia menjadi duniaku. Nah, begini rasanya lebih tepat.

Hari ini dia tampak lebih segar dari biasanya dan lebih banyak berekspresi dari biasanya.  Bahkan sepertinya jantungnya berdegup lebih banyak dan cepat dari seharusnya. Mungkin aku alasannya, karena telah memutuskan untuk menjadikan semua lebih jelas dan pasti dengan menikahinya.

Sepertinya dia sudah menunggu sejak lama tapi tanpa ia sadari sejak dahulu aku sudah mengajaknya namun karna kebiasaanku bercanda ia menganggap itu sebuah candaan. Kurang keberanian. Tak apalah, setidaknya sekarang semua itu akan segera terwujud.

Wonwoo POV end

Selama 3 jam penuh di dalam butik untuk mencari setelan jas yang cocok dan cantik untuk masing-masing, akhirnya mereka mendapatkannya. Tuxedo berwarna biru dengan bowtie untuk Woozi, dan skinny tie untuk Wonwoo. Tidak lupa mereka memilih sepasang cincin. Tak mewah memang, namun itu bukti.

"Kenapa kau memilih yang seperti ini, Jeon? Apa kau tidak punya uang?" Dengan nada meremehkan seperti biasanya Woozi bertanya.

"Semakin mahal maka semakin banyak yang menginginkannya. Tak apa jika orang tak tergugah untuk memilikinya. Karena hanya kitalah yang boleh memilikinya. Kau milikku. Dan aku milikmu." Jawab Wonwoo tegas.

"Dasar alay" Seperti itulah Woozi, berkata hal menyakitkan namun dengan semburat merah muda mewarnai kedua pipinya, dan siapa yang bisa jamin kalau diperutnya tak ada kupu-kupu sedang berterbangan?

Keduanya memilih untuk berhenti sejenak lalu makan di sebuah restoran yang terletak tak jauh dari tempat mereka memilih pakaian dan cincin. Matahari perlahan menghilang, meninggalkan mereka. Namun kemudian bulan mulai menampakkan diri menghampiri mereka. Menjadi pengganti matahari, katanya.

"Ajakan menikah yang tidak romantis. Makan malam yang tidak romantis. Ahh, aku akan menikahi seseorang yang tak romantis" Sindir Woozi.

Bukan seorang Jeon Wonwoo jika tidak peka dengan kode yang diberikan Woozi padanya. Sudah cukup lama Wonwoo mengenal Woozi, sudah terlampau baik dia memahami segala perilaku Woozi bahkan diamnya. Lalu dengan segera ia memegang kedua pipi Woozi, menangkupnya. Menghadapkan wajah keduanya dan dengan hidung yang bersentuhan, Woozi memilih untuk mengalihkan pandangan. Tetapi Wonwoo tersenyum.

"Ji, terimakasih karena telah datang. Terimakasih atas rasa itu, terimakasih atas ucapan semangat dan selamat itu, terimakasih karena telah lahir, terimakasih karena telah menemuiku, menghampiriku, dan membuang banyak waktu bersama-sama denganku. Terimakasih banyak, Lee Jihoon"

Senyuman Woozi tak bisa lagi ia sembunyikan karena ketika ia mencari secercah kebohongan di manik indah Wonwoo, ia tak menemukannya. Karena sejatinya Wonwoo bukanlah orang yang mudah mendeskripsikan perasaannya. Pertama kali melihatnya seperti ini adalah sebuah keajaiban. Woozi menyukainya, sungguh menyukainya. Lalu Woozi memeluk pria yg lebih tinggi darinya itu. Berbisik pada telinganya,

"Terimakasih kembali, cinta"

~~~~~~~~~~~

Woozi dan Wonwoo memilih menghabiskan waktu malam mereka disebuah taman yang terletak tidak jauh dari apartemen keduanya. Menghabiskan masa dimana keduanya masih menjadi sepasang kekasih. Karena esok hari, mereka akan menjadi sepasang suami yang kemudian berkembang jadi sebuah keluarga.

Mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Membawa diri mereka terhempas pada masa masa yang mereka lewati bersama selama ini. Kenangan indah. Kenangan buruk. Semuanya terasa indah, karna disetiap kenangan itu, mereka habiskan bersama.

~
"Uji, jadi uke ku yuk!"
~
"Kamu ngerdus terus. Aku cemburu."
~
"Ah, kau mau sama Rose? Silahkan."
~
"Ji, izin selingkuh"
~
"Cie punya mantan"

"Jeles ngomong"

"G"
~
"Daddyyy~"

"Kita lihat sampai sejauh mana nona manis ini bertindak"
~

Selama beberapa menit mereka terdiam terlarut dalam kenangan - kenangan yang telah dilalui bersama sembari menyadarkan diri bahwa esok hari mereka akan benar benar memiliki satu sama lain. Mereka melirik satu sama lain, menunggu salah satu dari mereka membuka mulut lalu dengan inisiatifnya Woozi mulai membuka percakapan.

"Jeon, makasih banyak. Aku sayang kamu."

"Di esok hari, kamu akan jadi Jeon juga. Aku lebih."

Kalau disuatu hari kita menemui akhir, maukah kamu tetap mengingat hal ini sebagai hal yang indah?

END


Jiakh ava avaan ini

-Nunu

PernahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang