#2 Dream

15 5 1
                                    

"Anna..."

"Datanglah kemari anakku..."

Suara yang sama yang selalu menghantui ku disetiap mimpiku. Kakiku bergerak, seiring dengan semakin jelasnya suara yang kudengar.

Semakin jelas, suara itu terasa familiar. Terasa tidak asing bagiku.
Dari jauh aku dapat melihat  seberkas cahaya menyilaukan diujung lorong gelap ini.
Semakin mendekat, suara itu semakin terdengar di Indra pendengaranku.

Hingga akhirnya, aku sampai disebuah ruangan bundar dengan cahaya yang dipancarkan entah dari mana.
Seorang wanita tengah berdiri ditengah-tengah ruangan itu dengan gaun putih panjang dan bersinar yang terbalut ditubuhnya. Penutup kepala yang panjang membuat wajahnya tidak terlihat dengan jelas.

Wanita itu melangkah kearahku. Penutup kepala nya dilepas, menampakkan wajah cantik dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya. Dan dia adalah...
"Ibu..."
Aku senang, aku bahagia, aku ingin menangis. Aku tidak bisa menahan diriku untuk memeluknya.

Akhirnya.. setelah tujuh tahun berpisah dari orang yang disayangi, aku dapat merasakan kembali dekapan hangat seorang ibu.
Kurasakan dia membelai rambut ku dengan lembut.
Aku melonggarkan pelukannya dan menatapnya rindu sekaligus bahagia.

"Kau sudah besar Anna" ibuku memulai percakapan.
"Aku tau" aku menundukkan kepalaku, "hanya saja, aku terlalu aneh untuk bisa dianggap besar"
Ibuku mengangkat dagu ku hingga wajahku menghadapnya.
"Kau bukanlah anak yang aneh Anna. Kau berbeda karena kau spesial"
"Yah, Tante juga mengatakannya"

Ibu menjauhkan dirinya selangkah kebelakang, dan menyerahkan kedua tangannya yang terbuka. Menampakkan dua buah bola kecil berwarna merah dan biru.
Aku melihat kearahnya, dia berkata, "ambillah"
Dengan ragu aku  mencoba mengambil kedua bola itu dari tangannya.

Sebelum menyentuhnya, kedua bola tersebut langsung masuk kedalam kedua tanganku.
Aku merasakan panas dan dingin secara bersamaan, terlebih dengan cahaya menyilaukan yang menyinari seluruh tubuhku.
Terakhir aku lihat, ibuku berkata, "itu adalah hadiah dari ku. Jagalah kekuatanmu dengan baik"

"Selamat tinggal Anna..."

Aku terbangun dari tidurku, dapat kurasakan keringan membasahi pipiku, nafasku tersengal-sengal, dan jantungku berdetak kencang.

Brakk...

Pintu didobrak, terlihat Tante Ennie mendatangiku dengan wajah panik. Sepertinya dia tau jika aku baru saja bermimpi.
"Kau tidak apa-apa Anna?" Tanyanya.
Aku mengangguk pelan. Walau begitu, kepalaku terasa sakit.
Kurasakan yang kananku memanas dan tangan kiri ku begitu dingin disaat bersamaan. Kulihat Tante Ennie menatapku terkejut.
Sehelai rambut panjang terurai didepan wajahku. Aku terkejut. Rambutku yang semula berwarna coklat tua sepinggang, kini telah berwarna putih keseluruhan dan bertambah panjang 30 cm dari sebelumnya.

Apa yang terjadi padaku?

"A-anna.. apa yang terjadi dengan t-telapak tanganmu?" Tanyanya masih dengan ekspresi terkejut.
Aku melihat di kedua telapak tanganku, duah tanda berbeda terlukis indah disana. Di telapak tangan kananku, terdapat tanda seperti api berwarna merah, sedangkan di tangan kiriku terdapat kepingan salju berwarna biru.
"Anna... Matamu..."
Ucapan tante Ennie yang sengaja dihentikan, membuatku melangkah kearah cermin, dan terperangah dengan pantulan kedua mataku yang berubah menjadi heterochromia. Kanan merah, dan kiri berwarna biru. Sama seperti tanda ditelapak tanganku.

Ada apa denganku?
Apa ini kekuatan yang ibu maksudkan?

Ice And Fire

Aku sengaja pergi lebih awal, agar tidak ada yang melihat rambut ataupun mataku. Tak lupa aku menggunakan jaket agar kepalaku dapat ditutup. Aku juga mengenakan sarung tangan agar tidak ada yang melihat tanda ditelapak tanganku.

Aku langsung bernafas lega ketika diriku telah sampai disekolah. Perlahan tapi pasti, kubuka pintu kelasku tanpa menimbulkan suara.
Dan ternyata, aku tidak sendirian.
Disamping tempat dudukku, terdapat Juni yang sibuk dengan handphonenya, dan tak jauh dariku, ada Jenna yang sedang belajar. Namun dilihat dari raut wajah mereka, mereka terlihat panik.
Mereka menggunakan jaket dengan penutup kepala, sama sepertiku. Ditambah dengan sarung tangan yang terpasang dikedua tangan mereka.

Mereka kenapa?
Atau jangan-jangan...?!

"Hei, Anna" panggilan dari Jenna membuat lamunanku buyar seketika. Kemudian menatapnya.

Aku terkejut... Lagi. Kenapa?

Karena aku dapat melihat mata hitamnya yang telah berwarna hijau. Dari balik penutup kepalanya, kulihat rambut blondenya telah berubah hitam.
"Apa yang kau lihat, huh.. ayo kemari" ucapnya sembari mengibaskan tangannya, menyuruhku untuk mendekatinya.

Berjalan mendekat dan menarik kursi terdekat kemudian duduk didepannya. Aku tidak berani menatapnya. Bukan karena takut padanya, tapi karena takut dia akan menganggapku aneh.
"Anna, apa kau pernah merasakan sesuatu yang luar biasa masuk kedalam tubuhmu dan kau mendapatkan sesuatu yang ajaib?" Aku mengangguk pelan.

"Oh iya, aku hampir lupa. Kau kan bisa merasakan semuanya. Tapi, kenapa kau tak mau menatapku?" Tanyanya.
"Aku tidak ingin melihatmu" jawabku singkat.
"Kenapa? Kau takut padaku?" Tanyanya lagi.
"T-tidak, hanya saja..." Aku menghentikan perkataan ku.
"Anna kau tidak perlu takut padaku. Saat ini, yang aku butuhkan hanyalah kau. Tapi jika kau tidak melihat wujudku, kau tidak akan mengerti perkataan ku" ucapnya memohon.
"Iya, aku tau. Tapi jika aku melihatmu maka.... Argh, entahlah" ujarku frustasi.
"Maka dari itu, aku ingin kau mel-"

Brakk...

Sebuah tangan kekar mendobrak  meja didepanku dengan keras, membuatku dan Jenna terperanjat kaget. Jenna melirik Juni dengan kesal sedangkan aku, masih dengan pandangan kebawah.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku Anna." Walau tak melihatnya, tapi aku yakin dia sedang melihat kearahku.

"A-aku-"

"OHAYOU GOZAIMASU (selamat pagi)"
Seseorang datang dan menghentikan ucapanku.
Jenna kembali ke aktivitasnya, dan Juni kembali ke tempat duduknya. Begitu pula denganku.
"Hei apa-apaan ini, kenapa ketika aku datang kalian langsung bubar, huh?!" Teriaknya dengan kesal.

Karin Lechife. Gadis paling ceria dikelas ku. Dan hiperaktif. Dia adalah salah satu bahan bully-an Jenna dan teman-temannya. Tapi dia tidak pernah berhasil dibully.

"Kau berhutang penjelasan padaku Anna" bisik Juni.

Ice And Fire

Hi, saya update lagi..
Ini chapter 2 *udah tau*
Sampai jumpa di chapter berikutnya

Byeeeeee.....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ice And FireWhere stories live. Discover now