“Katanya Lala nggak pulang kemarin,”
“Kemana ya dia?”
“Kasihan orang tuanya,”
Berita Lala yang menghilang langsung tersebar diseluruh sekolah. Aku tidak ambil pusing karena semuanya sudah kubereskan.
“Braa tolong ajarin aku dong soal yang ini, aku nggak ngerti,” Pintaku, pada teman yang duduk dibelakangku. Sebenarnya tidak terlalu dekat sih, tapi yasudahlah tidak ada cara lain.
“Ini kan soal gampang, kamu bodoh banget sih,” Katanya, membuat jiwaku terguncang.
Keinginanku untuk belajar langsung hilang.
“Braa pulang sekolah ajarin aku ya, dirumah aku aja,” Ajakku. Aku rasa orang-orang seperti Braa harus dimusnahkan dari dunia, karena menyepelekan kemampuan orang lain.
“Baiklah, aku kan baik hati,” Katanya sambil meletakkan kedua tangannya didepan dada.
****
“Kita mampir dulu ya dirumah nenekku, kasihan dia tinggal sendirian,”
30 menit kemudian,
“Serius, ini rumah nenek kamu?” Braa tampaknya ragu dengan pengakuanku.
“Iya, ayo masuk. Nenek itu tinggal sendiri jadi gini deh rumahnya nggak keurus,”
Braa hanya ber-oo ria.
Saat masuk kedalam rumah, sama seperti yang kulakukan pada Lala, aku memukul bagian belakang kepala Braa sampai mengeluarkan darah.
Aiss tampaknya aku harus mencuci baju lagi. Darah Braa mencuat ke baju seragamku.
Kuikat Braa dikursi yang sama seperti Lala.
“Aduh.. Aku dimana? Kepalaku sakit banget,” Keluh Braa, saat dia mulai sadar.
“Hai,” Sapaku
“Mimi, aishh punggungku sakit,” Braa menggerakkan badannya kekiri dan kekanan.
“Kalo kamu bergerak terus, belingnya bakalan ngelukain semua bagian dipunggung kamu,” Kataku sambil membawa pisau dapur kearahnya.
“Apa? Mimi, kamu mau ngapain?” Katanya sambil melihat ngeri pisau ditanganku.
“Kamu tau, kata mama aku ngehina orang itu dosa, jadi bagusnya orang itu mati biar masuk neraka,” Sambil meletakkan ujung pisau dileher Braa.
Aaargghh...
Jeritnya pisau tersebut menancap dilehernya. Sampai-sampai dia terbatuk-batuk dan muntah darah. Mulutnya mangap-mangap seperti ikan, dia tidak dapat berbicara lagi.
“Bgaimana rasanya? Kamu sih suka ngehina orang, jadi bagusnya kamu nggak usah ngomong sekalian,” Kataku sambil mencabut pisau tersebut dari lehernya. Kubersihkan darah yang memenuhi pisau tersebut dengan baju seragamku. Warna seragamku yang putih kini menjadi kemerahan.
“Cantik ya?” Tanyaku.
“Uhm kamu tau ngga, aku tuh pengen pinter kayak kamu,” Sambil duduk didepannya. Aku mulai menceritakan bagaimana kesulitanku saat harus menampung banyak harapan dari orang tuaku.
“Aku capek denger keluhan dari orang tua aku, mereka banyak maunya sih. Kan tadi waktu disekolah kamu bilang kan kamu baik hati, jadi pasti kamu nggak keberatankan kalo aku minta otak kamu,” Sambil tersenyum manis didepannya.
Dia menggeleng sangat cepat.
“Pembohong!” Teriakku.
Kuambil obeng yang sedari tadi kubawa, secara paksa aku membuka mulutnya.
“Nggak apa-apa deh kalo kamu nggak mau kasih otak kamu, aku ambil gigi kamu aja ya,”
1 Gigi
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kulihat wajah Braa sekarang sangat lucu, gigi dibagian depan sudah tidak ada dan mulutnya penuh dengan darah.
“Udah cukup deh kayaknya, aku mau bikin gelang buat dijual,” Kutaruh gigi tersebut ditas yang berisi rambut Lala.
Mata Braa membulat saat melihat ada rambut didalam tas kresek tersebut.
“Kamu tau ini rambut siapa?” Tanyaku.
“Ini. Rambut. Lala,”
“Itu yang diatas lemari sana tuh, yang ada didalam gelas itu, itu matanya Lala,”
“Kamu mau tau Lala dimana?” Tanyaku.
“Itu sana, lagi nempel manis didinding,” Sambil menunjuk kearah mayat yang kugantung didinding bersama kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya. Hampir tak berbentuk.
Braa dengan badan sedikit bergetar dan air mata yang sudah mengucur sejak tadi, ketakutan.
“Kamu tau, adegan yang paling aku suka? Di film carrier ?”
Braa hanya menggelengkan kepala.
“Ya sayang banget. Padahal adegan itu yang mau aku tujukkin ke kamu,” Sambil meletakkan pisau dapur dibawa bibirku.
Aku tampak seperti orang yang sedang berpikir ‘apa yang akan aku masak sekarang?’
“Yaudah, kalo gitu aku peragain dikamu aja ya,”
Braa tampak menggelengkan kepala sangat cepat.
Kawat yang berukuran kecil, kumasukkan kedalam jarum. Lala yang beberapa waktu lalu kusiksa diakhir cerita aku juga mengupas kulit wajahnya. Dan sekarang kulit wajah itu akan aku jahit diwajah Braa.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Hayhay gengs
Gimana ceritanya?
Jangan lupa kasih respon dengan cara vote and comment..Gimana ya kelanjutan ceritanya?
baca teruss yakk
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Mystery / Thriller"Sudah cukup aku mengalah, sekarang saatnya. Aku akan membuat kalian menangis darah!"