This is the last part.
..::..
Nafas Minho perlahan mulai teratur. Dia menatap Jonghyun yang berada di bawahnya, yang juga mengatur nafasnya perlahan. Tubuh kecoklatan itu sedikit basah karena keringat dan Minho melihat tato – tato Jonghyun semakin indah, berkilau karena tersiram peluh. Peluh mereka.
Sepasang tangan Jonghyun menangkup wajah Minho, mengelus pipi dan telinganya. Keduanya bertatapan, berbagi keheningan yang menenangkan. Minho mengelus pinggang Jonghyun, “Kenapa aku begitu merindukanmu, Hyung?”
Jonghyun tersenyum, menarik kepala Minho lembut,”Sini kucium,”
Jonghyun menangkup bibir penuh Choi Minho dan membawanya dalam lumatan hangat. Minho perlahan dibawa berbaring ke sampingnya. Ciuman Jonghyun berakhir dan Minho baru sadar pria yang lahir bulan April itu melepas sepasang antingnya.
“Lepas antingmu sebelum tidur, bodoh.”
Tubuh kekar itu menjulur ke nakas untuk meletakkan sepasang anting Minho—dan Minho, yang berbaring nyaman, melihat punggung dan pinggang Jonghyun, begitu indah. Ketika pria berambut perak itu sudah kembali menyamankan dirinya di hadapan Minho, Minho meletakkan satu tangannya di pipi Jonghyun lalu membelai poni perak yang lembab di dahi Jonghyun.
“Hyung, igeo mwoya? Tato yang di rusuk kirimu,”
Jonghyun menundukkan kepalanya. Lalu kembali menatap Minho, “Itu tato anjing,”
“Aku tau, bodoh. Maksudnya kenapa kau membuat tato itu?” Minho tertawa kecil mendengar kepolosan Jonghyun. Jonghyun menutup matanya, menikmati elusan Minho. “Anjingku berwarna hitam,”
“Tidak, anjingmu hitam – coklat. Tato itu hitam sepenuhnya,”
“Karena aku tidak memintanya diwarnai,”
“Kalau begitu harusnya mirip anjingmu, hyung. Itu nggak mirip sama sekali,” Minho mengelus pucuk hidung Jonghyun.
“Menurutmu saja,”
“Tidak, aku melihat di postinganmu, namanya... achtunG? AchtunG.”
Jonghyun mencubit pipi Minho, “Sudah, jangan dipedulikan. Itu tato anjingku. Aku hanya salah gambar,”
Minho menaikkan satu alisnya, “Aku tidak tau kalau kau sebodoh itu,”
Jonghyun tertawa dan menggeplak kepala rapper SHINee itu, “Makanya lupakan!”
“Tidak, berikan aku jawaban yang memuaskan,”
Jonghyun menghela nafas, “Ya sudah aku tidur duluan,”
Dia menutup sepasang matanya. Minho terdiam. Wajah Jonghyun begitu damai. Tanpa perlu bertanya, Minho yakin Jonghyun merasakan kenyamanan. Hari ini, Minho selalu saja melihat wajah damai Jonghyun yang seolah tidur, padahal hanya menutup matanya dengan senyum tipis di bibirnya.
Lalu Minho dilanda kerinduan kembali.
“Hyung,” Minho mendekat, memeluk Jonghyun, “jangan menutup matamu, aku rindu melihat matamu—entah mengapa,”
Jonghyun membuka matanya, menemukan Minho nyosor – nyosor ke dadanya. “Yaa, geli!”
“Tunggu aku tidur, hyung, agar aku tidak merindukanmu—terlalu merindukanmu seperti ini,”
Jonghyun diam beberapa detik lalu tersenyum. Dia membelai kepala Minho lembut. “Baiklah, terus tatap aku sampai kau tertidur, Tuan Choi.”
“Mission accepted,”
KAMU SEDANG MEMBACA
And The Dream I Had With You [Tribute to Jonghyun]
FanfictionMinho tidak peduli matahari yang sudah nampak di peraduan untuk memulai sebuah hari lain. Kenyamanan Jonghyun ialah segalanya bagi Minho. Di ambang dunia kapuk dan dunia nyata, Minho mendengar Jonghyun berucap. "Saranghae. Jeongmal saranghae," Choi...