Bertumpuk-tumpuk buku dengan sampul tebal ditata dengan rapi pada sebuah rak buku berukuran raksasa. Seorang pemuda berambut hitam pekat dengan asyik melintasi rak buku raksasa menggunakan sebuah tangga yang dapat bergeser kesana-kemari di tepian rak. Dua buah buku tebal berwarna biru dan merah berada dalam dekapan pemuda itu. Meluncur dengan berpegas pada sebelah kaki yang menumpu pada tiang kecil penyangga rak. Bergeser dengan lincah sampai ke tujuan; bagian rak yang memiliki celah kosong di sana.
"Jaejoong, berhati-hatilah menggunakan tangga. Benda itu bukan mainan." Seorang pria tua berkacamata bulat memperingati. Pemuda bernama lengkap Kim Jaejoong itu pun menolehkan kepalanya, "Oh-... Baiklah, Baek-sam. Aku akan selalu berhati-hati," jawab pemuda androgini itu santai sambil meluncur kembali di tepian rak—masih dengan kecepatan yang sama. Pria tua itu menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan tingkah laku dan pola pikir mahasiswa didikannya itu.
Diam-diam pria tua itu tersenyum. Mengingat pemuda androgini cenderung cantik itu merupakan salah satu dari belasan mahasiswa yang menghuni fakultas di jurusannya—yang bisa dibilang jurusan paling terasingkan di Shinki University, Korea Selatan.
Zaman modern seperti ini, meneliti dan mempelajari benda-benda kuno sudah tak menarik lagi ketimbang benda-benda elektronik yang tahun demi tahun semakin pintar. Pintar untuk mencerdaskan sekaligus membodohi generasi muda yang kian tergantung terhadap teknologi.
Fakultas Ilmu Alam dan Budaya, jurusan Arkeologi – Universitas Shinki. Hanya berisi delapan-belas mahasiswa didalamnya. Menukik turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya—bahkan hampir ditutup oleh petinggi universitas karena kekosongan mahasiswanya. Tinggal menunggu waktu saja. Mengingat, para mahasiswa kesayangannya sudah berada pada tingkat akhir.
Ah, lagipula ia sudah terlalu tua untuk mengajar. Berkunjung ke Inggris sepertinya menarik. Bertemu dengan kenalan lama.
"Baek-sam, apa data yang kaucari sudah ditemukan?"
Baek-sam memperhatikan Jaejoong yang berjalan cepat ke arahnya. Tanpa menjawab pertanyaan sang mahasiswa, pria tua itu mengacungkan sebuah buku usang tebal ditangannya. Dapat dilihatnya dengan jelas binar ketertarikan yang terpancar dari kedua bola mata beriris gelap sang mahasiswa terpintar.
"Sonsaengnim, jangan bilang kalau itu-..."
"Salah satu penelitian tugas akhirku saat tingkat doctoral di Oxford. Kau bisa memilikinya untuk menjadi referensi tugas akhirmu."
Jaejoong melonjak kegirangan mendengar penuturan sang dosen. Dihampirinya pria tua itu lalu mengambil buku tebal usang yang diulurkan Baek-sam dengan hati-hati. "Terima kasih banyak, Baek-sam. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik!"
Baek-sam tertawa pelan, "Tentu. Akan kutunggu kehadiranmu satu bulan kedepan di ruanganku. Oiya, buku itu berbahasa Inggris. Kuharap kau bisa mengerti dengan benar, belajarlah dengan giat."
"Aku telah mengambil kursus bahasa Inggris selama satu tahun terakhir. Aku harap aku bisa, aku akan berusaha semaksimal mungkin!" Pemuda androgini itu ikut tertawa dan menganggukkan kepala semangat. Tugas akhirnya sebagai mahasiswa arkeologi telah di depan mata. Sebentar lagi ia akan menjadi salah satu dari sekian alumnus fakultas IAB dari jurusan Arkeologi Universitas Shinki. Terjun langsung ke dunia kerja, atau mungkin mencari beasiswa lagi untuk tingkat magister. Jaejoong melamun sejenak.
"Hei, kenapa diam saja? Ayo bantu aku membawa buku-buku ini ke kelas."
Dengan segera, pemuda androgini bernama Kim Jaejoong itu pun segera membantu sang dosen membawa setumpuk buku sejarah tebal. Berjalan melintasi koridor sepi perpustakaan universitas. Memecah keheningan yang tercipta dengan obrolan singkat.
YOU ARE READING
Ark
FanfictionKim Jaejoong mengalami suatu hal di luar nalar. Berpetualang antara hidup dan mati di tengah gurun pasir emas yang mengubur berjuta kutukan dan misteri dengan aura magis yang kental. Sesuatu yang mempunyai awal pasti 'lah memiliki akhir, dan Jaejoon...