3 - Sibling Knows Best

148 25 2
                                    

Setelah Daniel dan Sejeong selesai makan, ia tidak berencana untuk pulang namun ia ingin berjalan-jalan dulu di alun-alun Bandung namun naas, keadaan lalu lintas sangat padat sehingga menyebabkan macet hingga waktu menunjukkan pukul 9 malam. Daniel menanyakan kepada Sejeong untuk meminjamkan ponselnya untuk menelpon Jaebum, kakak Sejeong, untuk mengabarkan jika mereka terjebak macet. Setelah mengabarkan, Daniel dan Sejeong hanya diam saja. Penyebab mereka diam-diaman adalah Sejeong sudah pergi ke alam mimpi, jadi si supir tidak ada teman ngobrol.

Hanya ada suara radio yang mengalun mengisi suara di dalam mobil agar tidak sepi-sepi banget. Leher Sejeong semakin lama semakin miring yang bisa menyebabkan lehernya sakit saat ia akan bangun dari tidur. Kemudian, Daniel mencoba meraih bantal leher milik Seulgi yang sengaja ia tinggal di mobil.

"Jeong.. Ini bantal buat leher biar gak pegel," Daniel berusaha membangunkan Sejeong. Namun, gadis tersebut tidak bangun juga.

"Jeong! Ya Allah kerbau betina," ucap Daniel sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sejeong.

"Hhh..," Sejeong bergumam. Matanya juga agak terbuka tapi malah kembali terpejam.

Akhirnya, Daniel yang berusaha memakaikan bantal leher tersebut. Ia sedikit mendorong kepala Sejeong sehingga ia menunduk. Lalu, Daniel mengalungkan bantal leher dan menarik kepala Sejeong agar tidak menunduk lagi.

Sejeong memang harus dijaga 24/7. Sehingga, jika ia tidur di mobil, lehernya tidak akan sakit. Ada yang harus melindunginya saat ia berada di tengah-tengah balon atau suara gaduh seperti petasan atau petir. Semoga saja Jonghyun mampu melakukan itu semua.

Oh iya, dan semoga Jonghyun rela jika kulit tepung ayam McDonald diambil Sejeong tanpa permisi. Sebab, itu adalah salah satu makanan favorit Sejeong.

*

Daniel telah sampai rumah di jam 22.00 malam karena macetnya Kota Bunga saat malam minggu. Seulgi sudah duduk manis di depan tv sambil menonton dari harddisknya.

"Assalamualaikum, Daniel pulang," seru Daniel saat ia memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," balas Seulgi. Mulutnya masih mengunyah karena ia sambil ngemil.

"Ayah sama Bunda mana?," tanya Daniel saat mencuci tangannya di wastafel.

"Udah bobo," jawab Seulgi singkat.

"Teh, lo belom mau tidur kan?," tanya Daniel lagi.

"Belom, kenapa?," jawab Seulgi seraya menengok ke arahnya. Ia membaca muka Daniel dan memang, mukanya agak berantakan.

"Iya, teteh tau kamu kenapa. Mandi dulu sana, nanti baru cerita," ucap Seulgi langsung sehingga Daniel tidak mampu menjawab pertanyaan Seulgi karena sudah kedahuluan.

"Okay." sahut Daniel. Lalu, ia mengambil handuk dan segera mandi.

Setelah selesai mandi, Daniel langsung duduk di samping kakaknya yang masih menonton serial dari Amerika yang bertajuk medis.

"Mau cerita Sejeong ya?," tebak Seulgi. Senyuman miring tercetak dari bibirnya yang kecil. Ia sangat mengenal adik kecilnya tersebut. Sedangkan yang ditanya, ia hanya menghela napas dengan gusar. Ia mengambil bantal dan ia taruh di pangkuannya. Lalu, si bungsu hanya mengangguk ringan. Ia tampak lesu. Ia enggan berbicara tetapi ia tidak ingin sendirian. Ia ingin membagi rasanya kepada kakaknya.

"Sejeong dideketin sama senior gue, Teh," Daniel berusaha membuka mulutnya walaupun rasa di hatinya amat perih.

"Terjebak friendzone ya lo?," tawa Seulgi malah pecah. Daniel semakin sebal dengan tetehnya.

Daniel menghela napasnya kasar, "Kayaknya sih gitu, Teh,"

"Kasian banget sih adek gue yang satu-satunya ini. Tampang gak buruk-buruk banget, akhlak baik, malah di friendzone-in. Sabar aja ya," respon Seulgi sambil menepuk-nepukkan bahu Daniel dengan tangan kanannya.

"IH! Meper lo ya?!!," tuduh Daniel sembarangan. Si sulung hanya cengengesan aja.

"Gini, Dek. Menurut teteh ya kalo emang kamu juga suka sama Sejeong tapi Sejeongnya lebih milih orang lain, kamu mau gimana? Melarang Sejeong? Nggak kan? Teteh gak akan bilang kalo kamu harus bahagia kalo Sejeong bahagia, karena kalimat itu adalah kalimat tersampah yang keluar saat mengalami patah hati.

Saran Teteh, kamu tetep ada di samping Sejeong. Tetep usap air matanya kalo dia nangis, tetep jadi sahabatnya Sejeong yang kayak dulu. Ini perih sih emang, tapi kamu gak bisa ngapa-ngapain selain support dia," hati Seulgi rasanya ikutan sakit. Daniel tidak mampu berkata apa-apa. Kepalanya menunduk seraya melihat ke arah jari-jari tangannya di atas bantal.

"Move on, dek," ujar Seulgi selanjutnya.

"Apa bisa, Teh? Sulit,"

"Sulit bukan berarti gak bisa kan?," balas Seulgi. Seulgi mengelus kepala adiknya yang sudah tumbuh dan berkembang. Daniel membalas kakaknya dengan senyuman. Waktu telah berlalu amat cepat. Dulu Daniel mengadu ke Seulgi karena ia dituduh mengompol padahal itu air minumnya yang tumpah, sekarang Daniel mengadu ke Seulgi karena perasaannya yang tidak terbalaskan.

Daniel mulai bisa tersenyum kembali sebab sudah mengeluarkan unek-uneknya. Hatinya sudah agak lega sekarang. Kemudian, Daniel izin untuk masuk kamarnya sebab ia sudah ingin tidur. Seulgi hanya mengiyakan. Lalu, tidak lama setelah Daniel masuk kamar, ia segera mematikan televisi dan semua lampu, kemudian ia masuk kamar untuk tidur juga.

*

Jaebum menyolek adiknya yang masih duduk termangu di meja makan. Dagunya di tumpu oleh telapak tangannya yang menengadah. Pukul 23.00 WIB namun Kim bersaudara masih terjaga karena memang belum ada rasa kantuk yang mengganggu mereka.

"Diam atau aku sembur," gerutu Sejeong. Ia tidak melirik kakaknya sama sekali.

"Galak amat lo, dek. Kenapa sih? Masalah cowok ya?," tebak Jaebum.

"Iya, masalah lo. Gue mau bilang ke mama buat nuker lo sama beras 15 karung," jawab Sejeong ceplos.

"Serius, dek, ih!," Jaebum menyentil kening Sejeong yang terekspos malam itu.

"Yaudah sini duduk yang rapi," Jaebum langsung menuruti perkataan adiknya. Sejeong menghela nafas berat.

"Iya," jeda Sejeong, "Gue lagi ada masalah tentang cowok,"

Jaebum tersenyum menang dan menggebrak meja akibat ia menjawab dengan benar tentang tebakannya, "Kan gue bener!,"

"IH PEA LO! Nanti Mama bangun!," bentak Sejeong karena respon kakaknya yang terlalu heboh dan berisik.

"Gue udah ada yang deketin sih, senior gue, tapi di satu sisi, gue juga gak mau kehilangan Daniel,"

Jaebum kaget dengan pernyataan adiknya tersebut sebab ia rasa tidak ada korelasinya, "Lah terus? Lo suka sama Daniel emang?," Jaebum menaruh curiga.

"Nggak lah! Gila kali!,"

Kakak laki-lakinya mengangkat satu alis, "Terus, inti permasalahannya apa?," tanya Jaebum lagi.

"Lo kan tau, kalo gue jadian sama senior gue, hubungan gue sama Daniel pasti ngejauh kan? Secara gue pasti apa-apa sama Jonghyun bukan Daniel lagi,"

"Heh, kulit tapir!," Jaebum menoyor ringan kepala adiknya, "Gini, dek. Daniel kan temen lo dia juga support lo kok pasti. Lo mikirnya kejauhan deh. Waktu lo aja yang lebih dulu daripada Daniel, Daniel pasti juga ada tambatan hati kok nantinya. Santai aja, jangan dibawa ribet," ujar kakaknya. Sementara itu, Sejeong manggut-manggut saja karena ia rasa omongan dari kakaknya ada benarnya. Akhirnya, Sejeong pikir, ia akan memilih Jonghyun dibanding teman masa kecilnya itu. Daniel akan mempunyai tambatan hatinya, suatu saat

somebody's me // kang daniel&kim sejeongWhere stories live. Discover now