end

1 0 0
                                    

Hidup bagai deretan tuts piano, ada hitam dan ada yang putih. Aku berusaha memahami maksud semua peristiwa yang terjadi, karena hitam pun sesungguhnya bisa menghasilkan keindahan.

Berminggu-minggu menyendiri, mencoba mencari sendiri solusi terbaik dan akhirnya tiba saat untuk aku memutuskan. Pertemuan ku dengannya hari itu terjadi karena aku yang minta namun, sepi dan dingin, tak banyak hal yang bisa kami bicarakan. Kesunyian akhirnya pecah saat dia mengatakan betapa dia merindukan ku. Aku hanya bisa diam, senang namun pedih rasanya hatiku. Membayangkan dulu selalu mengatakan kalimat sayang, selalu tanganku dipegang tangannya, pipi ku dicium mesra olehnya, dan bahuku di rangkul sehingga terasa hangat badan ku. Aku tak membencinya sama sekali tidak, aku hanya takut dan mencoba menghalangi rasa cinta yang masih begitu besar untuknya. Kembali ku pikirkan tujuan aku meminta bertemu dirinya, semua sudah ku persiapkan tapi sempat terlupa dihalangi diriku yang sempat kaku tak bernyawa. Aku mengatakan untuk tidak menerima ajakannya dengan satu alasan, kami berbeda. Sekali lagi, perbedaan antara kami bukan hanya tentang rasa, pikiran, selera, tapi besar sangat besar, agama kami berbeda.

Februari 2011........

Semangat hidup belum juga kembali dan hubungan ku dengannya, kami berdua mencoba semampu kami menjalin hubungan sebagai seorang teman, ya teman, hanya sebatas teman, bahkan tak lebih dari sebelumnya seperti kami baru pertama kenal. Hari ke-14 di bulan itu kejutan datang menghampiri ku. Seikat bunga mawar putih kesukaanku kutemukan di teras depan rumah, di dalamnya ada selembar kertas.

Hai,

Maaf mengejutkanmu.

Aku hanya ingin bilang, Happy Valentine.

Dia mengirimkan bunga mawar, membuka pagi ku, memberi ku semangat dan keceriaan. Aku ingin melupakan masalah ‘perbedaan’ itu dan kembali menjalin hubungan dengannya. Semua yang terjadi di dunia ini ku yakini tak ada yang kebetulan, semua Tuhan yang mengatur. Harapan dan keinginanku seakan diberi jalan untuk bisa ku wujudkan, aku ingin kembali bertemu dengannya, kembali membicarakan hal serius dengannya. Aku pun menerima pesan singkat darinya dan aku rasa keputusanku sudah bulat.

Ijinkan aku untuk bertemu dan sekedar berbincang.

Semua siap, diriku, hati dan pikiran ku, ku pastikan semua siap tanpa cacat. Layaknya pasangan yang ingin memulai kencan pertama, aku begitu gugup kembali kurasakan kegugupan yang dulu aku rasakan saat ingin kencan pertama kali dengannya.

Aku kembali menjalin hubungan dengannya dan kami menjalaninya sampai sekarang. Kalian tau, kini kami semakin menyadari bahwa perbedaan tak selamanya menyakitkan. Kami lebih belajar menghargai perbedaan, memahami mengapa perbedaan itu harus ada. Semakin kuat dengan iman kami, semakin kuat dan yakin dengan cinta kami dan semakin percaya bahwa jodoh atau tidaknya kami nanti Tuhanlah yang menentukan. Amin.

--Aku bersyukur Allah mempertemukan diriku dan dirimu--

--Kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan Yesus berikan untukku—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang