Metafora

9 4 0
                                    

   "Jadi kau pernah bersamanya?"

   Lelaki muda itu menoleh, menghisap gumpalan tembakau dengan khidmat. Ia tak segera menjawab pertanyaan itu. Mata cekungnya mengamati pendar keperakan sang dewi malam yang terbiaskan oleh riak air dipinggir danau itu. Pantulan sinarnya, seakan-akan membuat dedaunan di pohon itu nampak kelabu.

   Sesak mungkin, beribu rasa dapat kita terjemahkan dari raut wajah lelaki itu.  Ia ingat, selama inilah dia datang di kehidupannya. Bagaikan rembulan sosok wanita itu di fikirannya. Setiap masa edar melintasi angkasa hatinya, datang lalu pergi, bulat lalu menyeparuh hingga hilang dan muncul membulat lagi. Malam ini, terang rembulan memberi perasaan berbeda untuk lelaki itu. Sendu, serta memerihkan hati.

*********

   "Namaku Bagas." Kusodorkam tangan, ia membalas sembari menyebutkan namanya. Dimalam purnama itu, kami berputar memandangi deretan barang lawas. Saling bertukar argumen, hingga kelu lidah, lelah kaki, dan nanar mata, kami beristirahat.

Akan dilanjutkan beberapa hari lagi :) setialah menunggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maha-Meru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang