Je T'aime

97 8 0
                                    

.

.

.

-Greshan-

Shani’s POV

Aku tak mengerti apa yang gadis itu katakan karena jarak kami yang terlalu jauh, gadis itu berada di lapangan sekolah yang bertanah sedangkan aku melongok di jendela kelas yang berada di lantai 2.

“Apa??” teriakku

Aku hanya dapat membaca dari gerak bibirnya saja.

Saranghae'

“Huh?” aku mengerutkan dahiku

Gadis itu tak kehabisan akal… Kulihat dia mengambil ranting pohon yang berserakan di pinggir lapangan lalu mulai menggerakan ranting pohon itu membuat garis yang saling terhubung… Ahh itu sebuah tulisan

“Apa dia sudah gila?” gumamku, dan kurasakan wajahku memanas.
















Saranghae Shani Indira'-itulah tulisan yang dibuat gadis itu

.

.


-Veomi-

Naomi membuka matanya perlahan dan menemukan jika kelasnya kosong, gadis itu menutup lagi matanya dan tertidur lagi dengan kepala yang diletakan di meja dengan tangan yang dilipat sebagai alasnya.

“Pssttt~ jangan berisik nanti dia bangun lagi…” lirih gadis berwajah bidadari pada teman-temannya.

Krasak~ Krusuk~

Naomi bergerak gelisah dalam tidurnya, dan mata tajamnya itu terbuka kembali, perlahan.

“Hoi~ hoi~ lihat dia bangun” seru Beby pada yang lainnya dan mereka pun pergi keluar kelas.

“Eungh~”

Naomi terbangun dari tidurnya lalu membenarkan posisi duduknya.

Dilihatnya kelas masih kosong namun ada yang berbeda karena seorang gadis yang Naomi kenal sebagai Jessica Veranda, kini sedang berdiri di depan kelas sembari tersenyum sangat cantik.

Ohh…. Satu lagi, terdapat spanduk dibagian atas papan tulis yang bertuliskan… 'Wo ai ni Shinta Naomi’

.

.


-BebNju-

Aku tahu bahasa Inggrisku ‘sedikit’ kacau… Kkk tapi aku punya hal yang lebih baik dari sekedar bahasa Inggris, yaitu bahasa cinta…”

Shania terus membaca note kecil itu dan tanpa sadar dia menubruk seseorang.

“Ouchh… I’m Sorry..” ucap Shania menyesal seraya menundukan kepalanya.

“Hmm… Tak apa!”

Suara itu!

Shania mengangkat kepalanya dan langsung bertemu pandang dengan seorang gadis pendek yang sekarang tersenyum tipis dengan mata sipitnya yang menatap lembut Shania.

“Beby?”

“Yeah… Dan bahasa itu aku tulis di sini”

Beby memberikan Shania secarik note yang berisi tulisan….

Aishiteru Yo Shania Junianatha’

“Ohh?” Shania membulatkan matanya membaca note itu, sedangkan Beby tersenyum dengan pipinya yang sudah memerah.

“Aku tahu kamu bisa membacanya!… Tapi aku tidak tahu apa aku benar mengucapkannya… Tapi…. Aishiteru Yo Shania Junianatha…”

.

.


-VinLids-

“Hahhh…. Gracia sudah pakai bahasa Korea, Kak Ve bahasa China dan Beby bahasa Jepang… Humm, Vin menurutmu aku pakai bahasa apa dong?”

“Tinggal pakai bahasa Inggris saja, mudahkan! Ehh tapi meningan kamu pakai bahasa china saja, soalnya mukamu itu ke china-chinaan sih…”

“china apa hina?” dengus Lidya.

“Hahaha… Dua duanya sihh”

“Ishh… Dasar..”

“Hahaha-UHUK Uhuk”

“Hahaha… Makanya jangan jail”

Lidya tertawa senang karena Vinny yang tersedak tawanya sendiri, mereka berdua kini sedang duduk berhadapan di bangku kantin.

“Hmm… Berarti aku akan bilang ‘I Love You Melody’, begitu Vin?” tanya Lidya, dan-

“Kamu bilang apa, Lids?”

Itu bukan Vinny yang menjawab pertanyaan Lidya tapi, melainkan Melody yang sengaja menghampiri VinLids yang sedang makan siang bersama.

Tapi siapa sangka…..

‘ahh… Sial’

Lidya mengalihkan pandangannya ke belakang dimana Melody berada, gadis itu tak percaya dengan pendengarannya akan ucapan Lidya.

“M-Mels…” gugup Lidya sekaligus terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Melody.

“Apa aku salah dengar barusan, Lids?” tanya Melody memastikan, sedangkann Vinny menahan tawanya karena adegan di depannya.

“Tadi Lidya mengatakan ‘I Love You Melody’… Dan Kak Melody, memang tak salah dengar kok..” ucap Vinny setelahnya gadis itu dengan cepat kabur dari kantin.

“Yahh.. Vinny!” teriak Lidya.

“Hahahaha…”


“Ehh? Mels maafin akuuuu…” mohon Lidya dengan kedua tangan di satukan di depan dada, wajah gadis jangkung itu terlihat memelas.

“Maafin aku yang udah lancang….”

“Benarkah? Apa yang diucapkan Vinny tadi, Lids?” tanya Melody yang pipinya bersemu merah.

Eh? Bersemu merah….

“Ehh?” Lidya berhenti meminta maaf dan kini berdiri seraya menatap Melody.

“Melodut?”

“Apa?”

“Apa kamu gak marah, hmm?” tanya Lidya bingung, sementara Melody mengerutkan keningnya dan lalu menatap cemberut Lidya.

Sumpah demi apapun Lidya bisa mimisan sekarang karena melihat Melody yang mengerucutkan bibir kucingnya dengan pipi yang mengembung.

“Untuk apa aku marah karena kamu mengatakan ‘I Love You’… Apa lagi aku juga mempunyai perasaan yang sama denga-n m-u”

‘Ahh… Aku keceplosan.. Ishh bibir ini’

Melody memukul bibirnya pelan dan langsung dihentikan oleh Lidya dengan memagang tangan gadis itu..

“B-benarkah?” tanya Lidya memastikan dengan wajah senangnya, dan Melody hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya. Pipi gadis mungil itu sudah memerah malu.

“Hahahaha….. Thanks Melodutkuwh!”

Lidya dengan cepat memeluk tubuh mungil itu.

“Haha… Ya ampunnnn, aku senang sekali…”

“Yahh.. Turunkan aku!!” bentak Melody

“Haha… I Love You Too Melody”

Lidya tak menurunkan Melody dari pelukannya malah semakin memeluknya seraya berputar-putar.

“Kkk…. Hahaha”

.

.



Hahahaha-END

[HIDDEN TRACK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang