Who Me? 1

292 23 23
                                    

1997, Busan - Korea Selatan ...

Angin berdesir cukup kencang menyapu daun-daun yang berguguran. Langit yang biasanya di hiasi ribuan bintang, kini gelap tanpa ada satupun bintang. Hanya ada kilatan cahaya yang menghiasi langit saat ini.

Sepasang kaki berjalan menyusuri jalan yang sepi penuh daun yang beterbangan. Ia berjalan cepat saat ia tahu sebentar lagi akan ada badai. Ia harus cepat-cepat sampai tujuan.

Dia tidak sendirian melainkan bersama bayi yang terlelap dalam dekapan. Sesaat setelah menelusuri jalan itu, matanya menangkap sebuah rumah yang tak jauh darinya. Sesungging senyuman terpahat di wajahnya. Sesaat wanita paruh baya itu mengecup kening sang bayi.

"Ayo sayang, sebentar lagi kau akan aman disana."

Dengan langkah cepat wanita itu berjalan menuju kesana. Tepat saat ia telah sampai di depan pintu.

Tok ... Tok ... Tok ...

Tangan wanita itu mengetuk pintu tersebut beberapa kali. Bagai tak berpenghuni, rumah itu sepi tapi masih ada cahaya di dalam sana.

Merasa tidak ada orang yang membuka pintu. Wanita itu malah meletakkan bayi itu di atas meja yang tak jauh ada disana. Lalu meninggalkan secarik kertas di samping bayi itu. Bayi yang semula tertelap, kini menangis lantaran merasa tidurnya di usik.

"Maafkan eomma sayang, eomma bukan tidak menyayangimu. Tapi kau lebih baik tinggal di sini dari pada nanti kau tersiksa tinggal bersama eomma. Sejujurnya eomma masih ingin bersamamu, tapi sepertinya takdir tak mengizinkannya. Bahkan appa mu saja tak peduli padamu sebelum kau lahir. Dia malah pergi meninggalkan eomma sendiri. Maafkan eomma sayang ... berjanjilah kau akan tumbuh dewasa walau eomma tak ada disisimu. Kau harus kuat, jangan sedih. Hiasi hidupmu dengan keceriaan bukan dengan kesedihan." Tangan wanita itu terhulur mengusap pipi gembul sang bayi yang masih menangis.

Saat merasa ada pergerakan di dalam rumah, wanita itu buru-buru meninggalkan bayi itu. Sebelum meninggalkannya wanita itu mengecup kening sang bayi menyalurkan kehangatan dan kasih sayang sebelum ia harus benar-benar pergi meninggalkannya.

Wanita itu segera pergi sebelum pemilik rumah membuka pintu. Pergi dengan air mata yang terus mengalir di pipi. Berlari tak tentu arah berusaha menjauh dari rumah itu. Bahkan hatinya sungguh sakit saat meninggalkan kesayangannya disana. Tapi dia tidak punya jalan lain. Terpaksa dia harus menitipkan anaknya sendiri di panti asuhan.

Ribuan penyesalan meradang di hati. Bagai tak tega meninggalkan kesayangan tinggal dengan orang lain. Mau bagai mana pun keputusan inilah yang tepat. Dia tak ingin egois bila nanti kesayangannya akan terluka bila selalu bersamanya. Maka ini adalah keputusan yang tepat.

"Semoga hidupmu selalu cerah sayang ... sampai jumpa ... jeongmal mianhae ...," batinnya pilu.

⏩⏩

Mentari perlahan mulai muncul di permukaan. Semalam hujan deras turun menyisakan titik-titik air. Bunga yang kuncup pun mulai bermekaran. Menambah kesan indah untuk di pandang saat pagi hari.

Suara-suara anak kecil mulai terdengar. Mulai dari obrolan mereka, tawa mereka, kegirangan mereka. Seakan bisa membuat rumah itu hidup. Begitu banyak anak-anak disana dari berbagai umur.

Ada yang main kejar-kejaran, petak umpet, lompat tali, dan banyak yang lainnya. Mereka sungguh ceria bahkan sama sekali tidak terlihat akan kesedihan di wajah mereka. Seolah lupa bahwa mereka YATIM PIATU.

Beberapa jam sudah berlalu dan sekarang saatnya untuk makan siang. Mereka seperti sudah di ajari sejak kecil. Belum mendapat perintah pun mereka sudah duduk manis di meja panjang yang penuh akan berbagai makanan.

Mereka makan dengan lahap membuat bibi Lee atau biasa dipanggil Lee Ajhumma tertawa geli melihat anak-anaknya makan belepotan. Atensinya menatap anak-anak itu teralihkan saat seseorang mengatakan kalau ada yang ingin mengadopsi anak.

Lee Ajhumma segera pergi menuju ketempat khusus ruangnya. Saat ia masuk terlihat seorang yeoja dengan anak kecil di sampingnya. Bisa di perkirakan kalau anak itu masih berumur 2 tahun. Lee Ajhumma berjalan dan duduk berhadapan dengan yeoja itu.

"Sebelumnya maaf, apa anda memang ingin mengadopsi anak." Lee Ajhumma memulai percakapan lebih dulu.

"Ne, saya ingin mengadopsi anak."

"Bukankah anda sudah memiliki anak. Mengapa malah memilih untuk mengadopsi anak lagi?" Lee Ajhumma bingung dengan yeoja ini.

Kalau sudah memiliki anak, mengapa malah memilih mengadopsi??

Begitulah kira-kira pemikiran Lee Ajhumma sekarang. Sejenak yeoja itu terdiam. Lalu tersenyum kembali.

"Jadi begini, anak saya menginginkan dongsaeng. Karena suami saya tidak ada lagi, jadi saya putuskan untuk mengadopsi anak yang kurang umurnya dari anak saya. Apakah ada?" Jelasnya, sejenak Lee Ahjumma berpikir.

"Kalau di pikir-pikir tidak ada anak yang umurnya kurang dari anak anda. Tapi, semalam ada bayi yang terletak di atas meja lalu di sampingnya ada pesan." tutur Lee Ahjumma

Mohon maaf sebelumnya, saya ingin menitipkan anak saya disini. Jadi saya minta bantuan anda untuk menjaganya. Tidak perlu tahu alasannya apa, dan kalau nanti ada yang ingin mengadopsinya beritahukan namanya adalah JEON JUNGKOOK. Marganya masih bisa di ubah jika nanti yang mengadopsinya menginginkan. Satu lagi, jangan beritahu apa pun padanya tentang saya. Karena saya ingin dia hanya mengetahui kalau saya sudah meninggal dan sekarang dia hanya anak YATIM PIATU. Jadi saya mohon jaga anak saya baik-baik.

-...-

"Hmm... apa boleh saya melihat anak itu?" tanya yeoja itu ragu-ragu.

"Tentu, mari." Lee Ahjumma berdiri lalu menuju ke sebuah ruang yang berada tepat di sebelah ruang khususnya. Yeoja itu mengikuti arah perginya Lee Ahjumma.

Perlahan Lee Ahjumma membuka knop pintu. Baru beberapa langkah masuk mereka sudah di suguhi bunyi-bunyi lonceng yang di mainkan oleh bayi bergigi kelinci.

Sambil memegang mainan yang ujungnya terdapat lonceng. Bayi itu tertawa sambil mendengar bunyi-bunyi lonceng. Dengan gigi yang menyembung, bayi itu terkesan sangat imut.

"Lihat, seperti tidak ada beban bayi ini tertawa riang tanpa tahu seseorang telah membuangnya." Tangan Lee Ajhumma mengelus pipi gembul sang bayi.

"Saat melihatnya saya jadi teringat akan seseorang. Seseorang yang dulu sangat dekat dengan saya ..." Ntah perasaan apa yang muncul dalam hatinya, yeoja itu menitikkan air mata. Tanpa tahu akan sebab kenapa dia begitu.

"Jadi, apa saya bisa mengadopsinya?"

***

To be continued...

Ada yg mau minta lanjut?
🐰🐰🐰

👋👋

Who Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang