Disclaimer Garasu No Kamen by Suzue Miuchi
Fanfiction by Agnes Kristi
Imajinasi indah soal Masumi yang tidak pernah rela berbagi gadisnya, meski hanya di atas panggung.
=============================================
Berdiri di barisan paling belakang tribun penonton sama sekali tidak membuatku terbebas dari pesonanya. Disini, di tempatku bergeming sejak satu jam yang lalu, aku justru semakin jatuh terperosok ke dalam sebuah rasa bernama cinta. Reflek sudut bibirku tertarik menjadi sebuah senyum tipis yang sangat jarang aku tampakkan. Ah, betapa dia sudah sangat merubahku. Merubah duniaku yang kosong menjadi penuh warna.
Mataku menyipit saat melihat adegan baru dalam drama yang tengah diperankannya. Cih, aku berdecak kesal. Romeo dan Juliet, aku benci drama ini. Kedua tanganku terkepal erat kala melihat dia, yang aku cintai, memeluk laki-laki lain berlabel Romeo, lawan mainnya di atas panggung.
Apa aku boleh mematahkan kedua lengan yang kini melingkar di pinggul ramping gadisku?
Hitungan menit yang berlalu serasa seabad, adegan romantis itu membuat darahku menggelegak karena emosi. Mataku iritasi melihatnya. Sepertinya lain kali aku harus memperingatkan menejernya untuk lebih selektif memilih peran. Oh ayolah, aku tahu dia memiliki sejuta topeng dan aktingnya tak pernah mengecewakan tapi melihatnya seperti ini? Astaga ... rasanya aku ingin membakar gedung pertunjukan megah ini. Tidak peduli kalau itu akan membuatku merugi.
Urat kekesalanku mengendur saat adegan berganti. Klimaks menjelang ending. Aku menyeringai penuh kemenangan, matilah kau Romeo! Tapi kesenanganku menikmati penderitaan itu segera sirna saat dia justru menangis dan memeluk tubuh yang pura-pura mati. Sial! Umpatku dalam hati. Aku bahkan mengutuki Shakespeare yang menciptakan drama picisan ini.
Menjauhlah darinya sayangku!!
Dua detik kemudian mataku membola saat bibir mungil berwarna merah muda itu menyentuh bibir busuk lawan mainnya. Oh, ijinkan aku benar-benar menghajar pria itu, nanti. Sial! Sial! Sial! Siapa sutradara drama ini yang mengijinkan adegan nista itu terjadi di atas panggung. Kuronuma! Nama itu bergaung di dalam kepalaku dan pria itu akan menerima akibat dari perbuatannya. Padahal aku sudah menekankan padanya berulang kali untuk tidak menistakan gadisku dengan adegan tak layak pandang. Sial!
"Tuan Masumi."
Aku menoleh dan mendapati sekretarisku, Mizuki, berdiri di sebelahku dengan membawa sebuket mawar ungu. Sekuat tenaga aku meredam emosiku yang hampir meledak. Harus ada yang membayar semua ini! tekadku dalam hati.
"Hhmm," gumamku tanpa arti seraya kembali mengalihkan perhatianku pada gadis di atas panggung.
Aku merasakan kelegaan yang luar biasa saat akhirnya gadisku terbaring seolah mati di atas panggung. Drama berakhir dengan air mata tapi senyum di wajahku terkembang sempurna. Tirai tertutup dan saat tirai kembali terbuka, tepuk tangan menggema bersama sorak sorai yang mengelu-elukan nama gadisku.