Melawan hati dengan segala rasa yang tersisa bukan perkara mudah, memohon pada diri sendiri agar terlihat baik-baik saja itu sulit. Menjauhi dan menjaga jarak adalah alasan karena telah dibuat patah, bahkan hancur.
Satu tahun telah berlalu. Meratapi cerita yang sudah kembali pada titik awal. Tidak ada lagi harap kebersamaan yang pernah ada. Pada akhirnya, semua akan menjadi terbiasa.
Gadis beriris coklat ini mencoba merebahkan tubuh dalam ranjang kamar. Berharap penat dalam kepalanya menghilang dengan membaca novel yg ada ditangan nya. Mereka reka apa yg berada dalam pikirannya, bukan celah untuk keluar dari masalah yg di derita hanya warna keruh yg ia temukan.
Membolak balik lembaran novel itu. Tiba tiba jarinya terhenti pada suatu lembar. Matanya tercengang. Ia menemukan sebuah foto diselipan lembar novel itu.
Dibawah pohon maple. Dua bocah dengan celana konyolnya sedang menikmati senja. Tersenyum menawan melihat kamera. Tak lupa gelang couple yg mereka kenakan.
"Ini kan gue. Lalu dia siapa?"
Ara tak bisa mengingat dengan betul siapa laki-laki yang duduk bersamanya saat itu. Muka nya pun juga asing. Selama di Jerman ia juga tak bertemu dengan laki-laki itu.
Malam gelisah. Angin malam menghanyutkan. Kelopak mata itu menutup dengan cantik. Ia pun mulai terjaga.
🍁🍁🍁
'HALO READER'
Silahkan vote dan komentar buat nambah semangat penulis amatir kayak gue. Maaf kalo ceritanya pendek banget tapi percayalah Autumn berbeda dari cerita lainnya. So tetap ikutin alurnya ya. Selamat membaca. Semoga kalian suka sama ceritanya.
Salam manisIngeaff
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn
Teen FictionAku akan tetap menunggu dengan tabah,seperti ranting di musim gugur yang merelakan daun-daun meniggalkannya.