12 desember 2017
Seseorang membuka pintu ruangan ku. Aku mendongak untuk melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan ku. Ruangan berukuran 3×3m ini sekarang di penuhi teriakan kegirangan Debby.
Sekarang aku menjabat sebagai manager di sebuah perusahaan besar. Oh ya, umurku masih termasuk muda yaitu 24 tahun. Masa depanku sudah terjamin sukses kan? Ya, semua ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari papa dan mama serta teman teman. Dan juga bantuan oleh seorang yang spesial beberapa tahun lalu.
"Ada apa?" tanyaku sambil tetap fokus pada kertas kertas di depanku.
"Lihat ini, Tony dan aku sudah mempersiapkan semuanya." ucapnya
Dia menaruh sebuah undangan berwarna putih dan emas di atas kertas kertasku. Aku mengangkat undangan itu dan..
"Kau serius? Astaga Deborra! Kenapa? Astaga?" tanya ku saat membacanya
"Aku takut perawan tua, tony juga seorang chef terkenal kok." ucapnya
"Kau serius menikah karena cinta kan? Bukan karena kau hamil duluan?" tanyaku
"Oh Tuhan! Ini akibat kau jarang pergi ke gereja saat kecil." ucapnya sambil memangku tangannya.
"Yayaya, aku tahu sana! Aku masih banyak kerja."
Aku mengusirnya dari ruang pribadiku. Bisa bisa aku tidak mengerjakan ini tapi malah bergosip dengan Deborra.
"Huh, Rozie si pekerja keras. Alangkah baiknya kau memikirkan kisah asmaramu daripada semua pekerjaan membosankan mu ini." ucapnya
"Debby, aku baru saja putus dari Xander. Kau tahu kan? Aku tidak mungkin memikirkan itu." ucapku ketus
"Kau tidak mungkin benar benar mencintainya. Kau hanya, hanya, tidak bisa melupakan a-- ah sudahlah." ucapnya sambil keluar dari ruangan ku.
Yang benar saja! Aku baru 24 tahun.
***
Aku turun menggunakan lift saat jam di jam tanganku sudah menunjukkan pukul 6 sore. Aku segera memberhentikan sebuah taksi dan menaikinya.
Jujur, sedari tadi kata kata Debby terputar di kepalaku. Aku lebih mementingkan pekerjaanku.
Aku harap dia tidak marah karna aku terlihat tidak terlalu peduli dengan pernikahannya pada bulan april nanti.
Akhirnya aku tiba di apartemen ku dan segera masuk ke dalam kamarku. Aku segera merebahkan tubuhku di kasur super empuk di kamar ku. Aku tinggal sendiri di kota Jakarta ini. Papa dan Mama tinggal di Bali, dan kak Ed sudah menikah dan tinggal di Bali juga dengan istri bulenya. Aaah aku sangat merindukan Millie, keponakanku.
Sejujurnya, aku lebih banyak gaya di atas tempat tidur ku, apalagi badanku sudah pegal bekerja seharian. Tiba tiba ponselku berbunyi dan aku tidak sengaja menjatuhkannya.
Oh Shit!
Aku segera berdiri dan berjongkok untuk mencari handphoneku. Jangan rusak ya sayang, aku baru membelimu 2 minggu yang lalu.
"Aah di sana kau." ucapku
Tapi mataku tiba tiba berhenti pada sebuah kotak kecil berukuran 30cm di bawah tempat tidurku. Aku menariknya keluar dan menepuk nepuknya agar debunya bisa hilang.
"Kringgg."
Handphoneku berbunyi lagi, aku segera mengangkatnya dan..
"Hello aunt rozieee!!"
"Oh heii millie ada apa?"
"Auntyy dad daftarkan aku di kindergarten! I'm so happy aunt!!"
"Oh really? You 5 honey."
"Yes yes aunt i know i'm too young. But i really want to school. Cant wait to see you in Bali aunt rozie! Bye Millie loves you."
Telepon itu di putuskan dan aku tersenyum menatapnya. Millie Hillary Marco. Dia selalu saja menelponku menggunakan handphone mom nya dan menceritakan semua kisahnya.
Aku kembali fokus pada kotak itu. Aku membukanya. Tiba tiba mataku terasa pedih melihat semuanya.
Ingatan 8 tahun lalu ku.
Gantungan Kunci bernama Rozie itu.
Buku Diaryku.
Fotoku bersamanya.
Zaman zaman SMA paling indah yang pernah ada.
Dan aku masih bisa memikirkan semua kejadian itu dengan lengkap tanpa kekurangan apapun. Andaikan aku masih Rozie yang dulu, bukan Rozie pekerja keras seperti sekarang.
Aku ingin kembali lagi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Stars of Us
RomanceKisah ini bercerita tentang seorang perempuan yang kehidupannya biasa biasa saja. Tapi kehidupan biasanya itu berubah sejak hari ulang tahunnya. Akankah lebih baik? Atau menjadi lebih parah? "Karena cinta itu datang secara tiba tiba tanpa melihat...