-11. Kejadian Itu

865 85 0
                                    

Aku menatap kembali pantulan diriku di cermin.

Perfect!

Aku melirik jam dinding yang terletak di sebelah meja belajarku. Jam 3.54. Itu berarti sebentar lagi aku akan berkencan.

Tunggu! Apakah itu berarti aku sudah move on dari Park Yoo Jin? Eh! Mengapa aku memikirkannya?!

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sebuah suara mengagetkanku yang sedang menggelengkan kepalaku tak jelas.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tak ada."

"Kau sedang memikirkan yang tidak-tidak, ya?"

"Tidak!"

"Mengakulah, Jeon Somi."

"Keluar dari kamarku, Jeon Ji!"

"Baiklah. Sebenarnya aku ke sini untuk memberitahumu bahwa calon pacarmu sudah ada di bawah. Di–"

"Terima kasih atas informasinya, Ji. Bilang padanya tunggu sebentar lagi!"

Aku menutup pintu kamarku dengan keras tepat di depan wajah Ji. Aku menghela napas kasar.

Mengapa aku begitu gugup?

Aku melihat lagi pantulan diriku di cermin. Baiklah! Kau bisa melakukan ini!

Ini bukanlah pertama kalinya kau akan berkencan, Somi!

Kau pasti bisa!

Aku segera meraih tas selempangku yang berada di atas kasur. Aku keluar dari kamar dan menguncinya agar Ji tak bisa masuk ke dalam kamarku, dan melakukan hal aneh lagi.

Aku menuruni tangga dan menemukan Ji sedang berbincang dengan Wooshin.

Aku menggeram kesal saat tau topik apa yang Ji perbincangkan. Aku yakin pasti Ji yang memulainya.

"Wooshin..."

Wooshin menoleh dan terpaku. Atau bengong?

"Ya!"

Aku mengibaskan tanganku di depan wajah Wooshin. Dia tetap saja bengong!

"Mungkin dia membutuhkan ciuman darimu," kata Ji asal. Aku hanya memandangnya horor dan dia langsung bungkam.

"Ya! Wooshin!"

"E-eh? I-i-iya? Ada apa?"

"Huh! Ayo pergi!"

"Ba-baiklah! Ji, aku pergi dulu."

"Jaga adik kesayanganku baik-baik, kawan!"

"Kau bukan oppaku, Jeon Ji," balasku sambil mendengus.

"Tapi aku sudah menganggapmu adekku, Jeon Somi!"

"Terserah kau saja! Aku pergi!"

Aku membanting pintu dengan keras. Untung saja orangtua Ji sedang tak di rumah. Aku selamat untuk kali ini.

Aku berlari kecil menuju Wooshin. Aku menatapnya dengan senyum manis.

"Kau bisa membawa mobil?"

"Tentu saja! Masuklah."

Aku pun menurut apa yang Wooshin katakan. Aku segera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang yang terletak di sebelah Wooshin.

Wooshin masuk dan menyalakan mobilnya. Setelah itu, ia mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Ji.

"So, where are we going?"

"Lihat saja nanti," jawab Wooshin dingin. Huh! Kukira sifatnya berubah menjadi manis padaku. Ternyaa aku salah besar!

Aku menekuk wajahku serta melipat kedua tanganku di depan dadaku.

"Kau kenapa?"

"Tak apa."

"Apa kau yakin?"

"Ne."

Dan Wooshin hanya diam lagi. Tuh kan! Ku kira dia akan terus mengoceh. Cih! Dasar lelaki dingin tak berperasaan!

***

"Panti asuhan?"

"Iya. Ayo masuk!"

Aku mengikuti langkah Wooshin masuk ke dalam pantu asuhan yang cukup besar itu. Aku melihat sekeliling panti asuhan itu.

Tiba-tiba, aku menabrak bahu seseorang. Aku meringis pelan sambil mengelus keningku yang sakit.

"Kau tak apa?"

"Ne!"

"Eonni..."

Aku menengok ke bawah. Ada seorang anak kecil yang menarik-narik celana panjangku.

"Waeyo?"

"Ah aniyo. Aku kira kau eonniku. Maafkan aku," sahutnya sambil menunduk.

Aku tersenyum dan berjongkok, menyamakan tinggiku dengannya. "Tak apa. Siapa nama eonnimu?"

"Kim Seul Ah."

"Baiklah," balasku sambil tersenyum. Kukira aku mengenalnya.

"Ya! Kim Ah Reum! Sini kau!"

Gadis kecil itu menoleh ke asal suara. Kemudian pandangannya berubah menjadi pandangan takut.

"N-ne?"

"Apa yang kau lakukan pada bonekaku?!"

"A-aku tak me-melakukan apa-apa, eo-eonni," jawab Ah Reum sambil menunduk takut.

Aku menatap anak yang tadi membentak Ah Reum dengan tajam. "Ya! Nuguseyo?!"

"Aku? Aku Lee Dam Yeon. Nuguseyo?" Jawab anak itu dengan angkuh. Cih!

"Aku orang yang baru saja kenalan dengan Ah Reum! Kau berani-beraninya membentak anak kecil!" Bentakku pada Dam Yeon.

"Apa? Kau sangat bodoh eonni!"

"Aku? Aku tak bodoh, Lee Dam Yeon!"

"Ya! Jeon Somi! Apa yang kau lakukan?!" Bentak Wooshin. Aku langsung kelagapan.

"A-aku, aku hanya ingin melindungi Ah Reum. Apa itu salah?" Gagapku.

"Haduh... Sudahlah. Ayo kita pergi," kata Wooshin tanpa menjawab pertanyaanku.

"Ya! Tunggu aku Wooshin! Sampai jumpa lagi, Ah Reum," ucapku sambil tersenyum kepada Ah Reum. "Dan kau! Jangan menganggu Kim Ah Reum lagi!" Sambungku kemudian berlari mengejar Wooshin yang sudah jauh dari padaku.

***

27 Januari 2018

Jeon Somi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang