Sekali lagi, aku merasakan pandangan itu. Pandangan penuh tanda tanya. Pandangan yang disukai banyak orang. Atau mungkin maksud pandangan itu bukan seperti itu. Tak pasti juga. Kita tak akan pernah tahu sesuatu tanpa bertanya atau menelitinya. Aku mencoba menoleh, tapi pandangan itu seakan dipaksa menghilang. Aku tersenyum ke arah itu, dan dia salah tingkah.
" Ven, tugasmu Pak Ahmad udah kah ? " teman sebelahku, Ardi, bertanya padaku. Aku menoleh padanya dan menggeleng lemah. Ardi langsung membuang muka dan bertanya pada teman-temanku yang lain. Aku mengkerutkan kening. Menurutku, ia jenis lelaki yang nggak ramah pada orang yang baru dikenalnya tapi mungkin berbeda jika aku masuk dalam definisi cantik di negara ini. Aku melengos menatap ke arah depan, dan lagi-lagi pandangan itu kembali.Aku pun berusaha tak memperdulikannya.
" Selamat sore semua, kuliah sore ini nggak usah lama-lama. Cukup saya kasih tugas dan dikerjakan disini. Tugas harus selesai sebelum jam saya habis. Dan tidak ada kompromi apapun. Silahkan perhatikan soal yang saya tulis ! " Dosen tercuek, Pak Daus, tiba-tiba datang dan berkata panjang lebar tanpa basa-basi. Mungkin beliau merasa ini pertemuan kesekian yang sekiranya tidak perlu berbasa-basi lagi. Ardi langsung pindah tempat ke belakang, mencari teman yang mungkin bisa membantunya mengerjakan tugas pelajaran ini, atau mungkin ia sedang ingin bersama teman-temannya, atau mungkin ia nggak nyaman ada di sebelahku, atau mungkin... ah sudahlah, ia samasekali nggak penting dan nggak berguna berada di sebelahku, lagipula aku sedikit terganggu dengan dirinya yang tiba-tiba duduk disampingku. Astaga, aku malah memikirkan cowok itu dan nggak fokus dengan soal-soal Pak Daus. Segera aku menulis soal-soal itu dan mencari jawaban yang tepat.
Entah itu ulangan atau apa aku nggak tahu, yang jelas aku ingin segera menyelesaikannya dan segera pulang. Tugas Pak Ahmad untuk lusa masih belum aku kerjakan dan aku samasekali nggak tahu apapun tentang pelajaran itu. Aku ingin minta bantuan teman-teman tapi aku nggak begitu kenal dengan mereka, atau mungkin lebih tepatnya aku yang menjauhi mereka. Bukannya aku pilih-pilih aku hanya malas berkenalan, pura-pura baik, nggak bisa nolak saat diajak main, dll. Ribet. Nanti aja lama-lama juga kenal sendiri. Lama-lama bisa rapat sendiri. Tapi untuk urusan tugas Pak Ahmad sepertinya mau nggak mau aku harus memaksa diri untuk mendekati mereka. Mungkin beberapa dari mereka yang terlihat wellcome jadi pilihanku untuk bertanya-tanya tentang tugas itu.
Kelas mendadak ramai saat Pak Daus meninggalkan ruangan. Beberapa anak membahas tugas tadi dan sisanya membahas tugas Pak Ahmad. Ya, sebenarnya bukan hanya aku yang kesusahan, tapi paling tidak mereka punya teman yang akan mengajari mereka. Aku memberanikan diri mendekati salah temanku yang terlihat santai,
" Mala, tugas Pak Ahmadmu udah ? " tanyaku mendekatinya. Mala yang sedang memainkan handphone nya menoleh sebentar lalu mengangguk.
" Ngg... aku... " belum selesai aku bicara, beberapa teman cewek yang lain mendekati kami.
" Mala, jadi kan ngajarin kami ? " tanya salah satu dari mereka.
" Ya pasti dong, dimana ? " tanya Mala sumringah.
" Di kostku aja. Disana banyak makanan. Tapi sebelumnya, kita ke mall dulu yuk... " ujar salah satunya lagi.
" Oke deh, yuk... "
Seperti tak ada aku disitu, ia beranjak pergi tanpa peduli aku yang melongo dengan sikapnya. Aku pun mengikutinya ke luar kelas.
" Mala, aku boleh minta ajarin pelajarannya Pak Ahmad nggak ? aku belum nih, padahal lusa harus dikumpulin, " kataku mendekatinya yang sedang memakai sepatu. Ia menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan sepatunya.
YOU ARE READING
H A M B A R
Short StoryVena tak tahu pasti bagaimana perasaannya kepada Dani. Hari-hari tiap bertemu Dani ia sering merasa aneh pada hatinya. Sayangnya, saat ia tahu betul apa yang ia rasakan, ia terpaksa hancur saat melihat Dani yang mendadak punya seseorang di hidupnya...