Hujan Kala Itu

4 0 0
                                    

07.58 Am

Rinai hujan membasahi bumi,memberi penyejuk serta udara yang pas untuk terlelap. Perlahan gerimis mulai turun dengan deras, langit makin gelap, sesekali bunyi gemuruh terdengar.

Di sela pelajaran sejarah , aku menguap sambil menggumamkan lagu 'Desember' nya 'Efek Rumah Kaca'

08.12 Am

Jenuh dengan suasana kelas, aku dan Niko melarikan diri dari kelas dengan alasan izin ke wc .

"cuaca begini enaknya tidur, selimutan bukannya belajar" ucap ku pada niko

"iya sayang banget buang waktu cuma buat belajar masa lalu yang ga mungkin terjadi lagi" jawab Niko sambil menggeliat kenikmatan sehabis kencing

"aku rasa itu bukan jawaban yang logis" ucap ku datar sambil menatap aneh pada Niko

"iya enggak lah harus gua tau kok masa lalu harus di jadiin pelajaran buat yang akan datang,bukan di bahas di depan kelas hahay" tawa Niko seolah dia sudah menemukan jawaban yang benar antara teori bumi bulat atau datar dan teori itu adalah bumi itu kotak

"kayaknya kamu harus banyak belajar deh"

"apa?"

Aku hanya diam karena berdebat dengan idiot hanya menunjukkan bahwa aku juga idiot.

08.38 Am

Setelah menghabiskan 3 gehu dan 2 tempe goreng, kami memutuskan kembali ke kelas, entah mengapa hujan semakin lebat dan kilatan petir seolah blitz dari para papparazzi yang mempotret Niko yang tercyduc karena ke gap coli di kelas.

"eh lo pernah mikir ga, kalau malam hujan gelap mati lampu dan petir turun sementara elu di luar kehujanan cuma bisa ketakutan liat petir" Niko membuka pembicaraan , sambil terdiam melihat langit.
"rasanya mungkin seperti kiamat akan terjadi dalam waktu dekat. mungkin itu yang di pikirkan orang jaman dulu"
Aku hanya diam , Niko juga sama.

.....

"Jangan cuma diam, masuk duluan" ucap ku pada Niko

"Kamu cuma menjadikan aku tumbal sa.."

Sebuah cahaya kilat membutakan penglihatan kami juga memotong kalimat Niko, tak lama kemudian suara petir memenuhi sekolah, asap membekas pada lapangan futsal di depan kami. Jantung kami berdegup cepat ,kaki bergetar hujan semakin deras, petir kembali menyambar sekolah, angin semakin kuat meniup rambut dan memanggil rasa takut ku.
Kiamat kah? Rasa takut ku semakin tinggi bukan karena pohon yang tumbang mengenai bangunan sekolah, tapi pada mahluk yang mampu menghancurkan bangunan dan semua di sekitarnya, sebuah angin badai Tornado.

TDPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang