Mungkin dicintai oleh tiga pria secara bersamaan termasuk mustahil, dan klasik sekali cerita seperti ini pikirmu. Pasti akhir dari cerita itu ia harus memilih salah satu dari tiga pria itu, dan berakhir bahagia bukan?
Aku kini berdiri di sebuah gedung tua, ya disini aku sempat menoreh beberapa prestasi di bidang akademik, karena aku tak jago di bidang non-akademik, khususnya dalam bidang olahraga.
Sudah setengah jam aku menulusuri gedung tua yang sudah lama tak kujajakan kaki disini, beberapa anak berseragam batik abu-abu masih berada di sekolah. Entah itu untuk eskul atau kegiatan sekolah lainnya, yang pasti aku melihat mereka amat sibuk.
Lalu aku duduk di kursi panjang dekat kelas di lantai dasar, semilir angin sekaligus suara percikan air dari keran dekat musholla menemani ku di petang hari ini. Aku mengambil ponsel ku dan langsung ku potret pemandangan tanaman kecil di barisan depan balkon.
"Masya allah."
"Aisha?" ucap seseorang yang menyapa ku dari samping kanan.
"Bunda uwi" ucapku langsung menyalami tangannya, "Assalamualaikum Bun, sehat?"
"Wa'alaikumussalam, alhamdulillah sehat. Aisha tambah cantik saja bunda sampai tidak mengenali. Tadinya bunda mau menyapa, tapi takut salah. Sampai kamu berkata masya allah bunda langsung mengenalimu."
Aku tertawa, aku sangat beruntung mempunyai guru seperti bunda Uwi. Ia adalah salah satu guru yang berpengaruh dalam perkembangan pola pikir ku.
"Bunda yang tambah cantik, awet muda saja. Oh ya bunda belum pulang?"
"Belum, nak. Mau nyusun nilai dulu."
"Oh begitu ya bun, maaf Aisha gak bawa apa-apa."
"Lah emang kalau kamu mau nostalgia ke sekolah lama harus melulu bawa buah tangan? Tidak begitu, nak. Itulah yang sepertinya membuat sebagian anak segan untuk ke sekolah lamanya, karena malu atau tidak punya rezeki banyak. Sebenarnya tidak ada ketentuan atau peraturan seperti itu. "
Aku tersenyum, bunda Uwi masih sama seperti dahulu. Bila semua guru di sekolah ini bisa satu pemikiran dengannya, ku yakin pasti sekolah ini menjadi contoh teladan sekolah lainnya. Sayangnya saat aku masih duduk di sekolah ini, banyak pertentangan antar guru membuat perpecahan, dan itu cukup berdampak bagi para murid.
"Nak Aisha, maaf ya. Bunda tinggal dulu, soalnya bunda masih harus nyusun nilai. Kamu gak apa kan bunda tinggal?"
"Gak apa bunda, aku masih mau liat-liat sekolah dulu."
Aku pun menyalami tangan bunda Uwi, lalu setelah itu bunda Uwi melenggang pergi.
Aku pun melanjutkan menyusuri gedung tua ini, tiba-tiba ada sebuah ruangan yang menarik perhatian ku. Terdapat sebuah kisah klise lebih tepatnya yang menarik perhatian ku.
Aku pun memasuki ruangan kecil yang terdapat sebuah microphone mati disana, aku langsung dibawa kembali pada masa lalu.
"Panggilan kepada Hafizhan di tunggu oleh calon makmum nya. Mohon cepat datang, saya tidak suka menunggu."Ucapku tak terasa sebuah air mata mengalir begitu saja, aku pun langsung menepisnya. Tak ada yang boleh membuatku menjadi terlihat lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcturus
Short StoryArcturus~bintang ketiga yang paling terang. Dan ia adalah (Arcturus) yang menyinari langit malam tanpa imbalan, ia datang di kala senja menghilang, dan ia bersembunyi di kabut malam. Semoga kamu menemukannya di hidupmu. Selamat membaca kisah klasik...