Pokoknya, sepulang Arya sekolah nanti, dia akan memasukan hari ini ke dalam list hari tersial selama dia hidup. Pasalnya tidak ada hujan, tidak ada badai, Pak Imam tiba-tiba mengadakan ulangan harian dadakan. Tadi Arya sudah melakukan drama supernya untuk menghindari ulangan kimia yang sangat mematikan.
"Pak! Arya mimisan Pak!!!" Teriak Davi nyaring memenuhi seantero kelas 12 IPA 3. Tak butuh lima detik, semua siswa termasuk Pak Imam sudah mengerubungi meja Arya dan Davi. Bisik-bisik terdengar jelas saat Arya tergeletak di atas meja dengan darah yang keluar dari hidung.
"Bawa ke UKS aja Pak!" Usul Ryan.
Pak Imam mengelus kumisnya sebentar. Matanya memincing curiga ke arah Arya. "Enggak usah di bawa ke UKS. Bapak bisa kok ngatasin, kayak beginian mah kecill." Pak Imam menjeda perkataannya. Tangannya meraba saku di celana hitam kebesaran yang sedang dia pakai, lalu dikeluarkannya sebotol kecil balsem. "Nah! Nih dia!!" Pak Imam bersorak ria. Sedang anak muridnya, memasang wajah heran sekaligus bingung. Tapi, tidak bagi Davi dan Ryan, mereka berdua spontan menepuk jidat masing-masing.
"Mati lo, Ar!" Bisik Lingga pelan bersamaan dengan dia menendang kursi Arya.
Mulut Pak Imam komat kamit entah membaca doa atau membaca mantra, tapi yang jelas Arya sendiri jadi deg deg an tak karuan. Arya sedikit mengintip dari balik bulu matanya yang tebal, belum sempat dia mengintip apa yang terjadi, suara Pak Imam membuatnya kembali memejamkan mata.
"ALLAHHUAKBAR!!!" Pak Imam berseru seraya mengoleskan balsam di sekitar wajah terutama di bagian hidung Arya. Darah dari hidung Arya ikut tercampur dengan balsam. Pak imam jadi tahu, itu bukan darah melainkan betadine yang sengaja Arya teteskan ke kedua lubang hidungnya sendiri.
"ALLAHHUAKBAR!!! LAILAHAILAULLAH!! APAAN NIH! PANAS! HUAA!!! PANAASS!!!" Pekik Arya kepanasan. Cowok itu langsung melompat berlari keluar kelas tanpa memerdulikan sorakan dari teman sekelasnya. Masa bodoh lah, mau Pak Imam nantinya marah-marah juga! Yang penting muka Arya segera terbebas dari siksaan balsam yang panasnya kayak di bakar.
Sial 'kan. Kalau dia masih ikut ulangan sih tidak apa-apa. Masalahnya dia tidak boleh ikut ulangan dan di jemur sampai pelajaran Pak Imam usai. Sudah dia harus pura-pura mismisan, di kira bakal di bawa ke UKS dan bisa istirahat tanpa ikut ulangan, ini malah di olesin balsem, di jemur pula!
>>>>>>
"Arin, itu kak Arya bukan sih?"
Otomatis kedua mata Arin mengikuti arah sosok yang di tunjuk Bella. Arin hanya membalasnya dengan mengedikan kedua bahunya acuh.
"Kasian ya."
Kedua alis Arin menyerngit heran. "Kasian kenapa?"
"Iya kasian. Aslinya Kak Arya baik kok!"
"Nggak ada yang bilang dia jahat. Dia di hukum bukan karena dia jahat, tapi karena ulahnya sendiri yang nyeleneh. Aturan di sekolah itu dibuat ya buat ngatur kita semua termasuk dia, bukan dia yang semaunya ngatur aturan. Kadang gue bingung aja sama dia, udah kelas 12, sebentar lagi mau ujian. Apa dia nggak punya ke inginan buat memperbaiki sikap dia? Apa dia nggak punya ke inginan buat belajar serius biar dia lulus dengan hasil yang memuaskan? Apa dia nggak ada niat buat ngebanggain orang tua dia?"
"Nggak ada anak yang nggak mau ngebanggain orang tuanya, Rin. Nggak ada murid yang nggak mau lulus dengan hasil yang memuaskan. Lo nggak bisa nilai dia cuma karena dia sering di hukum, sering di cap jelek. Bukan berarti dia nggak punya ke inginan buat berubah dong? Rin, Kak Arya dan temen-temennya nggak seburuk yang lo kira." Jelas Bella panjang. Gadis berambut panjang itu menghela napas panjang, lalu kembali berucap. "Gue duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave
Teen Fiction"Masa lalu itu bisa menjadi teman terbaik mu. Namun, dia juga bisa mennjadi penyebab kehancuran mu. Itu semua tergantung dari bagaimana kamu mengannggap masa lalu itu sendiri." -AS