◎ Memulai Waktu ◎

70 2 0
                                    

Duduk dibawah pohon rindang diatas bukit. Melihat bentangan luasnya lautan ditemani secangkir kopi hangat sore itu. Melamun dengan mata  yang menyoroti semesta ini menembus cakrawala. Teringat dikala perkataan bapak yang terjebak dalam benakku setelah sedikit berbincang bincang siang tadi.

"Percayakan apa kata hatimu. Jangan saling berego dengan pikiranmu. Sabarlah. Waktu punya rencana yang indah. Dia akan mempertemukanmu, pada sebuah pengenalan yang siap menunggumu pada sebuah keagungan mimpimu".

Semua telah mengetahui apa maksudku. Setiap sore memang aku sering ketempat ini. Bahkan ini tempat favoritku. Hanya untuk berdiam diri dan menghilangkan penatnya pikiranku. Aku nyaman dengan keadaan seperti ini. Itulah mungkin ritual yang sering kulakukan hanya untuk melihat pesona jingga disore hari. Aku duduk disini menunggu penantian panjang, yang tak tahu akan berujung dimana aku akan bertemu dengannya. Ditemani dengan rumput nan panjang menari-nari menghiasi sore hari ini. Semilir bunyi merdu gemuruh ombak dan sang angin berhembus kencang seirama dengan nafas dan detak jatung yang menyampaikan keluh kesahku. Aku adalah seorang pemuda yang baru mencari jati diriku. Entah hal apa yang akan dapat menembus kedalam pikiranku, menyayat otakku, agar aku dapat berfikir bagaimana caranya memulai tujuan hidupku.  Aku sudah lelah bermain-main pada sebuah waktu bahkan pada sebuah khayalan mimpiku. Tetapi tak apa, kadang diri ini hanya bisa berjalan mengikuti alurnya waktu, yang akan mepertemukan pada suatu perubahan.

Perlahan mentari menampakkan pesona keindahannya. Menyinari dan menyelimuti tubuhku ini. Datang memberi kehangatan. Namun, ada dingin yang terus menetap. Terlintas dalam pikiran aku ingin pergi dari kampung ini. Pergi bertualang mencari mimpiku untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa diriku bukan seorang pemuda yang berhenti berusaha untuk menghadapi kerasnya kehidupan ini. Semoga tidak menyerah untuk mendapatkan suatu kesuksesan emas yang terus memancarkan kilauannya. Ada hal yang dapat kupelajari dari mentari sore ini, bagaimana ia menyinari jagat raya yang dapat memacarkan pesona cahaya keidahannya, memanjakan mata yang membuat seseorang terpesona jatuh hati kepadanya. Itulah senja, jingga yang akan membawa kerinduan pada setiap waktu. Datang dengan suatu perjuangan hanya untuk memberi suatu kebaikan dengan memberikan keindahan. Mungkin itu hal yang harus ku lakukan pergi dengan suatu perjuangan datang dengan hasil yang pasti.

Aku hanya pemuda biasa yang menantikan indahnya masa depan untuk hidupku nanti. Seseorang diluar sana juga sama menantikan kesuksesan dimasa mudanya untuk hari tuanya. Membuat bangga kedua orang tuanya hanya sekedar untuk membuat mereka tersenyum bangga melihat anaknya. Bukan menjadi laki laki yang tidak tahu masa depan untuk hidupnya.

※※※

Dimensi Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang