PROLOG.

38 4 4
                                    


SMILE.
Do that every morning and you'll feel a big difference in your life.
-Misella Ziegler-

"Bang ,utang brownies belom lunas ya!"

Misella menagih utang brownies pada Claudio yang berawal dari taruhan pada pasangan kekasih yang sedang ribut didepan cafe mereka membeli brownies.

"Sella, menurut kamu siapa bakal ninggalin duluan?" tanya Claudio, abang satu-satunya Misella yang sekarang duduk dibangku SMA kelas 3 yang memanggil adiknya dengan nama Sella, sekarang Sella duduk dibangku SMA kelas 2.

"Cewe deh keanya," Misella menonton dengan serius sambil memakan brownies chocolate kesukaannya.

"Cowo lah, liat tuh cowonya uda kea mundur selangkah," bantah Dio tak setuju.

"Cewe dong, kalo cowo ninggalin cewe duluan sama dengan cowo itu ga bertanggung jawab dengan pilihannya," tegas Misella yang bijak pada saat yang tepat.

Claudio menatap bingung ke arah Sella. Heran dengan adiknya yang tiba-tiba menjadi realistis.

"Kesambet apa kamu Sella?" tanya Claudio sambil memegang kening Misella, seperti merasakan panas pada kening itu.

"ih! enak aja deh," Misella merengut kesal, namun tetap dengan brownies kesayangannya.

Mungkin, tak ada kata atau angka presentase yang mampu mendeskripsikan cintanya Misella pada brownies chocolate. Begitu tenang rasanya menyantap brownies simple yang terasa sangat istimewa.

Claudio dan Misella masih tetap menonton adegan keributan dari pasangan itu.

"Dek taruhan aja. Kalo bang Dio menang, Sella beliin susu vanilla 10 dan strawberry 10. Nah, kalo Sella yang menang, bang Dio traktir Sella brownies dalam seminggu. Gimana? Deal?" Dio mengajukan taruhan pada Misella yang ikut antusias.

"Deal! Paling juga Sella yang menang, Haha," sombong Misella dengan meniru tawa nenek sihir.

"Sombong bat dah Sella, Bang Dio kali yang menang. Woo," Dio tak mau kalah.

"Eh, tuh..tuh! Kan! Kan! Cewenya pergi duluan, tuh! YEAY! Sella menang bang Dio kalah," pekik Misella kegirangan atas kemenangan dari taruhannya.

"Loh?! Kampret deh Sella," Dio yang kalah merasa malu, kesal, dan menyesal. Bagaimana tidak? ia harus mentraktir brownies dalam seminggu pada Misella. OH, GOD!

"Ciye! Kalah ciye! Asik dong, hemat beli brownies seminggu. Bang Dio emang da best!" ucap Misella seraya mencubit gemas pipi abangnya yang sangat cemberut sekarang.

Dio pun tak merespon, hanya menahan gemas atas adiknya.
Dia sebenarnya tidak bisa marah pada Misella, dia sangat amat menyanyangi adik satu-satunya itu.

Sampai dirumah, masih dengan suasana yang sama. Mereka turun dan masuk ke dalam rumah yang cukup besar untuk penghuni yang berjumlah 5 orang.

Tapi kali ini, rumah sepi. Hanya mereka berdua dengan satu asisten rumah tangga, Bik Ati. Yang sudah seperti ibu kedua bagi Claudio dan Misella.

Gama dan Mara, orang tua mereka, sedang keluar kota karena bisnis ayahnya.

"Dih, bang Dio masih bete aja deh.." goda Misella.

IN-CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang