2

10 2 0
                                    

Life is short.
There's no time to leave,
important words unsaid.
-Gerhana Maddison-

"Shh.. Iya maaf ya," ucap Sella lagi.

Cowo itu hanya diam dan lalu berjalan melewatinya dengan senyum tipis.

"jutek," batin Sella.

Bel pulang berbunyi, hal yang paling ditunggu para murid yang tidak berniat sekolah.

Di parkiran, Gerhana bersama dua sahabat karibnya sudah bertengker diatas motor ninja kesayangan mereka.

"Bengong aja woi!" Rangga menepuk pundak Gerhana.

Tak tau apa yang ia pikirkan, sampai tidak menyadari Rangga dan Arhan dari tadi mengocehinya dan si centil yang mirip nenek sihir, si Lula.

Gerhana berdeham menanggapi kedua temannya.

"Mikirin sapa? Cewe yang nabrak tadi?" tanya Arhan seperti nada sengaja meledek Gerhana.

"Gela sehh boss!"

"Kaga, uda buruan. Ngantuk," kata Gerhana yang tak perduli ledekkan dari kedua temannya.

"Hobi banget molor, ngebo banget jir"

Tak menanggapi lagi, Gerhana menancapkan motor keluar gerbang sekolah yang disusul kedua temannya. Mereka menuju rumah Gerhana, rumah sepi yang hanya dihuni 2 orang.

Rumah itu juga sudah seperti markas bagi mereka bertiga. Langganan main game, tempat makan gratis, tempat molor, dll.

Disepanjang perjalanan Gerhana tampak sedang memikirkan gadis tadi. Sangat familiar wajahnya, tapi siapa? Ia tak bisa mengingat.
Apa karena efek hilang ingatan yang dialami Gerhana 3 tahun lalu?

ARGHH! kepala Gerhana terasa sangat berat dan pusing.

Sampai tanpa ia sadari, hampir saja ia menabrak motor didepannya kalau bukan karena bunyi klakson dari kedua teman dibelakang dan sampingnya.

"Astaga!" pekik Gerhana.

"GILA KALI CUK?! Nge-gas ae, jangan bengong dong dijalan!" pekik seorang gadis yang duduk diboncengan temannya.

Gerhana hanya berdeham menanggapi Sella, kepalanya masih terasa berat.

"Parah nih cowo!" batin Sella kesal.

Gerhana menarik nafas lalu menghembuskan sekali dengan perlahan.

Lalu tanpa berkata apa-apa, Gerhana kembali melajukan motornya.

"Mm..maap ya, mbak. Emang gitu orangnya, keselin," Rangga mewakili Gerhana dan meminta maaf.

"Mbak, mbak! Kamu kira aku mbakmu?" cerocos Sella.

"Etdah, kaga, bukan gitu. Mm..punten atuh teh," balas Arhan lalu mengisyaratkan Rangga untuk cabut dari tempat itu.

"Galak woi!" ucap Arhan tanpa bersuara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IN-CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang